
“DENGAN nama apa anda akan dipanggil?”
Itulah pertanyaan yang diajukan kepada seorang Paus baru yang keterpilihannya ditandai dengan keluarnya kepulan asap putih dari cerobong Kapel Sistina Vatikan.
Segera setelah Paus baru menerima pemilihan resmi atau kanoniknya sebagai Pemimpin Gereja Tertinggi dan sebelum mulai menuaikan tugas dan kewajibannya, ia akan memilih nama.
Dan ketika diperkenalkan kepada publik dan dunia dari balkon basilika Santo Petrus, Vatikan, Kardinal Protodiakon akan menyerukan “Habemus Papam (Kita mempunyai Paus)” lalu menyebutkan nama Paus baru; diikuti dengan penyebutan nama baptisnya dalam bahasa Latin.
Tradisi memilih nama
Tidak ada petunjuk atau kriteria khusus untuk memilih nama baru. Setiap Paus bebas memilih nama baru atau mempertahankan nama baptisnya. Yang penting ialah setiap Paus akan memilih namanya sendiri.
Pemilihan nama seorang Paus merupakan suatu tradisi lama, secara khusus mulai tahun 533. Sebelumnya, mereka mempertahankan nama baptis setelah terpilih. Tetapi, pada umumnya Paus baru akan mengubah nama baptisnya, walaupun hal itu bukan keharusan.
Menurut tradisi lama, nama yang diambil oleh Paus baru berbeda dengan nama baptisnya. Memilih nama berbeda atau baru sepertinya mengikuti contoh dari Paus pertama, yakni Petrus yang tadinya bernama Simon.
Juga, pada abad-abad pertama kekristenan, banyak Paus mengubah nama mereka. karena ada nama-nama asli mereka berasal dari kebiasaan kafir. Misalnya, Mercurius merasa tidak cocok untuk mempertahankan nama ini yang lebih bernada kafir. Juga karena waktu itu. nama itu dipakai untuk menghormati dewa Romawi Mercurius.

Ia memutuskan untuk mengambil nama Paus Yohanes II setelah pendahulunya Paus Yohanes I meninggal. Paus terakhir yang memakai nama baptis adalah Marcellus II pada 1555.
Kebiasaan mengambil nama baru menjadi praktik standar sejak tahun 955 oleh Paus Yohanes XII. Dan itu berlangsung sampai sekarang, dengan pengecualian Paus Adrianus VI (1522-1523) dan Marcellus II (1555). Bagi beberapa Paus, nama baru sebenarnya adalah nama ketiga mereka, karena mereka berasal dari Ordo religius atau biarawan.
Angka II, III dan seterusnya menunjukkan bahwa sebelumnya sudah ada Paus yang memilih nama sama. Maka nama Paus baru ada dalam urutan ke sekian dengan nama yang sama.
Alasan memilih nama baru
Tentang pemilihan nama, ada Paus-paus yang sering memilih nama yang sama dengan pendahulu langsung mereka karena rasa hormat, kagum atau untuk kontinuitas pontifikat sebelumnya.
Kardinal Albino Luciani menjadi Paus pertama yang menggabungkan dua nama; dengan menyebut Paus Yohanes Paulus I – untuk menghormati dua pendahulunya: Paus Yohanes XXIII dan Paulus VI, serta untuk melanjutkan karya mereka. Hal ini diteruskan oleh Kardinal Wojtyla yang mengambil nama Paus Yohanes Paulus II.

Ada Paus yang memilih nama untuk menunjukkan kontinyuitas atau hubungan dengan salah seorang pendahulu dan/atau seorang Santo. Kardinal Josef Ratzinger memilih nama Benediktus XVI untuk menghormati Paus Benediktus XV dan Santo Benediktus dari Nursia.
Dalam audiensi umumnya yang pertama, Paus Benediktus XVI mengatakan:
“Saya memilih disebut Benediktus XVI, karena hal itu menunjukkan hubungan dengan Paus Benediktus XV, yang membimbing Gereja melalui masa-masa bergejolak Perang Dunia Pertama. Nama Benediktus juga membangkitkan ingatan akan patriark agung monastisisme barat, yakni Santo Benediktus dari Nursia – pelindung Eropa bersama dengan St. Cyrillus dan St. Methodius.”
Ada juga Paus yang memilih nama baru untuk inovasi dan perubahan.
Hal ini misalnya dicontohkan oleh Paus Fransiskus, Paus pertama dalam sejarah yang mengambil nama Santo Fransiskus dari Assisi. Dalam mengemban tugas penggembalaannya, ia mau meneladan cara hidup dan gagasan-gagasan dari Santo Fransiskus dari Assisi.
Ia menjelaskan bahwa nama itu muncul ketika setelah keterpilihannya seorang Kardinal merangkul dia dan mengingatkan untuk tidak melupakan orang-orang miskin. “Pada saat itulah saya berpikir akan Santo Fransiskus dari Assisi. Lalu saya ingat akan perang dan perdamaian dan saya ingin menjadi orang yang mengedepankan perdamaian dan menjadi orang miskin.”
Sejarah kepausan menunjukkan bahwa dari 266 Paus, hanya 129 Paus yang memilih nama baru.

Nama-nama yang paling umum
Dalam sejarah, nama yang paling umum dipakai adalah Yohanes. Nama ini pertama kali dipilih pada tahun 523 oleh Paus Yohanes I, Paus dan Martir. Paus terakhir yang memilih nama ini adalah Angelo Giuseppe Roncalli, yang mengambil nama Paus Yohanes XXIII pada tahun 1958.
Nama-nama yang sering dipakai adalah Gregorius. Ini untuk menghormati Paus Gregorius I yang sangat dikenal sebagai Santu Gregorius Agung (590-604). Nama ini terakhir kali dipakai oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1831.
Ada nama Benediktus yang dipilih oleh Kardinal Joseph Ratzinger pada tahun 2005 sebagai Paus Benediktus XVI.
Nama-nama lain populer lain adalah Clemens (sampai Paus Clemens XIV), Innocentius (sampai Paus Innocentius XIII), Leo (sampai Paus Leo XIII) dan Pius.

Ada yang mengambil nama Pius sampai Paus Pius XII (1939–1958). Kardinal Eugenio Pacelli mengambil nama Pius XII, karena ia terhubung jauh dengan Pius IX (1846–1878), tetapi juga sebagai tanda terima kasih kepada Pius X (1903–1914) yang digelar Santo pada 1954 dan sebagai pengakuan langsung pada Pius XI (1922–1939),yang mengangkat dia menjadi seorang Kardinal dan Sekretaris Negara.
Ada nama yang hanya satu kali dipakai seperti: Anacletus, Cornelius, Hilarius, Valentinus, dsb.
Di antara nama-nama yang belum pernah dipilih adalah Joseph, Yakobus, Andreas, dan Lukas. Tidak ada seorang Paus yang memilih nama Petrus sebagai tanda hormat kepada Paus pertama.
Jakarta, 8 Mei 2025
J. Mangkey MSC
Baca juga: Makam Paus Fransiskus di Basilika Santa Maria Maggiore Roma (53)