KWI Gandeng Marriott International Bangun The Luxury Collection Labuan Bajo Resort

11
7,860 views
KWI dan Marriott International Lakukan MoU dan Pondasi Pembangunan The Luxury Collection Labuan Bajo Resort. (Dok. Panitia)

KONFERENSI Waligereja Indonesia (KWI) bekerjasama Marriott International akan membangun sebuah kawasan resort di kawasan destinasi wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Nama resort yang akan dibangun adalah The Luxury Collection Labuan Bajo Resort yang secara administratif gerejani masuk wilayah pastoral Keuskupan Ruteng.

Turut hadir juga pada momen peletakan batu pertama proyek pembangunan The Luxury Collection Labuan Bajo Resort adalah:

  • Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat: Yulianus Weng.
  • Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus sebagai anggota Dewan Moneter KWI.
  • Uskup Keuskupan Denpasar Mgr. Silvester San sebagai Ketua Dewan Moneter KWI.
  • Perwakilan Marriott International serta unsur dari Luxury Resort.

Tamu khusus di dalam acara ini adalah mantan Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Forkompinda Kabupaten Manggarai Barat, Kepala Polres lokal dan Keuskupan Ruteng yang diwakili oleh Romo Vikjen.

Hadir pula Romo Bambang Triatmoko SJ sebagai Direktur FAI (Fortuna Agata Indonesia).

Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat Yulianus Weng (tengah) diapit Mgr. Sylvester San (kiri) dan Mgr. Agustinus Agus (kanan) dan Romo Benedictus Bambang Triatmoko SJ (berbatik dan bermasker putih). (Dok. Panitia)

Milik KWI

Hotel ini nantinya akan menjadi hak milik KWI. Namun dikerjakan dalam format kerjasama bisnis dengan beberapa pihak.

Nantinya akan dikelola oleh PT Fortuna Paradiso Optima – sebuah badan usaha milik KWI yang dikomandani oleh Iwan Sumarta sebagai dirutnya.

Jaringan Marriott ke-132 di dunia

Upaya pihak KWI membangun resort di Labuan Bajo ternyata mendapat sambutan positif dari Pemkab Manggarai Barat.

Ini merupakan hotel Marriott ke-132 di dunia. Oleh karena itu, ikut hadir di sini perwakilan Marriott di Jakarta.

Bupati Kabupaten Manggarai Barat dengan Labuan Bajo sebagai ibu kotanya berhalangan hadir. Maka kemudian, ia diwakili oleh Wakil Bupati.

Pada momen peletakan pondasi pertama pembangunan Resort Luxury di Kawasan Binongko, Rabu (17/11/2021), Wakil Bupati Yulianus Weng mengaku senang bahwa di masa sulit karena Covid-19 ini masih ada pihak yang ingin membangun resort di Labuan Bajo. Apalagi resort ini mengusung nama “Labuan Bajo”.

Menurut Wakil Bupati, selama ini banyak pihak yang ingin membangun hotel di Labuan Bajo, namun beberapa pihak saja yang di kemudian hari akhirnya merealisasinya.

Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menyampaikan terimakasih kepada investor yang mau membangun hotel di sini.

Wakil Bupati berharap pembangunan hotel ini tetap memperhatikan kearifan lokal dan budaya setempat di wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Juga nantinya bisa berdampak positif dengan bisa menyejahterakan masyarakat lokal yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat ini.

Demikian harapan Wabup Yulianus Weng.

Ki-ka: Romo Benedictus Bambang Triatmoko SJ, Mgr. Agustinus Agus, Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat Yulianus Weng, Mgr. Sylvester San, dan lainnya. (Dok. Panitia)

Sudah vaksinasi

Ia juga memberi jaminan kepada wisatawan rasa aman dan nyaman di bidang layanan kesehatan selama mereka berada di Labuan Bajo.

Menurut dia, pasca ditetapkannya Labuan Bajo sebagai kawasan strategis pariwisata nasional yang super prioritas, maka laju pembangunan berlangsung luar biasa cepat.

Dampaknya makin terasa sekarang. Kini, banyak wisatawan mulai berdatangan mengunjungi Labuan Bajo.

“Kami jamin wisatawan tidak ada yang akan terdampak Covid-19 setelah pulang dari Labuan Bajo. Semua petugas hotel dan mereka yang main dan berkecimpung di bisnis pariwisata sudah divaksin tahap II,” kata Wabup Yulianus Weng.

Ia menjelaskan, data progres vaksinasi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat hingga hari-hari terakhir sudah mencapai 71,8%.

Sementara, di kota Labuan Bajo sendiri sudah mencatat sebanyak 127,9%. “Tidak usah takut ke Labuan Bajo, Covid-19 sudah aman,” ujarnya optimis.

Ia juga menjelaskan stabilitas keamanan juga terjamin. Pihaknya selalu menjalin silahturahmi baik dan bekerjasama dengan semua pihak: kepolisian, komandan militer wilayah, FKUB, dan para stakeholder lainnya.

“Pokoknya, semuanya aman di sini,” kata Wabup Weng.

Di tempat yang sama, mewakili KWI, Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus mengatakan, Gereja Katolik tidak banyak berharap hanya dari pemberian derma saja.

Harus ada kegiatan usaha yang menghasilkan. Usaha ini bisa mendukung Gereja dari segi ketersediaan dana finansial.

Mgr. Agustinus Agus dari Keuskupan Agung Pontianak sebagai wakil KWI di Dewan Moneter KWI. (Dok. Panitia)

MOU dengan General Manager Marriott Hotel

Mewakili KWI, Uskup Keuskupan Agung Pontianak ini berharap, usaha membawa dunia mau berdatangan mengunjungi Labuan Bajo telah difasilitasi. Dengan membuka ruang bekerjasama dengan Marriott International.

“Kita harapkan dunia sadar dan mulai melihat akan terjadi efek ganda berlipat- lipat untuk masyarakat di Labuan Bajo dan di Indonesia pada umumnya,” harapnya.

Semoga dukungan Pemkab Manggarai Barat NTT dan keberlanjutannya bisa membawa persahabatan dan kebaikan kepada sesama.

Mulai April 2022 mendatang, proyek pembangunan resort ini akan segera dimulai secara massif. (Dok. Panitia)

Uskup menambahkan, resort di kawasan Binongko ini dibangun di atas lahan seluas 15.700 meter persegi dengan fasilitas 18 vila serta 30 kamar.

Selain peletakan batu pertama hotel, pada kesempatan sama juga ditandatangani MoU dengan General Manager Marriott Hotel.

Pihak KWI sudah melakukan penandatangan perjanjian kerjasama antara Marriott International dengan pihak The Luxury Collection Labuan Bajo Resort.

Penandatangan tersebut berlangsung di ballroom Ayana Hotel.

Nantinya resort itu dikelola oleh PT Fortuna Paradiso Optima, jelas Uskup Agustinus Agus.

Mgr. Agustinus Agus menyampaikan bahwa lokasi tersebut terletak di atas lahan tanah seluas 15.000 m2 tanah daratan dan 15.000 m2 di atas permukaan air laut.

Diharapkan mulai bulan April 2022, proyek pembangunan ini sudah bisa dimulai secara massif.

11 COMMENTS

  1. Sudah banyak diskusi tentang pembangunan di kawasan Taman Nasional Komodo ini. Terutama soal mulai tergerusnya ruang hidup reptil langka ini dan masyarakat adat yang kehilangan hak atas tanah-tanah mereka. Apakah pembangunan yang dibuat termasuk oleh Gereja ini sudah betul2 mempertimbangkan dua hal penting ini? Jangan sampai Gereja (KWI) juga turut ambil bagian dalam usaha eksploitasi terselubung atas ruang hidup komodo dan masyarakat adat di Labuan Bajo.

    • Gereja tidak salah untuk membangun hotel, karena gereja butuh dana untuk operasional segala kebutuhan organisasinya dan akan membawa dampak untuk umat yakni membuka lapangan kerja saya pikir semua sudah dipersiapkan secara matang oleh pimpinan KWI sedangkan tahta sucipun punya bank untuk mengelola kegiatan tahta suci.kita harus positif thingking.berkah dalem.

  2. Seperti entitas lain di dunia ini Gereja Katolik pasti juga butuh uang untuk membiayai karyanya. Dan karena dunia memang tidak hitam putih maka berita inipun juga tidak dapat dibaca dengan perspektif hitam putih. Namun harapan saya semoga KWI sudah punya etika bisnis yang mencegahnya tergelincir pada “semata-mata” uang. Etika yang mengeliminir kerjasama dengan perusahaan: pelanggar HAM; pendukung perdagangan orang; eksploitasi pekerja; perusak lingkungan; pendukung industri senjata; penggusur hak rakyat lokal dsb.
    Sebab Gereja dituntut sebagai penjaga moral dan bukan sekedar pelaku bisnis “biasa”.
    (tiba-tiba teringat Matius 5:13)

  3. KWI tidak mau kalah dgn para investor yang menggila di Labuan Bajo, padahal sebagian umat Katolik di sini sedang risau memikirkan akan berpijak ke manakah bsk setelah pemerintah TDK mengakui keberadaan mrka di tanah yg akan mrka tempati???? KWI perlu memikirkan persiapan2 utk umat kecilnya yg akan terkena dampak serius dri kemajuan kota yg begitu cepat…BKN ambil bagian dlm kesempatan bisnis para elit kapitalis ..

  4. Gereja tidak salah untuk membangun hotel, karena gereja butuh dana untuk operasional segala kebutuhan organisasinya dan akan membawa dampak untuk umat yakni membuka lapangan kerja saya pikir semua sudah dipersiapkan secara matang oleh pimpinan KWI sedangkan tahta sucipun punya bank untuk mengelola kegiatan tahta suci.kita harus positif thingking.berkah dalem.

  5. Resort Lux. Gereja (lembaga) sudah bisa cari uang sendiri. Yah setidaknya tidak ada lagi iuran2 tetek bengek! Natal su dekat nih, pasti amplop2 aksi mulai dirancang.?

    Dengan bangunan2 mewah begitu Gereja pelan2 mulai cuci tangan dari umat yang kotor. Oke tahta suci punya bank itu simpan uang gereja untuk dikelola sendiri, sehingga bunga simpanan itu tidak lari keluar dari Gereja, yang bisa menguntungkan pengusaha lain yg punya bank.
    Menciptakan lapangan kerja?
    Dengan 30 kamar, 18 fila? Berapa jumlah TK yang terserap? Apa pengaruhnya bagi Gereja Indonesia?
    Saat umat di sana sini lagi berusaha pulih dari pandemi, tekanan beban lembangunan Gereja yang sapu rata, tekanan kemiskinan struktural yang tidak habis2, Gereja (lembaga) malah jadi orang elit yang seolah jadi kelas baru dalam gereja universal!
    Gereja tuh apa sih? Kenapa harus bawa nama KWI urus kamu punya kemewahan itu? Apa tujuan utama KWI ini dibentuk? Apakah untuk garap uang dari setiap keuskupan Indonesia lalu bentuk kelas elit sendiri? Ohhh tidak, Gereja tidak semurah itu orientasinya! Hallo pemimpin2 hirarki Gereja kami. Apa kabar? Di NTT ini umat susah setengah mati mau bangun gedung gereja itu. Bahkan mereka rela makan nasi dengan lombok saja, yang penting dana pembangunan lunas, supaya bisa terima sakramen! Karena sakramen bukan saja urusan privat iman, tetapi sudah jadi urusan politik juga. Mau urus surat2 di lembaga negara harus ada surat gerejani. Jadi bisa bilang umat ni mau tidak mau, harus!
    Okelah kamu bangun apa saja yang mewah terserah, tapi bisakah pakai nama lain yang tidak ada urusannya dengan Gereja. Pakai sudah semua dalil pembelaan untuk melanggengkan praktik-praktik itu. Tapi kita Gereja, pertama-tama lembaga religius.
    Beberapa bulan lalu, KWI selenggarakan lomba untuk memperingati HARI KOMSOS SEDUNIA. Tema: Mari dan Lihatlah: Berkomunikasi dengan Menjumpai Orang Lain Apa Adanya. Kita dipanggil untuk menjadi saksi kebenaran, pergi dan menyentuh realita yang apa adanya. Komunikasi model apa yang KWI bangun sekarang di Labuan Bajo setelah menerima pesan itu?

    Kemudian suatu jalan baru bagi Gereja sedang dibuka dengan perjalanan Sinode yang dibuka pada Oktober lalu di Basilika St. Petrus. “Berjalan Bersama-sama”, kini sebelum Sinode berakhir KWI sudah mulai menentukan sikapnya untuk berjalan bersama siapa? Ada kemajuan! Membaca arah lebih cepat dan bergerak lebih di depan.
    Tidak ada yang salah dengan Proyek pembangunan Resort di Labuan Bajo oleh KWI. Tapi apa yang menjadi tuntutan Roh Kudus dari sikap mendengarkan sehingga menjadi perlu dan urgen?
    Curiga?
    Mungkin setiap pagi awali hari bukan meditasi dan baca Kitab Suci. Tetapi baca dan meditasi kamus-kamus ekonomi bisnis!
    Salam, semoga tidak terganggu!

  6. Salam sehat utk semua.

    Yaah, hal ini memang dilematis. Pada dasarnya misi Kerajaan Allah yg dipercayakan kpd manusia tdk bisa tanpa instrument dlm bentuk materi/uang. Semua materi adalah ciptaan Tuhan dan Dia menjadi the Absolut Owner alias Pemilik mutlak atas semuanya. Utk mewujudkan misi Kerajaan Allah, kita menggunakan materi milik Allah.

    Sampai di sini sebenarnya, there is nothing wrong with it.

    Tapi persoalannya, siapa yg hrs menyiapkan materi sbg sarana misi Kerajaan Allah itu? Yang jelas, Tuhan tdk beri langsung instrumen berupa materinitu dari surga.

    Sejak Gereja perdana hingga hari ini, materi itu mesti diberikan oleh seluruh umat beriman via kolekte, yuran dll.
    (Pendiri SVD Santu Arnoldus Janssen biasa katakan: “Jangan kuatir soal uang utk biaya misi krn uang ada di saku umat).

    Hal ini ada dasarnya dlmn Injil. Pada waktu mengutus Yesus 70 murid, Yesus larang mereka bawa sesuatu (uang, emas, bekal) kecuali baju di badan. Lalu kebutuhan mereka seperti makan minum harus dipenuhi oleh org yg kepadanya undangan Kerajaan Allah diwartakan.

    Lalu pada abad 13, St Fransiskus Assisi, sbg reaksi hedonisme klerus pd zamannya, ikuti nasihat Injil Yesus ini secara radikal. Mereka 100% dedikasi waktu utk maklumkan undangan Kerajaan Allah, lalu sarananya (makan minum etc) mereka “mengemis” (ordo mendicant) pada umat.

    Padahal, konteks Yesus larang 70 murid bawa bekal, uang dan emas pada waktu itu adalah suoaya barang2 itu tdk menjadi pintu masuk bagi para perampok utk rampok dan bunuh mereka di jalan yg membuat misi mereka terbengkelai. Kalo mrk tdk bawa apa2, mereka tdk akan ditahan penyamun di jln. Maka solusi dari Yesus: jangan bawa apa2 dan kebutuhanmu akan dipenuhi umat.

    Kelolompok lain di dlm Gereja seperti Ordo Benediktin sbg biara pertama Gereja Barat hidup miskin tapi mereka mengusahakan sendiri kebutuhannya (self sufficient) dgn buka kebun pertanian sendiri di biara-biara mereka.

    Serikat SVD juga demikian. Sejak awal, SVD sandarkan materi utk karya misi Allah pd saku2 umat Jerman tapi pd saat yg sama juga tetap bernisiatif utk usahakan sendiri (self sufficient). Itu sebabnya, biara2 SVD mulai Jerman, hingga Amerika Serikat dan Indonesia kerap dirikan pusat2 biara dan seminari2 itu di hutan, jauh dari pemukiman spy leluasa buka kebun utk penuhi srndiri kebutuhannya dan hidupi siswa2 seminari yg dididik utk melayani umat.

    Di Jerman, pusat SVD Sank Agustin di buka di hutan di antara Kota Koln dan Kota Bonn. Hasil pertanian kebun misi kebun2 Sank Agustin, selain utk makan minum sendiri, juga bisa dijual ke masyarakat di dua kota yg mengapiti biara SVD di Bonn dan Koln.

    TEKNI sbg pusat SVD di AS dibangun belasan km di lusr kota besar Chicago.
    Kisol dibuat di tanah lapang jauh dari Rtg spy bisa tanam jagung utk makan siswa seminari… Hokeng jauh dari Larantuka, Lalian di luar Atambua, Ledalero dan Ritapiret 7 km dari Maumere lalu beli Patiahu utk tanam jagung utk suplai makanan frater2 SVD dan beli Nangahale utk tanam jagung utk makanan frater2 Ritapiret. Semuanya bertujuan utk self sufficient misi Kerajaan Allah.

    St Paulus sendiri dlm bbrp perjalanan misinya, ia mengumpulkan uang dari umat yg dilayaninya utk dibawa ke pimpinan Jemaat di Yerusalem (Petrus). Pernah Paulus dlm perjlnan misi itu juga hrs kerja tangan utk dapat duit guna membiayai pelayanan misinya.

    So sebenarnya, ada dasar biblis dan juga dlm tradisi yg sdh lama dipraktikkan Gereja.

    Sebenarnya, nothing wrong dgn usaha itu, yg terpenting ditempuh sgn cara baik dan benar dan tujuan dan hasilnya sungguh-sungguh 100% digunakan sbg SARANA MISI Kerajaan Allah, dan bukan utk hedo atau utk hal2 lain yg bukan utk Kerajaan Allah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here