“Laku Jantraning Hasta Brata”

0
363 views
Mahatma Gandhi berjuang tanpa kekerasan. (Ist)

Puncta 29.01.23
Minggu Biasa IV
Matius 5: 1-12a

DALAM cerita Wahyu Makutha Rama, Arjuna dinasehati oleh Sri Kresna tentang delapan prinsip atau jalan menjadi pemimpin yang baik.

Prinsip dasar kepemimpinan itu disebut ilmu ”Hasta Brata.”

Hasta artinya delapan. Brata berarti prinsip, jalan atau laku spiritual.

Delapan jalan itu mengambil sifat atau karakter alam semesta yang terdiri dari bumi, langit, samudera-air, angin, bulan, bintang, matahari dan api.

Kresna menjelaskan secara rinci masing-masing karakter dari delapan anasir alam itu.

Jika seorang pemimpin mau menjalankan sifat atau karakter alam yang disebut Hasta Brata itu, dia akan menjadi manusia yang adil, jujur, berwibawa, arif dan bijaksana.

Misalnya sifat atau karakter Bumi, “Laku jantraning bantala” menghidupi sifat bumi yakni kaya akan segala dan suka berderma.

Bumi suka memberi kehidupan kepada segala makhluk. Bumi bersifat murah hati bumi rela jadi pijakan di bawah artinya punya karakter rendah hati.

Tetapi bumi juga punya sifat tegas jika ada disharmoni. Jika dia dirusak atau diganggu, bumi bisa menunjukkan kekuatan, ketegasan dan melibas apa pun yang bertentangan dengan hukum-hukum alam.

Dalam Injil hari ini, Yesus menjelaskan delapan sabda bahagia kepada orang banyak.

Ia menggunakan kata, “Berbahagialah orang…” yang bisa menjalankan prinsip-prinsip delapan jalan menuju kebahagiaan.

Yesus mengisyaratkan kebahagiaan kepada orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang berdukacita, orang yang lemah lembut, orang yang lapar dan haus akan kebenaran, orang yang murah hati, orang yang suci hatinya, orang yang membawa damai, dan orang yang dianiaya demi kebenaran.

Jika orang mampu menjalani delapan karakter atau sifat-sifat di atas, dia akan mencapai kebahagiaan sejati.

Mahatma Gandhi, tokoh spiritual dan Bapak Kemerdekaan India itu mengambil Delapan Sabda Bahagia ini untuk memperjuangkan kemerdekaan, keadilan dan kebenaran.

Gandhi menterjemahkan delapan sabda bahagia itu menjadi gerakan Ahimsa, Hartal, Swadhesi dan Satyagraha.

Secara umum Ahimsa berarti tidak membahayakan semua makhluk, tidak mengajarkan kekerasan kepada siapa pun, sekalipun itu lawan kita.

Ahimsa adalah orang yang membawa damai dan murah hati.

Hartal adalah cara perlawanan dengan mogok kerja namun dilakukan dalam rangka ritual keagamaan, misalnya puasa.

Swadhesi berarti menggunakan barang buatan sendiri sebagai wujud cinta tanah air. Swadhesi berarti tidak tergantung dari produk asing, tetapi hidup dengan produk dalam negeri.

Satyagraha adalah berjuang demi kebenaran. Satyagraha adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran. Mereka bahkan rela menanggung penganiayaan demi kebenaran.

Delapan Sabda Bahagia Yesus ini menginspirasi banyak orang untuk berjuang membela kebenaran, keadilan dan kemerdekaan segala makhluk.

Mereka disebut berbahagia karena berjuang bukan untuk diri sendiri, tetapi berkorban demi kesejahteraan dan keselamatan segala makhluk.

Semoga kita bisa menghayati delapan sabda bahagia yang diajarkan Yesus dalam hidup sehari-hari.

Pergi ke Gembiraloka melihat gajah dan jerapah.
Di kandang ada burung kenari dan kasuari.
Berbahagialah orang yang dicela dan difitnah,
Fitnah yang keji akan kembali kepada si pemberi.

Cawas, berbahagialah jika karena Aku, kamu dicela dan difitnah…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here