Lebih Bebas

0
230 views
Ilustrasi - Kerja bakti. (Ist)

Renungan Harian
Senin, 6 September 2021
Bacaan I: Kol. 1: 24-2:3
Injil: Luk. 6: 6-11
 
SUATU hari setelah misa sore, saya menyapa satu keluarga yang pulang gereja. Saya kenal keluarga itu, karena suami isteri aktif dalam berbagai kegiatan paroki.

Namun sudah sebulan ini mereka berdua memutuskan mundur dari segala kegiatan di paroki. Maka ketika bertemu, saya sengaja mengundang mereka untuk ngobrol di ruang tamu.
 
Saya bertanya kepada bapak ibu itu mengapa tiba-tiba mundur dari semua kegiatan paroki yang diikutinya; ada kesulitan apa atau ada masalah apa.

Saya terkejut dengan jawaban bapak itu yang diamini oleh isterinya yang mengatakan bahwa dengan tidak ikut terlibat dalam kegiatan paroki, hidupnya jadi lebih damai dan lebih bebas.

Maka, saya bertanya lebih lanjut apa yang dimaksudkan dengan lebih bebas itu.
 
“Romo, sebenarnya ada peristiwa beberapa bulan lalu. Suatu pagi kami berdua hendak berangkat ke gereja lebih awal, karena kami berdua dan anak-anak bertugas. Pada saat saya mau berangkat, tiba-tiba ada tetangga minta tolong mengantar suaminya ke rumah sakit.

Suaminya jatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Pada saat itu spontan saya mengatakan bahwa kami tidak bisa mengantar karena kami harus ke gereja karena bertugas.

Tetapi isteri saya justru mengiyakan untuk mengantar.

Jadilah kami mengantar ke rumah sakit dan tidak pergi ke gereja. Sebenarnya saya sempat bersitegang dengan isteri, tetapi menurut saya pendapat isteri saya benar, bahwa menolong tetangga lebih penting.

Kejadian itu menimbulkan kemarahan para koordinator karena kami memberi tahu mendadak sehingga menyulitkan mencari pengganti.
 
Romo, pengalaman itu menjadikan kami lebih terlibat dengan tetangga, sehingga sering kali kami tidak bisa bertugas pada hari Minggu pagi dan siang.

Maka, kami minta agar ditugaskan di Minggu sore atau Sabtu sore. Alasan kami sederhana, Romo, di kampung tempat saya tinggal sering ada kegiatan kerja bakti dan itu diadakan Minggu pagi.

Sebelumnya saya hampir tidak pernah ikut kerja bakti karena tugas di gereja. Namun sejak peristiwa itu. kami memutuskan untuk selalu ikut kerja bakti.
 
Romo, karena permintaan kami itu, oleh para pengurus dianggap akan menimbulkan kesulitan dengan teman lain dan menimbulkan kecemburuan serta sandungan, maka kami memutuskan untuk mengundurkan diri.

Sebenarnya berat bagi kami untuk mengundurkan diri, karena kami senang dengan kegiatan pelayanan di paroki. Namun karena kami merasa penting juga untuk terlibat di masyarakat. maka keputusan itu kami ambil.
 
Dengan keputusan itu membuat kami lebih bebas untuk bergerak Romo. Saat ada kegiatan paroki kami akan terlibat dan kegiatan masyarakat kami juga akan terlibat.

Hanya saja jangan sampai kami menjadi terikat dengan berbagai hal di paroki yang membuat kami tidak bisa bermasyarakat,” bapak itu menjelaskan dengan sesekali ditambahkan oleh isterinya.
 
Jawaban bapak itu membuat saya merenung dan bertanya: “Jangan-jangan banyak aturan di paroki yang kami buat telah membuat umat menjadi terbelenggu tidak menjadikan umat bermurah hati dengan sesamanya. Jangan-jangan saya terjebak dengan berbagai hal yang mengharuskan lupa dengan kemurahan hati.”
 
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan bahwa kemurahan hati dan cinta kasih jauh lebih penting dari pada hukum-hukum.

“Mana yang diperbolehkan pada Hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah kemurahan hati dan cinta kasih menjadi prioritas dalam hidupku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here