Lebih Berharga Dari Pada Burung

0
913 views
Berharga - Ist

“Sebab itu janganlah takut, karena kamu lebih berharga dari pada burung pipit.” (Mat 10,31)

BEBERAPA waktu yang lalu, seorang isteri dan anaknya yang berumur tiga tahun diduga bunuh diri dengan cara terjun ke Sungai Pemali di Brebes. Alasannya nampak tidak masuk akal, yakni bahwa dia merasa sudah tidak disayang suaminya. Suaminya dianggap lebih memperhatikan dan mementingkan burung Murai Batu-nya dari pada memperhatikan isteri dan anaknya. Tim SAR sudah berusaha mencari mereka, namun mereka baru menemukan anaknya.

Banyak orang memang suka memelihara burung, khususnya para bapak dan beberapa imam. Mereka mempunyai koleksi burung yang memenuhi rumah atau pastoran. Bukan burung emprit yang biasanya dipelihara, tetapi berbagai jenis burung lain yang mahal, seperti Kenari, Kacer, Jalak Suren, Murai Batu, Cucak Rowo, Anis Merah dan jenis lainnya. Karena harganya mahal, mereka memeliharanya dengan serius, dengan memperhatikan kebutuhan makanan, minuman, kebersihan, dsb. Mereka membutuhkan banyak waktu untuk memelihara burung, sehingga tugas dan pekerjaan lain sering tertunda atau terabaikan, termasuk perhatian terhadap kebutuhan keluarga.

Banyak burung memang mahal dan begitu berharga. Namun demikian, manusia sesungguhnya lebih mahal dan berharga dibandingkan burung, karena manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Bahkan dengan Sakramen Baptis, mereka yang percaya juga diangkat menjadi putra dan putri Allah. Manusia mempunyai harga, martabat dan harkat lebih tinggi dibandingkan dengan ciptaan lainnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa harkat dan martabat manusia yang tinggi itu seringkali dilupakan dan tidak disadari. Banyak orang merasa tidak dihargai lagi sebagai gambar dan rupa Allah; mereka tidak lagi dihormati dan diterima dengan apa adanya. Bahkan banyak orang diperlakukan sebagai obyek atau materi yang bisa diperjualbelikan untuk kepuasan dan kesenangan sesaat; banyak orang dengan mudah dipukul, ditendang, ditampar, dibunuh dan dimutilasi, seperti halnya daging binatang atau benda lain; banyak orang tidak diterima, disingkirkan dan ditolak dari kehidupan bersama, seperti halnya virus atau penyakit yang harus dihindari; bahkan orang yang sudah mati pun sering ditolak dan disingkirkan. Berbagai bentuk kekerasan dan ancaman sering terjadi dalam diri banyak orang. Hal ini tidak hanya terjadi di daerah yang rawan konflik, tetapi juga terjadi dalam keluarga dan komunitas para murid. Kenyataan yang sering menimbulkan rasa takut, gelisah dan keputusasaan bagi banyak orang, akrena tidak dihargai lagi oleh orang lain, orang yang dekat dengan kehidupan kita.

Sejauh mana saya menghargai sesama selama ini: betulkah saya menghargai mereka sebagai gambar dan rupa Allah atau sebagai obyek yang bisa diperlakukan sesuka dan sekeinginan sendiri? Mohon maaf lahir dan batin serta Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here