Lectio Divina 02.11.2021 – Lakukan Kehendak-Nya

0
304 views
Yesus menghancurkan belenggu maut dan membangkitkan dari kematian by 1517.

Selasa. Pekan Biasa XXXI. Hari Raya Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U)      

  • 2Mak. 12:43-46
  • Mzm. 130:1-2.3-4.5-6a.6-7.8
  • 1Kor. 15:20-24a.25-28
  • Yoh. 6:37-40

Lectio

37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.

39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

Meditatio-Exegese

Melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku

Setiap penginjil mempunyai caranya masing-masing untuk menggambarkan tugas perutusan Yesus. Santo Lukas melukiskan tugas perutusan Yesus melalui perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang (Luk 15:1-10); sedangkan bagi Santo Matius dan Markus, Yesus “datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat. 9:13; Mrk. 2:17).

Santo Yohanes merumuskan bahwa Yesus “telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” (Yoh 6:38).

Ia menyingkapkan bahwa Bapa berkehendak (Yoh 6:39): “Dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”, ut omne, quod dedit mihi, non perdam ex eo, sed resuscitem illud in novissimo die.

Sebagai Gembala yang baik, Ia menjaga kandang di waktu malam; melindungi kawanan domba dari perampok dan pencuri; membuka pintu kandang pada pada pagi dan petang; mengantar kawanan ke padang rumput hijau dan air yang melimpah; dan mencari, menemukan serta membawa pulang yang tersesat.   

Santo Yohanes mewartakan bahwa keselamatan telah terjadi melalui peristiwa inkarnasi dan kebangkitan Kristus.

Puncak keselamatan terjadi pada peristiwa penyaliban, yang merupakan peninggian Yesus Kristus.

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3: 14-15).

Keselamatan abadi akan mencapai kepenuhannya pada kedatangan Anak Allah yang kedua.

Yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan  bangkit pada akhir zaman

Allah tidak pernah menghendaki manusia masuk dalam kekuasaan maut. Salah seorang tokoh Perjanjian Lama yang merindukan kehidupan kekal dan kebangkitan adalah Ayub.

Di tengah cobaan yang tak terperikan, Ayub tidak pernah bergeser sedikit pun dari iman kepada Allah.

Ia menyerukan kerinduan akan hidup kekal, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.

Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayb. 19:25-27).

Daud, bapa leluhur Yesus pun, melukiskan kerinduannya akan hidup kekal melalui madah, “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mzm. 16:9-11).

Yesus pasti memenuhi janji-Nya (Yoh. 6:40), “setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”, ut omnis, qui videt Filium et credit in eum, habeat vitam aeternam; et resuscitabo ego eum in novissimo die.

Dua kata kunci yang digunakan dalam ayat ini: melihat dan percaya. Melihat bermakna percaya kepada Anak yang diutus oleh Bapa. Sikap iman ini menghantar orang yang percaya kepadaNya memperoleh anugerah hidup kekal.

Bagaimana kita dapat melihat-Nya? Ia mengzjinkan kita menyadari kehadiranNya dengan membaca sabdaNya (Yoh. 14:23); ambil bagian dalam pemecahan roti, Ekaristi, “Akulah roti hidup (Yoh. 6:35); ambil peran dalam membangun Gereja, tubuh mistikNya (1Kor. 12:12-31).

Santo Agustinus dari Hippo (354-430) berkata: “Aku percaya, agar aku memahami; dan aku memahami, agar aku menjadi lebih beriman”. Yesus berjanji bahwa mereka yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan percaya pada sabdaNya akan dibangkitkan untuk hidup kekal.

Katekese

Barang siapa melihat dan percaya. Santo Augustinus dari Hippo,354-430:

“Tuhan bersabda tentang dua hal:

‘Inilah pekerjaan Allah bahwa kamu harus percaya pada Dia yang telah diutusNya’, sementara Ia menambahkan, ‘barang siapa melihat dan percaya’.

Orang Yahudi melihat tetapi tidak percaya. Mereka tahu salah satu syarat, tetapi kekurangan syarat yang lain. Bagaimana mereka memperoleh hidup kekal tanpa melengkapi syarat yang lain?

Alasan dari mereka yang melihat ternyata tidak memperoleh hidup kekal adalah karena mereka tidak juga percaya. Jika demikian, bagaimana dengan kita yang percaya tetapi tidak melihat?

Jika terkait dengan dua hal yang menjadi syarat hidup kekal, melihat dan percaya, dan barang siapa kekurang salah satu dari keduanya tidak dapat memperoleh anugerah hidup abadi, apa yang harus kita lakuan?

Orang Yahudi [yang melihat-Nya] kekurangan syarat yang satu; kita kekurangan yang lain. Mereka telah melihat, tetapi kekurangan mereka: kepercayaan. Kita percaya, tetapi kekurangan: melihat-Nya.

Baiklah, terkait dengan kepercayaan kita dan kekurangan kita dalam melihat-Nya, secara profetis, Tuhan sendiri telah menyatakan kita ‘berbahagia’ seperti Thomas, salah satu dari kedua belas murid-Nya, yang dinyatakan berbahagia ketika Ia meraba luka-luka yang masih menganga.”  (Holy Virginity  3.1)

Oratio-Missio

Tuhan, kematian dan kebangkitan-Mu memulihkan hidup dan harapan kami. Anugerahilah kami iman yang kokoh dan harapan yang kuat, serta kasih yang terus berkobar. Perkenankanlah aku untuk melayani-Mu dengan sukacita dalam Kerajaan-Mu. Amin. 

  • “Saat dibaptis Imam bertanya, “Apa yang saudara minta dari Gereja Allah?” dijawab wali baptis, “Hidup kekal.” Apakah jawaban ini masih berlaku bagiku?

Haec est enim voluntas Patris mei, ut omnis, qui videt Filium et credit in eum, habeat vitam aeternam; et resuscitabo ego eum in novissimo die – Iohannem 6: 40  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here