Lectio Divina 03.07.2020 – Tuhanku dan Allahku

0
302 views
Tomas Peragu by Giovanni Francesco Barbieri

Jumat. Pesta St. Tomas, Rasul (M).   

  • Ef. 2:19-22
  • Mzm. 117:1,2
  • Yoh. 20:24-29

Lectio

24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. 25  Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

26  Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”

27  Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”

28  Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” 29  Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Meditatio-Exegese

Sekali-kali aku tidak akan percaya

Ketika menulis Injil pada akhir abad pertama Masehi,  tantangan yang dihadapi Gereja Perdana adalah paham kebatinan, gnosisme, suatu paham yang tidak mengakui penjelmaan Anak Allah sebagai manusia (2Yoh. 7; 1Yoh. 4:2-3).

Paham ini terus bergema sepanjang jaman dengan slogan, seeing is believing , melihat adalah percaya atau to see in order to believe, melihat agar percaya.

Santo Yohanes menyingkapkan pergulatan iman Santo Tomas untuk membungkan paham yang keliru dan meracuni jemaat yang dibinanya. Keraguan Santo Tomas juga manyadarkan kita bahwa percaya akan KebangkitanNya juga membutuhkan proses yang panjang dan sukar.

Gagal. Kalah. Takut. Tiga kata ini berkecamuk dalam benak para murid ketika menyaksikan Yesus ditangkap di Taman Getsemani setelah pengkhianatan Yudas Iskariot. Mereka lari meninggalkan Yesus.

Perasaan akan kegagalan, kekalahan dan ketakutan berubah menjadi kengerian ketika Pontius Pilatus, Gubernur Romawi, menjatuhkan hukuman mati atas tuduhan makar. Yesus adalah Raja Orang Yahudi.

Pada saat kematian, saat kegelapan di Hari Jumat Agung, para rasul memandang peristiwa itu sebagai kekalahan total, bukan kemenangan.

Pada hari Minggu, pagi-pagi benar, para murid mendengar laporan dari para perempuan komunitas iman mereka bahwa makam telah kosong. Mereka lamban percaya bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian seperti dinubuatkanNya.

Perasaan sedih, putus harapan dan takut berubah menjadi suka cita, berharap dan berani. Yesus mengubah mereka ketika Ia menampakkan diri dan menunjukkan seluruh luka yang diderita-Nya. Semua yang di tangan, kaki dan lambung-Nya. Ia telah kembali dan menang atas dosa, setan dan maut.

Rasul terakhir yang berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit dari kematian adalah dia yang pertama mengajak pergi bersamanya ke Yerusalem pada saat Paskah. Ketika Yesus mendengar bahwa Lazarus, sahabat-Nya sakit, Thomas berkata pada para murid lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” (Yoh. 11:16).

Ajakan untuk bertindak heroik segera sirna ketika ia melarikan diri dari Yesus saat Ia ditangkap, diadili, disiksa, dipaksa memanggul salib dan dibunuh di salib.

Kekonyolannya berlanjut ketika ia pergi dari komunitas iman saat hari Minggu ketika Yesus menampakkan diri di hadapan para murid lain. Thomas lebih memilih kesepian dari pada  persekutuan di saat-saat kesedihan dan penentangan melanda komunitas itu.

Ia juga menyangsikan kesaksian kaum perempuan yang menjadi saksi kebangkitanNya, Santo Yohanes menulis dalam  Yoh. 20:25, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”,  Nisi videro in manibus eius signum clavorum et mittam digitum meum in signum clavorum et mittam manum meam in latus eius, non credam.

Delapan hari kemudian, ketika Yesus menampakkan diriNya. Kepada Thomas, Ia bersabda (Yoh. 20:27-28), “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”  

Tomas menjawab Dia, “Ya Tuhanku dan Allahku!”, Dominus meus et Deus meus!

Melalui anugerah iman, kita juga mampu mengenali kehadiran Yesus yang dibangkitan dalam hidup pribadi masing-masing dari kita. Anugerah iman itu pula memberanikan masing-masing muridNya untuk mewartakan Allah dan Tuhan kita.

Ia telah wafat dan bangkit agar kita juga memiliki hidup baru dalam diri-Nya. Maka, Yesus menjanjikan Roh Kudus dan bersabda (Yoh. 14:26), “Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”, Paraclitus autem, Spiritus Sanctus, quem mittet Pater in nomine meo, ille vos docebit omnia et suggeret vobis omnia, quae dixi vobis.

Katekese

Menyentuh luka-luka Kristus dan menyembuhkan luka-luka ketidak percayaan kita. Santo Gregorius Agung, 540-604.

“Bukan suatu kebetulan bahwa murid tertentu tidak hadir. Kerahiman ilahi menghendaki bahwa seorang murid yang tidak percaya harus menyembuhkan di dalam diri kita luka-luka ketidak percayaan kita, dengan menyentuh dan merasakan luka-luka di tubuh Sang Guru.

Ketidak percayaan Thomas jauh lebih bernilai bagi iman kita dari pada kepercayaan para murid yang lain. Karena sentuhan yang dia lakukan mengantarnya pada kepercayaan yang membuat nalar kita yakin atas iman kepadaNya, melampaui segala pertanyaan” (dikutip dari Forty Gospel Homilies 26).

Oratio-Missio

  • Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mzm. 117:1-2)
  • Apa yang perlu kulakukan untuk tetap setia berseru pada Yesus, “Tuhanku dan Allahku”? 

Beati, qui non viderunt et crediderunt! – Ioannem 20: 29

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here