Jumat. Pekan Biasa XXII
Peringatan Wajib Santo Gregorius Agung (P)
- Kol. 1:15-20
- Mzm. 100:2-5
- Luk. 5:33-39
Lectio
33 Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
34 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? 35 Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
36 Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
37 Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
38 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. 39 Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”
Meditatio-Exegese
Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula
Konflik antara Yesus dan kaum Farisi dimulai sejak awal karya-Nya (Luk 5:3). Silang pendapat itu menyangkut banyak aspek praktik keagamaan: pengampunan dosa (Luk 5:21-25); makan bersama pendosa (Luk 5:29-32; berpuasa (Luk 5:33-36); dan dua konflik tentang ketentuan Sabat (Luk 6:1-5 dan Luk 6:6-11).
Yesus datang sebagai pembaharu, tetapi warta pembaharuan-Nya ditentang. Ada beragam alasan penentangan, antara lain: menghujat Allah, melawan kebiasaan umum, atau menentang hukum agama.
Bagi Yesus pembaharuan merupakan keharusan. Pembaruan dimulai dari disposisi batin – dari hostilitas ke hospitalitas, menentang Allah ke berpihak pada Allah dan sesama (bdk. Luk 3:10-14).
Pembaharuan pasti pasti dilawan oleh mereka yang berpola pikir tertutup. Yesus mengingatkan jemaat dengan perumpamaan kain baru dan kain lama; dan wadah anggur baru dan anggur lama.
Pembaharuan akan tumbuh subur bila disambut dengan disposisi batin baru. Ia akan gagal apabila disambut dengan ketertutupan hati, budi dan perilaku.
Pembaharuan menjadi sia-sia ketika orang tahu makna penting pembaharuan, tetapi tidak memiliki kehendak untuk berubah. Mereka mengira “anggur tua itu lebih baik.” (Luk 5:39).
Sikap batin yang tepat diungkapkan dalam Mat 13:52, ”Hal Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”
Ungkapan umum yang berlaku sejak masa awal Gereja Perdana menyingkapkan bahwa Perjanjian Baru tersembunyi dalam Perjanjian Lama; dan Perjanjian Lama disingkapkan dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru tidak menggantikan Perjanjian lama, tetapi memberi makna yang penuh dan menggenapi rencana keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Putera-Nya.
Terlebih, Yesus menghendaki setiap murid-Nya memiliki sikap batin dan tindakan bijaksana untuk menimbang apa yang lama dan yang baru. Ia tidak menghendaki sikap membabi-buta berpegang pada yang lama dan menentang apa yang baru seperti dihembuskan Roh Kudus.
Ia menghendaki budi dan hati para murid-Nya seumpama “kantong kulit baru untuk anggur baru”, terbuka dan siap sedia menerima “anggur baru Roh Kudus”.
Apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa
Yesus menyamakan diri dengan mempelai pria yang mengundang para sahabatNya untuk pesta. Tak mungkin berpuasa di saat pesta. Yesus sadar akan risiko dianiaya atau, bahkan, dibunuh oleh mereka yang menentang warta Kerajaan Allah, “apabila mempelai itu diambil dari mereka” (Luk. 5:35). Dan, ternyata, Ia tidak dapat ditaklukkan.
Beberapa kali dalam Perjanjian Lama Allah hadir sebagai mempelai pria bagi umat (Yes. 49:15; 54:5.8; 62:4-5; Hos. 2:16-25). Dalam Perjanjian Baru, Yesus pun adalah mempelai pria bagi umat (Ef. 5:25). Penulis Kitab Wahyu berbicara tentang perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai-Nya, Yesusalem Surgawi (Why. 19:7-8; 21:2.9).
Kehadiran Yesus layak disambut dengan suka cita. Ia membebaskan para pengikut-Nya untuk tidak makan atau minum, walau Ia melakukannya selama empat puluh hari (Mat 4:2).
Salah satu bentuk puasa, pengekangan diri, untuk menyambut-Nya adalah dengan mengendalikan mulut, mengendalikan keinginan yang tidak teratur atau mengendalikan kecenderungan berbuat dosa.
Sabda-Nya (Mat. 15:18-19), “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”, Quae autem procedunt de ore, de corde exeunt, et ea coinquinant hominem. De corde enim exeunt cogitationes malae, homicidia, adulteria, fornicationes, furta, falsa testimonia, blasphemiae.
Katekese
Kristus mengutus ahli Kitab yang bijaksana. Santo Clement dariAlexandria, 150-215 :
“Ahli Kitab adalah orang yang, melalui pembacaan tak kunjung putus atas Perjanjian Lama dan Baru, menempatkan diri dalam perbendaharaan pengetahuan. Maka Kristus memberkati mereka yang bersedia menggabungkan diri dalam pengajaran baik Hukum maupun Injil, sehingga mereka mampu, “mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya”.
Dan Kristus memperbandingkan orang semacam ini dengan ahli Kitab, seperti yang disabdakan-Nya di tempat lain, ”Aku mengutus kepadamu orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat.” (Mat. 23:34)” (Fragment 172).
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah aku dengan Roh Kudus, dan bantulah aku untuk mencariMu melalui doa dan puasa dan ketekunan membaca sabdaMu. Semoga aku selalu menemukan sukacita dalam mengasihi dan melayani-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu membuka Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?
sed vinum novum in utres novos mittendum est, et utraque conservantur – Lucam 5: 38