Lectio Divina 06.01.2023 – Engkaulah Anak-Ku Yang Kukasihi

0
378 views
Pembaptisan Tuhan, lukisan di panti imam Gereja Our Lady Across the Dyle in Mechelen, Belgium.

Jumat. Hari biasa Masa Natal (P)

  • 1Yoh. 5:5-13
  • Mzm. 147:12-13,14-15,19-20
  • Mrk. 1:7-11 atau Luk. 3:23-38

Lectio

7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. 8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. 10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. 11 Lalu terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Meditatio-Exegese

Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku

Seluruh Israel terkejut saat Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan. Pemimpin agama di Yerusalem mengutus utusan khusus untuk memastikan apakah ia adalah Mesias yang diharapkan (bdk. Yoh. 1:19).

Yohanes menyadari bahwa dia bukanlah Mesias yang diharapkan. Ia dipanggil untuk mempersiapan kedatangan-Nya dalam waktu segera (Mrk. 1:7-8).

Di hadapan Sang Mesias ia merendahkan diri, hingga pada taraf yang lebih rendah dari budak. Salah satu tugas budak adalah melepaskan dan membawa sepatu sang tuan, ketika ia masuk rumah atau ruang pesta.

Yohanes bukanlah orang yang kuat atau berkuasa. Yang kuat dan berkuasa akan datang sesudah dirinya. Santo Markus menggunakan ungkapan ισχυροτερος, ischyroteros, yang berkuasa atau kuat.

Sebagai “Orang yang kuat”, ισχυρου, ischyrou,  Yesus mampu mengalahkan setan (Mrk. 3:23-27).

Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus

Pembaptisan merupakan ritus untuk membuat seseorang kembali suci. Ritus ini dilaksanakan  dengan cara mandi atau menenggelamkan atau membenamkan seluruh seluruh tubuh dalam air (bdk. Mrk. 7:1-4).

Kata baptis berasal dari kata Yunani, εβαπτισο, ebaptiso dari kata dasar baptizo, dengan makna: mandi, menenggelamkan, membenamkan seluruh badan ke dalam air.

Dalam Perjanjian Lama kata ini jarang digunakan, karena memiliki arti negatif: mencelupkan, menenggelamkan, dengan menghanyutkan atau tenggelam di dalam air.

Kata ini berubah menjadi bermakna positif setelah kisah penyembuhan Naaman. Ia diminta mandi atau menenggelamkan tubuhnya sebanyak tujuh kali di Sungai Yordan atas perintah Elisa (2Raj. 5:14).

Pada abad ke-1 praktek pembaptisan umum dilakukan masyarakat Yahudi, termasuk kaum Eseni di Qumran. Yang dilakukan Yohanes diketahui banyak orang (bdk. Mrk. 1:4). 

Ia membaptis dengan air yang mengalir di tepi Sungai Yordan, bukan dengan air yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan.

Tetapi, di samping melakukan apa yang sudah dikenal umat, ia menambahkan pembaharuan. Ia tak hanya menuntut βαπτισμα, baptisma, kesediaan dibaptis. Tetapi juga μετανοιας , metanoias, pertobatan, agar dosa mereka diampuni.

Ia lebih menuntut perubahan moral dan perilaku (bdk. Luk. 3:8.10-14). Dan umat di Yudea dan Yerusalem dengan suka rela memberi diri mereka untuk dibaptis olehnya (Mrk. 1:5).

Sementara itu sumber di luar Injil, sejarahwan Yahudi, Flavius Josephus, bersaksi Yohanes Pembaptis  “adalah orang yang baik. Ia mendesak orang Yahudi untuk melakukan kebenaran, yakni berlaku adil terhadap satu sama lain dan menghormati Allah.” (Antiquities of the Jews, 18.5.2).

Tetapi Yohanes menegaskan bahwa pembaptisannya hanya merupakan persiapan untuk pembaptisan yang lebih hakiki. Yang hakiki, pembaptisan dengan ‘Roh Kudus’ dan ‘api’ terkait dengan pengadilan terakhir oleh Allah (bdk. Mrk. 1:7-8; Mat. 3:11).  

“Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” menggenapi pembaptisan di akhir zaman, seperti nubuat para nabi (bdk. Yl. 3:1-5). Pembaptisan dengan Roh Kudus bermakna bahwa Allah mentahirkan manusia dari segala dosa dan kenajisan.

Ia menganugerahkan hati dan roh baru dalam batin; menjauhkan hati yang keras; menggantinya dengan hati yang taat. Roh-Nya yang ditempatkan di dalam batin membuat manusia hidup menuruti, berpegang dan  melakukan peraturan-Nya. (bdk. Yeh. 36:25-27).

Ia melihat langit terkoyak

Yesus datang dari Nazaret di Galilea untuk dibaptis Yohanes. Ia, yang sama seperti kita manusia, namun tanpa dosa, bersedia dibaptis. Yohanes memahaminya dengan baik (Mat. 3:14).

Yesus segera meminta dibaptis oleh sepupuNya, anak Zakaria dan Elizabet, tanpa penundaan. Setelah pembaptisan, Ia akan menggenapi seluruh karya pengutusan-Nya di kayu salib dan kebangkitan pada hari yang ketiga. Ia benar-benar tinggal bersama manusia.

Saat Yesus keluar dari air Sungai Yordan, suara dari langit terdengar. Suara itu menunjukkan Yesus tidak hanya ‘lebih berkuasa’ dari pada Yohanes. Ia juga jauh lebih bermartabat dari anak Zakharia itu. Namun, ia justru mau menyatukan diri dengan para pendosa.

Santo Paulus bersaksi, Yesus ”walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7).

Nubuat Nabi Yesaya, “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun” (Yes. 64:1), terpenuhi. Allah memulihkan relasi dengan manusia. Melalui karya penebusan Yesus relasi baru dibangun kembali.

Saat Ia wafat, tabir Bait Suci terbelah dua (Mrk. 15:38), seolah-olah seperti ada tangan dari langit menebaskan pedang amat tajam untuk mengoyakkan tabir.

Paskah baru ditandai dengan kesediaan Yesus menerima baptisan, kematian dan kebangkitan-Nya dari maut (bdk. Luk. 12:50).

Saat Yesus keluar dari air, langit dibuka dan Roh Kudus turun dan hinggap di atas-Nya. Saat menanti kedatangan Roh sudah usai, dan dibukalah jalan yang menyatukan Allah dengan manusia. Roh Kudus menyertai Yesus, menjaga-Nya selalu dalam melaksanakan tugas perutusan dari Bapa.

Roh yang turun atas Yesus digambarkan seperti merpati. Saat air bah surut, pada jaman Nabi Nuh,  merpati dilepaskan untuk mengetahui apakah air sudah surut dan bumi mengeluarkan tumbuhan (Kej. 8:8-12).

Merpati, di samping, melambangkan kesetiaan dan kesediaan untuk menetap (bdk. Yoh. 1:32), menunjukkan Roh Allah hadir dan melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2).

Maka, bersama Yesus penciptaan baru dimulai (bdk. Mat. 19:28; 2Kor. 5:17; Gal. 6:15) 

Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.

Allah bersabda melalui Nabi Yesaya, ”Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.” (Yes. 42:1). Tetapi, Santo Markus, tidak mengenakan gelar hamba pada Yesus, karena gelar yang disandang-Nya adalah Anak.

Mengacu pada Mzm. 2:7, ”Anak-Ku engkau. Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”, para penginjil mengenakan gelar Anak pada Yesus, sungguh Allah dan sungguh manusia.  Identitas Yesus sebagai Mesias, Yang Diurapi, Anak Allah (Dan. 7:13) dinyatakan. Identitas-Nya diketahui oleh setan yang disuruh-Nya diam (Mrk. 3:11; 5:7).

Identitas yang sama dinyatakan juga secara rahasia kepada tiga orang murid di gunung (Mrk. 9:7). Identitas-Nya dinyatakan secara jelas kepada semua orang ketika Ia diadili,  “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”

Jawab Yesus, “Akulah Dia” (Mrk. 14:61-62).

Dan pada saat Ia tergantung di salib, kepala pasukan Romawi, mewakili semua manusia, mengakui (Mrk. 15:39), “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.”, Vere homo hic Filius Dei erat.

Katekese

Pendamaian Allah-manusia. Dianggap tulisan Santo Hippolytus, 170-236  :

“Saudara yang terkasih, apakah kalian tahu berapa banyak seberapa agung berkat yang menjadi sia-sia  jika Tuhan mengabaikan setuan Yohanes dan menolak pembaptisan? Karena surga pasti tertutup sebelum peristiwa ini.

Surga di atas menjadi tempat yang tak mungkin kita datangi. Kita mungkin turun ke tempat yang lebih bawah, tetapi tidak naik ke atas, ke surga.

Maka, pembaptisan terjadi bukan hanya bahwa Tuhan dibaptis, tetapi juga karena Ia menciptakan kembali ciptaan lama menjadi baru. Ia membawa semua yang terpisah, yang diperbudak, menjadi ahli waris (Rm. 8:15).

Segera surga terbuka bagi Dia. Pendamaian terjadi antara yang kelihatan dengan yang tak kelihatan.

Tata surgawi dipenuhi oleh suka cita, penyakit di dunia disembuhkan, hal yang dirahasiakan disingkapkan, yang bermusuhan dipulihkan menjadi berkawan.

Karena kalian telah mendengar kata-kata Penginjil, “Surga terbuka bagi-Nya,” karena tiga tanda heran [penampakan Tri Tunggal Mahakudus yang abadi – Bapa, Putera dan Roh Kudus – bersama-sama pada saat pembaptisan-Nya].

Pada pembaptisan Kristus, Sang Mempelai Laki-laki, tepatlah bahwa pintu surga membukakan gerbangnya yang amat mulia.

Maka ketika Roh Kudus turun dalam rupa merpati, dan suara Bapa bergema di mana-mana, tepatlah bahwa  “pintu-pintu Kerajaan Surga telah ditinggikan.” (The Discourse On The Holy Theophany 6)

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus dan nyalakanlah dalam hatiku suka cita karena Injil-Mu. Tuntunlah aku untuk selalu setia menghayati janji baptisku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk tetap setia pada janji baptisku? 

Tu es Filius meus dilectus; in te complacui  – Marcum 1:11

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here