Lectio Divina 06.08.2020 – Dengarkanlah Anak-Ku

0
531 views
Yesus transfigurasi by national catholic register.

Kamis. Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya (P)

  • Dan. 7:9-10,13-14 atau 2Ptr. 1:16-19
  • Mzm. 97:1-2,5-6,9
  • Mat. 17:1-9

Lectio

1  Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.

4 Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” 5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”

6  Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. 7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” 8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.

9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

Meditatio-Exegese

Anak Manusia

Penglihatan Nabi Daniel menyingkapkan pengadilan ilahi terhadap seluruh kerajaan. Allah dilukiskan sedang duduk di singgasana surga. KemuliaanNya memancar ke segala penjuru dan para malaikat mengelilingiNya. Pengadilan segera dilaksanakan. Kitab-kitab hendak dibuka (Dan. 7:10). Kitab-kitab itu berisi tentang seluruh perbuatan manusia (bdk. Yer 17:1; Mal 3:16; Mzm 56:9; Why 20:12).

Pada sang penglihat disingkapkan seluruh perjalanan sejarah, yang tidak diatur menurut urutan waktu, chronos: seluruh kerajaan dunia diperlihat dalam kejapan mata. Sang penglihat juga mencatat bahwa hukuman lebih berat dijatuhkan kepada tanduk yang berbicara dengan sombong dari pada binatang-binatang yang lain. (Dan 7:11-12).

Tentang pengadilan terakhir, Gereja mengajar: “Seperti para nabi dan Yohanes Pembaptis, Yesus pun mengumumkan pengadilan pada hari terakhir dalam khotbah-Nya. Di sana akan disingkapkan tingkah laku dan isi hati yang paling rahasia dari setiap orang. Lalu ketidakpercayaan orang berdosa, yang telah menolak rahmat yang ditawarkan Allah, akan diadili.

Sikap terhadap sesama akan menunjukkan, apakah orang menerima atau menolak rahmat dan cinta Allah. Yesus akan mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40)”. (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 678)

Nubuat Nabi Daniel menyingkapkan juga Anak Manusia yang datang dengan awan-awan dari langit. Ia tidak dibangkitkan dari samudera gelap seperti binatang buas itu (bdk. Kej 1:2). Kegelapan tidak pernah menguasai-Nya (Yoh 1:5).

Ia dibangkitkan dan maut dikalahkan-Nya, yang dilambangkan dengan kedatangan-Nya dengan awan dari langit. Melalui-Nya hidup dan martabat manusia dipulihkan. Maka, Gereja mewartakan dan mengakui dalam Syahadat-Credo bahwa Yesus Kristus duduk di sisi kanan Bapa.

Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan Nabi Daniel dipenuhi, seperti diajarkan Gereja: “Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepadaNya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap.

Kerajaan-Nya tidak akan musnah (Dan, 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi ‘kekuasaan-Nya’ yang ‘tidak akan berakhir’ (Syahadat Nicea-Konstantinopel)” dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 664.

Yesus berubah rupa di depan mata mereka

Yesus menyadari bahwa kematianNya akan meruntuhkan semangat para muridNya. Maka, Ia mengingatkan dan mengukuhkan keyakinan mereka. Ia tidak puas hanya dengan menyingkapkan tentang kematian dan kebangkitan-Nya pada hari ketiga melalui kata-kata.

Tetapi Ia mengajak tiga orang murid, yang kelak menjadi soko guru Gereja (bdk. Gal 2:9), untuk menyaksikan saat Ia berubah rupa, transfigurasi. Saat itulah mereka menyaksikan kemuliaan dan keagungan yang hanya dianugerahkan pada manusia saat di surga.

Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia

Saat Yesus menampakkan kemuliaanNya, terdengarlah suara dari surga. Bapa menyingkapkan kesaksian yang pernah juga Ia lakukan pada saat pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 3:17).

Ia bersabda, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”, Hic est Filius meus dilectus, in quo mihi bene complacui; ipsum audite

Hanya pada peristiwa ini, Bapa menambahkan, “Dengarkanlah Dia.” Ia menyingkapkan bahwa Yesus, yang jauh lebih agung dari Musa, telah dinubuatkan dan sekarang nubuat itu dipenuhi-Nya (bdk. Ul 18:15-18). Mendengarkan dalam tradisi alkitabiah bermakna mengimani, mempercayai dan melaksanakan sabda serta kehendakNya.

Musa, Elia, Yesus

Ketiga pribadi memiliki kedekatan dengan gunung dalam peristiwa hidup masing-masing. Musa mengalami peristiwa pernyataan diri Allah di Gunung Sinai di antara awan gemawan. “Bersiaplah menjelang pagi dan naiklah pada waktu pagi ke atas Gunung Sinai; berdirilah di sana menghadap Aku di puncak gunung itu… bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN.” (Kel 33:2-5).

Elia mengalami kehadiran Allah di puncak gunung Horeb. “Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni Gunung Horeb. Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ.

Lalu firman-Nya, Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN! Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.

Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi, Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (1Raj. 19:8-13).

Yesus. Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di gunung. Gereja mengajarkan : “Sejak saat Petrus mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah yang hidup, “Yesus mulai menyatakan kepada murid murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan… lalu dibunuh, dibangkitkan pada hari ketiga” (Mat 16:21).

Petrus menolak pernyataan itu; juga yang lain-lain tidak mengerti perkataan itu. Dalam hubungan ini terdapatlah kejadian perubahan rupa Yesus yang penuh rahasia di alas gunung yang tinggi di depan tiga saksi yang terpilih oleh-Nya: Petrus, Yakobus, dan Yohanes.

Wajah dan pakaian Yesus menjadi putih berkilau kilauan; Musa dan Elia nampak dan berbicara “tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem” (Luk 9:31). Awan datang menaungi mereka dan satu suara dari surga berkata: “Inilah Anak Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Luk 9:35)” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 554).

“Engkau dimuliakan di atas gunung, dan sejauh mereka mampu untuk itu, murid murid-Mu memandang kemuliaan-Mu, Kristus Allah, supaya apabila memandang Engkau yang tersalib, mereka mengerti bahwa kesengsaraan Mu adalah sukarela, dan dengan demikian mereka menyampaikan kepada dunia bahwa Engkau sesungguhnya cahaya Bapa” (Liturgi Bisantin, Kontakion pada pesta “Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya”).” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 555).

Katekese

Dalam Kristus, Allah berbicara pada semua manusia.  Santo Paus Yohanes Paulus II, 1920-2005.

Tiada hentinya Gereja mendengarkan sabda-Nya. Terus menerus Gereja membacanya. Dengan devosi yang amat mendalam Gereja menyusun ulang setiap peristiwa rinci hidup-Nya. Sabda itu didengarkan juga oleh umat bukan Kristen. Hidup Kristus juga menyapa banyak orang yang tidak mampu mengulangi bersama Petrus: ”Engkaulah Kristus Putera Allah yang hidup” (Mat 16:16).

Dia, Putera Allah yang hidup, juga menyapa orang-orang sebagai Manusia. Hidup-Nyalah yang berbicara, kemanusiaan-Nya, kesetiaan-Nya terhadap kebenaran, cintakasih-Nya yang merangkul segalanya. Selanjutnya, wafat-Nya di Salib berbicara, maksudnya:jurang penderitaan-Nya, saat Ia ditinggalkan, jurang yang tak terduga dalamnya.

Tidak pernah Gereja berhenti menghayati lagi kematian-Nya di Salib dan kebangkitan-Nya, yang merupakan isi hidup Gereja sehari-hari  […] Gereja menghayati misteri-Nya, terus menerus menimba dari padanya, dan tiada hentinya berusaha menyalurkan misteri Guru dan Tuhannya itu kepada umat manusia-kepada suku-suku dan bangsa-bangsa, kepada angkatan demi angkatan, dan kepada setiap orang  (dikutip dari Ensiklik Redemptor Hominis, 7)

Oratio-Missio

  • Tuhan, jagalah aku supaya selalu menyadari kehadiran-Mu, mendengarkan sabda-Mu dan setia melalukan kehendak-Mu. Dan ijinkanlah aku menyaksikan kemuliaan-Mu melalui peristiwa hidupku sehari-hari. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk bersatu dalam kemuliaan bersama Yesus? 

Hic est Filius meus dilectus, in quo mihi bene complacui; ipsum audite -Matthaeum 17:5

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here