Lectio Divina 08.07.2023 – Segar dan Baru Selalu

0
233 views
Kain baru tidak ditambalkan di kain lama, by Edouard Manet, 1832-1883

Sabtu. Hari Biasa, Pekan Biasa XIII (H)  

  • Kej. 27:1-5.15-29
  • Mzm. 135:1b-2.3-4. 5-6
  • Mat. 9:14-17

Lectio

14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” 15 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?

Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. 16 Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.

17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”  

Meditatio-Exegese

Diberkatinyalah dia

Yakub dengan cerdik telah mendapatkan hak kesulungan dari kakaknya, Esau. Berarti ia mendapatkan hak atas berkat Allah dan warisan ayahnya serta menjadi kepala keluarga (bdk. Kej. 27:29). Tradisi alkitabiah tidak dalam posisi menentukan benar-salah atas cara Yakub memperoleh hak itu.

Ia memperoleh hak dan berkat atas dasar hukum yang berlaku di lingkungan tempatnya tumbuh. Keduanya merupakan anugerah atau pemberian Tuhan, yang memilih anak bungsu (bdk. Kej. 25:23).

Sama seperti pada kisah Ishak (Kej. 21:8-13), kaum ibu memegang peran penting dan bertindak aktif untuk memudahkan Allah bekerja. Seluruh kisah akhirnya menyingkapkan betapa Yakub, bapa bangsa Israel, bertindak lebih cerdas, bijaksana dan pandai dibandingkan saudara sulungnya, Esau.

Di lain pihak, Nabi Hosea saat merenungkan kisah Yakub menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Yakub harus disesali. Baginya Yakub menjadi pralambang umat dipanggil untuk selalu bertobat (Hos. 12:3-7).

Ribka bertindak atas naluri seorang ibu. Tidak seperti suaminya, ia lebih mengasihi anaknya yang bungsu (Kej. 25:28). Dan Allah memanfaatkan kecenderungan ini untuk melaksanakan karya-Nya (Kej. 25:23).

Tradisi alkitabiah tidak menghakimi benar-salah atas tindakan istri Ishak, tetapi Allah tetap berkarya demi kebaikan-Nya sendiri. Janji-Nya pada Abraham diteruskan melalui Yakub pada bangsa Israel dan seluruh keturunannya.

Yakub hanya menyebutkan nama Allah saat menghidangkan makanan dan tak menjelaskan cara memainkan peran itu. Tetapi, para pembaca pasti tahu apa yang dilakukan Ribka di balik punggung suaminya dan Yakub.

Berkat yang diberikan Ishak pada Yakub meningkatkan kualitas hidup anaknya. Melalui berkat itu, Yakub terhubung dengan Abraham dan janji Allah padanya: janji akan tanah dan keturunan serta berkat bagi seluruh suku bangsa manusia (bdk. Kej. 28:3-4).

Berkat Ishak juga diberikan kepada Esau (Ibr. 11:20; Kej. 27:39-40). Keduanya terinspirasi oleh iman dan harapan yang akan terpenuhi di masa depan.

Sedangkan Santo Augustinus memaknainya, “Berkat Yakub melambangkan berkat dan pengajaran Kristus untuk segala bangsa. […] Ishak adalah hukum dan nubuat yang menjadikan Kristus diberkati melalui mulut bangsa Yahudi.

Dan karena hukum dan nubuat tidak dapat dipahami, keduanya seolah-olah berasal dari seseorang yang berbicara atas kebodohannya. Tetapi melalui keharuman nama Kristus berkat itu memenuhi seluruh semesta, bagaikan ditaburkan di ladang yang luas.

Berkat-Nya adalah berkat embun dari surga, artinya ditaburkan dari sabda ilahi-Nya dan menyuburkan dunia, yakni: kumpulan seluruh bangsa di dunia. Berkat-Nya adalah panenan gandum dan anggur,  yang bermakna sekumpulan besar orang yang mengumpulkan bulir gandum dan butir anggur dalam sakramen Tubuh dan Darah-Nya.

Anak-anak Bapa-Nya, yakni anak-anak Abraham yang beriman pada-Nya, memuliakan nama-Nya, kemudian pada gilirannya, anak-anak Abraham menurut daging.

Setiap orang yang mengutuk-Nya akan dikutuk. Dan setiap orang yang memberkati-Nya akan diberkati. Apa yang saya maksud adalah Kristus, Tuhan kita, yang memberkati, artinya sungguh diwartakan, bahkan  oleh orang Yahudi.

Memang, mereka keliru, karena mengharapkan Mesias yang lain dan mengira bahwa dialah yang Dia yang diberkati. Namun, mereka tetap mendaraskan Hukum dan kitab para nabi di sinagoga mereka.”  (De Civitate Dei, 16, 37).

Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?

Puasa merupakan salah satu dari tiga keutamaan dalam agama Yahudi, selain memberi sedekah dan berdoa. Praktik puasa pun sudah berakar dalam tradisi agama itu selama berabad-abad. Yesus pun mengikuti tradisi berpuasa selama empat puluh hari (Mat. 4:2).

Namun, Ia tidak mewajibkan para murid-Nya berpuasa. Ia membebaskan mereka untuk berpuasa atau tidak. Murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi bertanya pada Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Yesus menyamakan puasa dengan duka cita. Ia sendiri mengidentifikasikan diri sebagai Mempelai Pria. Saat mempelai pria menjamu sahabat-sahabatnya dalam pesta perkawinan, mereka tidak harus berpuasa.

Ketika Yesus masih bersama para murid, itulah saat pesta itu berlangsung. Maka, mereka tidak berpuasa. Tetapi saat mempelai itu pergi, saat berpuasa tiba. Kepergian-Nya mengacu pada saat Ia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.

Ia paham dan merasakan apabila Ia tetap berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah, para penguasa terus mengincar kematian-Nya, sama seperti burung nazar mengincar bangkai (Mat. 24:28).

Anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula

Santo Matius menyajikan dua ‘perumpamaan’ dengan makna serupa: secarik kain yang belum susut pada baju yang tua dan anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua. Bila menambal kain tua dengan secarik kain baru, saat dicuci, kain tua pasti terkoyak lebih lebar.

Bila mengisi anggur baru pada kantong kulit yang tua, wadah itu pasti robek dan anggur tumpah tak berguna. Sabda-Nya (Mat. 9:17), ”Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”, sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur.

Keyakinan yang dibela kaum Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis disamakan dengan secarik kain tua atau kantong kulit tua. Mentalitas mereka belum beranjak dari mentalitas mempertentangkan tradisi lama yang mereka anggap telah teruji dan tradisi baru yang belum tentu bermakna.

Yesus bersabda, “Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” (Mat. 13:52). Di samping tradisi rasuli, Gereja tidak mempertentangkan Perjanjian Baru dan PerjanjianLama atau memilih salah satu Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama. Gereja memilih keduanya, karena keduanya adalah anugerah.

Tuhan menuntun untuk dengan bijaksana menggunakan keduanya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia tidak menghendaki para murid-Nya dengan hati panas hanya berpegang pada salah satu saja dan menentang pembaharuan yang dihembuskan Roh Kudus.

Gereja harus membaharui diri, Ecclesia semper reformanda. Ia menghendaki hati para murid-Nya terbuka menerima anggur baru dari Roh Kudus. Maka, Ia membaharui muka bumi, et renovabit faciem terrae.

Katekese

Tak perlu berpuasa saat Mempelai Laki-laki hadir.  Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367 :

“Orang Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis berpuasa; sedangkan para rasul tidak. Tetapi Yesus menjawab mereka dengan menunjukkan aspek rohani dan menunjuk pada murid Yohanes bahwa Ia adalah Sang Mempelai Laki-laki.

Yohanes mengajarkan bahwa seluruh harapan hidupnya terletak pada Kristus. Namun, sementara ia terus berkhotbah, para muridnya belum dapat diterima oleh Tuhan.

Hingga pada masa Yohanes, hukum dan para para nabi yang datang silih berganti, dan jika Hukum Taurat tidak segera berakhir, tak satu pun dari para muridnya akan menerima iman seperti dalam iman dalam Injil.

Kenyataan bahwa para murid Yesus tidak berpuasa selama Sang Mempelai bersama mereka melukiskan suka cita atas kehadiran-Nya dan sakramen roti yang suci, yang tidak diperlukan sementara Ia hadir, yakni, terus mengingat Kristus dalam jiwa.

Namun, seketika Ia pergi, Yesus berkata bahwa mereka akan berpuasa, karena siapa pun juga yang tidak percaya bahwa Kristus telah bangkit tidak akan pernah makan roti hidup. Melalui iman akan kebangkitan, sakramen roti surgawi diterima. Barang siapa tidak bersama Kristus akan ditolak, karena mereka tanpa roti hidup.” (Commentary on Matthew 9.3).

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku tumbuh dalam kasih dan kebenaran. Bantulah aku untuk selalu bersukacita karena mengal, mengasihi dan melayani-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk selalu membaharui diri dan ambil bagian dalam memajukan komunitas imanku terdekat? 

 sed vinum novum in utres novos mittunt, et ambo conservantur – Matthaeum 9:17

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here