Lectio Divina 09.04.2021 – Bangkit dan Pulih dari Keterpurukan

0
263 views
Petrus meninggalkan perahu, menjumpai Yesus by Konrad Witz, 1444.

Jumat. Oktaf Paskah I (P)

  • Kis.4:1-12
  • Mzm.118:1-2.4.22-24.25-27a
  • Yoh.21:1-14

Lectio

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.

3 Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.

5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 6 Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.”

Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.

10 Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 11  Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguh pun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.

12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Meditatio-Exegese

Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa

Untuk pertama kali Santo Lukas, penulis Kisah Para Rasul, menyajikan konflik antara para rasul dengan pemimpin agama Yahudi di Yerusalem. Setelah penyembuhan pengemis yang lumpuh itu, banyak orang berkumpul mengelilingi Petrus dan Yohanes. Kerumunan itu menarik perhatian kepala keamanan Bait Allah, orang Saduki dan  imam-imam.

Para imam merupakan petugas lapis kedua di bawah imam agung  dan bertugas mengelola kegiatan peribadatan harian dan penjamin ketertiban. Ketiga golongan itu membentuk Sanhedrin, lembaga agama yang mengadili Tuhan kita, Yesus Kristus (bdk. Mat. 2:4).

Josephus, sejarahwan Yahudi, melaporkan bahwa walau sudah tidak menjabat sebagai imam agung, Hanas masih memiliki pengaruh dan kewibawaan yang lebih besar dari pada Kayafas, yang menjabat imam agung waktu itu.

Kelima anak dan menantunya, Kayafas, berturut-turut menduduki jabatan tertinggi dalam tata kelola Bait Allah, imam agung dan kepala Sanhedrin (bdk. Jewish Antiquities,  XX, 198).

Di hadapan Sanhedrin, Petrus dan Yohanes dengan gagah berani mewartakan pokok iman mereka. Yesus, Orang Nazaret, yang mereka siksa, salib dan bunuh, sekarang telah dibangkitkan dari kematian. Petrus menerapkan nubuat pemazmur tentang batu penjuru pada Yesus.

Ia ditolak dan dibuang seperti batu oleh para tukang bangunan. Tetapi di atas batu itulah seluruh bangungan didirikan dan ditopang (bdk. Mzm. 118: 22; Mat. 21:42). Pada Yesuslah keselamatan dipenuhi.

Saat dihadapkan pada pengadilan, sabda Tuhan kita terpenuhi, “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.” (Yoh. 15:20). Seperti Petrus dan Yohanes, seluruh umat Katolik harus bersaksi tentang Yesus, yang bangkit dari kematian, di mana pun mereka berada.

Aku pergi menangkap ikan

Petrus yang dikisahkan dalam Injil Yohanes adalah sosok yang sama dengan yang bersaksi di hadapan Sanhedrin. Tetapi dalam kisah ini disajikan kisah ketika ia terpuruk.  Ia mengalami kekecewaan tidak hanya karena harapannya akan Yesus musnah.

Yesus seharusnya datang sebagai raja yang mengusir dan menjadikan penjajah tumpuan alas kaki, ternyata, mati di salib. Malam itu ia juga gagal menangkap ikan seekor pun di danau Galilea.

Rupanya kelompok orang Galilea ini tidak percaya akan warta Maria Magdalena bahwa Tuhan telah bangkit. Maka mereka pulang kampung ke Kapernaum untuk melanjutkan hidup lama mereka sebagai nelayan.

“Aku pergi menangkap ikan,” kata Petrus. “Kami pergi juga dengan engkau,” jawab  Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain (Yoh. 21:2-3).

Petrus dan anak-anak Zebedeus telah lupa bahwa mereka dipanggil untuk menjadi penjala manusia (Mrk. 1: 17; Luk. 5: 10). Mereka mencoba menghapus kenangan hidup bersama dengan Yesus selama 3 tahun. Masa itu seolah-olah tidak pernah ada dan sudah berlalu ditelan gelombang kenangan buruk.

Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu

Nelayan yang berpengalaman menyusuri danau Galilea tidak menangkap seekor pun ikan  pada malam itu.  Ketika hari sudah siang dan mereka harus mendarat, tiba-tiba, seorang asing berkata dan menyuruh dengan penuh wibawa.

Sabda-Nya, “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh” (Yoh. 21:6). Mereka patuh dan menebarkan jala. Lihat! Tangkapan ikan begitu luar biasa banyak, tak terkira dalam benak mereka. Pasti muncul pertanyaan, “Kok, bisa?”

Di saat mereka semua takjub, murid yang dikasihi sadar akan siapa yang menyuruh mereka dengan penuh wibawa. Maka, ia berseru, “Itu Tuhan.”, Dominus est.

Sejenak kesadaran Petrus mulai pulih, keterpurukannya mulai sirna. Ia melompat dari perahu dan berenang ke tepi untuk segera berjumpa dengan Tuhannya. Murid yang lain mengikuti Petrus, seraya menarik perahu dan mengangkat jala yang penuh ikan.

Marilah dan sarapanlah

Sesampai  di tepi danau mereka melihat perapian yang telah disiapkan Yesus. Di situlah mereka memanggang ikan dan roti. Yesus mengajak, “Marilah dan sarapanlah” menjadi tanda bahwa Ia mengasihi mereka.

Tanda kasih-Nya sangat sederhana dan biasa. Tetapi sering dilupakan, bahkan oleh Petrus sekali pun. Juga dilupakan sabda-Nya (Yoh 14:9), “Barang siapa melihat Aku, dia melihat Bapa”, Qui vidit me, vidit Patrem.

Maka, tak seorang pun dari mereka berani bertanya, “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan (Yoh 21:12).

Sama seperti pada Perjamuan Malam terakhir, saat Ia menetapkan Ekaristi, “Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.” (Yoh. 21:13).

Maka, Ekaristi menjadi tanda dan sarana yang sangat istimewa untuk berjumpa dengan Yesus, yang bangkit dari mati. 

Katekese

Kewajiban para murid Kristus. Para Bapa Konsili Vatikan II:

“Sebab seorang murid terikat oleh kewajiban yang berat terhadap Kristus Sang Guru, yakni semakin mendalam menyelami kebenaran yang diterima dari pada-Nya, mewartakannya dengan setia, membelanya dengan berani, tanpa menggunakan upaya- upaya yang berlawanan dengan semangat Injil.

Tetapi sekaligus cinta kasih Kristus mendesaknya, untuk bertindak penuh kasih, kebijaksanaan dan kesabaran terhadap mereka, yang berada dalam keadaan sesat atau tidak tahu menahu menganai iman” (dikutip dari Dignitatis Humanae, 14).

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkaulah Kebangkitan dan Hidup. Kuatkanlah imanku padaMu. Semoga aku tak pernah ragu akan sabda-Mu dan tak akan pernah menjauhkan diri dari kehadiranMu. Amin. 
  • Apa yang perlu kulakukan dalam masa pandemi untuk bertemu Yesus dalam Ekaristi? Hanya sekedar Komuni batin?

Dicit ergo discipulus ille, quem diligebat Iesus, Petro, “Dominus est!” – Ioannem 21:7

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here