Senin. Minggu Biasa XXIII (H)
- Kol. 1:24-2.3.
- Mzm. 62:6-7.9.
- Luk. 6:6-11.
Lectio
6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. 7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.
8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri.
9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu.” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. 11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Meditatio-Exegese
Pada suatu hari Sabat lain
Kisah penyembuhan kelumpuhan tangan kanan di hari Sabat dihubungkan secara kronologis dengan kisah para murid yang memetik gandum di hari Sabat sebelumnya (Luk. 6:1-5). Di samping, kisah ini dihubungkan dengan tema yang tekandung pada bab 4-5.
Penulis Injil, Santo Lukas, memusatkan perhatian pada kuasa Yesus dalam menafsirkan Kitab Suci dan Hukum (bdk. Luk. 4:21), dan kuasa serta kewenangan-Nya dalam tugas pelayanan.
Kisah penyembuhan tangan kanan yang mati dalam perikop yang dibacakan hari ini (Luk. 6:6-11) mirip dengan kisah penyembuhan dan pengusiran setan di Sinagoga Kapernaum (Luk. 4:31-37). Yesus menyembuhkan pada hari Sabat tanpa penentangan.
Seiring dengan semakin meluasnya kabar tentang Yesus, sabda dan karya-Nya, benih permusuhan dari pihak pembenci makin tumbuh. Ahli Taurat dan kaum Farisi mencari-cari alasan untuk menuduh Yesus sebagai pelanggar hukum Tuhan (Luk 6:7) dan secara publik menolak kuasa ilahi yang dimiliki-Nya (Luk. 6:5.11).
Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat
Ahli Taurat dan kaum Farisi rupanya tidak pernah menyadari kehendak Allah saat Ia menetapkan perintah untuk menguduskan hari Sabat (Kel. 20:8; Ul. 5:12). Maka, mereka hendak mempersalahkan Yesus atas tududuhan pelanggaran hukum agama. Tetapi Yesus tahu jalan pikiran mereka.
Maka, Ia bertanya pada mereka (Luk. 6:9), “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”, Interrogo vos, si licet sabbato bene facere an male; animam salvam facere an perdere?
Dengan bertanya, Yesus hendak mengajak mereka untuk menimbang kembali makna asali perintah Sabat: membaharui kesetiaan kepada Allah. Pembaharuan dilaksanakan dengan melakukan kebaikan.
Santo Ambrosius, Uskup Milan (337-397), mengajarkan: “Kamu mendengar sabda Tuhan, “Ulurkanlah tanganmu.” Inilah obat yang sangat umum dan ada di mana-mana. Kamu yang mengira memiliki tangan yang sehat, hati-hatilah karena tanganmu lumpuh oleh kerakusan dan melawan kekudusan.
Rentangkan tanganmu sesering mungkin. Rentangkan untuk kaum miskin yang meminta padamu. Rentangkan untuk membatu sesamamu, melindungi janda dan menghalau bahaya dari tindakan yang tidak terpuji.
Ulurkan tanganmu pada Allah karena dosa-dosamu. Ulurkan tanganmu ke depan; maka sembuh. Tangan Yerobeam kejang ketika ia mempersembahkan kurban untuk berhala; dan menjadi lumpuh ketika ia menentang Allah (1Raj. 13:4-6).” (Exposition Of The Gospel Of Luke 5.40).
Orang Kristen merayakan hari Minggu sebagai Hari Tuhan untuk mengenangkan karya agung Allah. Karya penebusan Yesus Kristus dan karya penciptaan baru yang terlaksana melalui wafat dan kebangkitan Kristus (2Kor. 5:17).
Jika kita mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu, kasih kita akan mengalir pada sesama juga. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo (354-430), berkata, “Karya amal kasih menuntut waktu luang yang kudus; kewajiban melakukan amal kasih menuntut karya yang benar.”.
Bagaimana kita menguduskan hari Minggu bagi Tuhan? Pertama, dengan menghindari pekerjaan yang tidak perlu dan kegiatan yang menghambat penghormatan pada Allah. Kita dapat melaksanakan karya amal kasih, seperti merawat orang sakit, cacat, dan yang membutuhkan pertolongan.
Dan kita dapat pula melakukan kegiatan untuk membuat jiwa dan badan segar kembali. Inilah hari yang penuh suka cita bagi semua (Neh. 8:10-13).
Katekese
Yesus menyembuhkan untuk mengajarkan belas kasih pada kaum Farisi. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444
“Mukjizat kadang mempertobatkan mereka yang tidak percaya akan sabda Allah. Namun, kaum Farisi mengawasi-Nya untuk memastikan apakah Yesus menyembuhkan pada hari Sabat.
Sifat orang yang iri hati adalah bahwa pujian dari orang lain seolah seperti air garam yang disiramkan pada luka-lukanya sendiri dan ia menjadi gila ketika orang lain dipuji karena nama baik.
Sekali lagi Tuhan bersabda tentang hal ini, “Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.” (Dan. 2:22). Mengapa Ia mengucapkan sabda ini?
Barangkali, sabda-Nya akan mengubah hati kaum Farisi yang kejam dan tak berbelas kasih menjadi hati yang berbelas kasih. Penyakit yang diderita orang itu, tangan kanannya yang mati, barangkali mempermalukan mereka dan mendorong mereka untuk memadamkan api iri hati yang berkobar di hati.
“Pertanyaan ini tentu sangat bijak bijaksana dan menjadi pernyataan yang paling tepat untuk mengatasi kebodohan mereka. Jika diizinkan melakukan kebaikan pada hari Sabat dan tak ada yang menghalangi orang sakit untuk menerima belas kasih dari Allah, berhentilah mencari-cari kesempatan untuk menemukan kesalahan dan melawan Kristus.
Hendaklah kamu menundukkan kepala untuk menerima hukuman yang ditentukan Allah terhadap mereka yang merendahkan Anak-Nya.
Kamu telah mendengar Bapa saat Ia bersabda tentang Putera-Nya melalui suara Daud, “Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang-orang yang membencinya akan Kubunuh.” (Mzm 89:23).
Namun, jika tidak diperbolehkan melakukan perbuatan baik pada hari Sabat dan hukum melarang penyelamatan atas hidup, kamu telah menjadikan dirimu sendiri pelanggar hukum.” (Commentary On Luke, Homily 23).
Oratio-Missio
Tuhan, ubahlah hatiku agar aku mengasihi-Mu. Semoga aku mampu selalu melayani sesama demi kebaikannya dan mengusahakan hiburan yang sehat saat merayakan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menunjukkan atau membaharui kesetiaanku pada Allah?
Ait autem ad illos Iesus,“Interrogo vos si licet sabbato bene facere an male; animam salvam facere an perdere?” – Lucam 6: 9