Lectio Divina 14.05.2022 – Mengasihi Seperti Yesus Mengasihi

0
320 views
Kasihilah seperti Aku mengasihi kamu, by fll.cc/en/

Sabtu. Hari Biasa Pekan Paskah IV. Pesta Santo Matias, Rasul (P)

  • Kis. 1:15-17.20-26.
  • Mzm. 113:1-2.3-4.5-6.7-8.
  • Yoh. 15:9-17.

Lectio

9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15  Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

Meditatio-Exegese

Yang kena undi adalah Matias

Setelah kenaikan Yesus ke surga, para Rasul langsung menggelar sidang agung untuk menemukan dan memilih pengganti Yudas Iskariot. Pemilihan tidak mudah, karena diliputi pertanyaan, keraguan, dan bahaya.

Namun, mereka harus memusatkan seluruh daya upaya untuk memilih rasul kedua belas. Mereka harus memilih, karena  dua belas merupakan simbol Umat Terpilih: dua belas merupakan jumlah suku Israel.

Yesus memang memilih kedua belas Rasul, lalu, bagaimana cara mereka tahu siapa yang dipilih-Nya? Seratus dua puluh orang berkumpul, berdoa, dan merenungkan sabda Allah di ruang atas, ketika Petrus berdiri dan mengusulkan cara untuk memilih.

Petrus menetapkan satu syarat, “Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” (Kis 1:21-22).

Matias dan Yusuf yang disebut Barsabas memenuhi syarat yang ditetapkan. Mereka tahu bahwa kedua orang itu telah bersama mereka dan bersama Yesus sepanjang karya pelayanan-Nya. Tetapi siapa di antara keduanya yang harus dipilih, mereka tidak tahu.

Para Rasul tahu bahwa Allah mengenal hari mereka masing-masing. Maka mereka membuang undi, mungkin dengan memilih papirus yang berisi tulisan nama. Kehendak Allah telah disingkapkan: Matias dipilih. Dialah Rasul kedua belas. Kelompok itu menjadi genap kembali pada saat mereka menantikan kedatangan Roh Kudus.

Tentang Santo Matias, Santo Klemen dari Alexandria bersaksi bahwa Matias, seperti para Rasul yang lain, tidak dipilih karena apa yang telah mereka perbuat. Tetapi berdasarkan apa yang mungkin dapat dikembangkannya.

Ia dipilih bukan karena dia layak, tetapi karena ia akan menjadi layak. Yesus memilih kita juga dengan cara yang sama.

Kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu

Yesus tinggal dalam kasih Bapa dengan cara melaksanakan perintah yang Ia terima dari Bapa-Nya. Maka tiap murid-Nya dapat tinggal dalam kasih-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Sabda-Nya (Yoh 15:9), “Tinggallah dalam kasih-Ku.”, manete in dilectione mea.

Mereka melaksanakan perintah-Nya sama seperti cara Ia melakukan perintah Bapa-Nya. Sabda-Nya, “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yoh 15:10-11).

Perintah Yesus sangat sederhana dan hanya satu (Yoh 15:12), “Kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”, ut diligatis invicem, sicut dilexi vos.

Yesus menggenapi, bahkan, mengatasi patokan yang ditetapkan Perjanjian Lama. Tolok ukur lama, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Im 19:18) disempurnakan-Nya, “Kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15:12).

Ia mengasihi bahkan rela menyerahkan nyawa-Nya di salib. Maka, Ia memiliki kewibawaan untuk bersabda, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh. 15:13).

Dalam suratnya yang pertama, Santo Yohanes menulis tentang pembuktian kasih Kristus dan bagaimana jemaat meneladan-Nya, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?

Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah.” (1Yoh. 3:16-19).

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, tetapi Aku menyebut kamu sahabat

Menjadi sahabat Yesus selalu bermakna melakukan tindakan kasih hingga melepaskan kepentingan diri sendiri dan menyerahkan nyawa untuk sahabat. Sabda-Nya (Yoh 15:14), “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”, Vos amici mei estis, si feceritis, quae ego praecipio vobis.

Maka, relasi persahabatan dengan Yesus dibangun berdasarkan belas kasih, misericordia, bukan dengan persembahan atau ritus. Dalam tradisi Perjanjian Lama, Nabi Hosea menyingkapkan bahwa Allah menghendaki tindakan manusia untuk berbelas kasih, bukan korban persembahan dalam ibadat penuh kemunafikan, “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan.” (Hos. 6:6).

Segera Yesus bersabda, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh. 15:15). Yesus tidak menyembunyikan rahasia apa pun pada para murid-Nya.

Maka, saat membina jemaat-Nya, Santo Yohanes mengajarkan seluruh anggota komunitas untuk saling membuka hati tanpa ada kebohongan, tidak menyimpan rahasia dan kasak-kusuk, saling menguatkan dengan berbagi pengalaman iman yang dihayati sehari-hari. Dengan cara ini, setiap anggota jemaat saling memperkaya hidup.

Komunitas Gereja Perdana berjuang keras bertahun-tahun dan berhasil. Santo Lukas melukiskan cara hidup mereka, “mereka sehati dan sejiwa” (Kis.  4:32; 1:14; 2:42-46). 

Sabda-Nya juga mengingatkan akan makna percaya kepada-Nya. “Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Percaya bukan merupakan hanya buah dari olah pikiran atau kehendak.  Diam dan membiarkan pikiran dan jiwa meyakini Allah.

Percaya bermakna tindakan. Sabda-Nya, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh. 15:14). Beberapa anggota komunitas mengira keselamatan diperoleh melalui olah pikir, bukan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

Katekese

Para sahabat-Nya membawa damai.  Paus Fransiskus,  7 Desember 1936 – sekarang

“Para pembawa damai sungguh menjadi sumber perdamaian, membangun perdamaian dan persahabatan sosial. Kepada mereka yang menaburkan perdamaian Yesus memberikan janji yang indah, “Mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat. 5:9).

Ia meminta agar para murid-Nya, ketika tiba di sebuah rumah, mereka hendaknya mengatakan, “Damai bagi rumah ini” (Luk. 10:5). Sabda Allah mendorong setiap umat beriman untuk mengupayakan perdamaian, “bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati murni.” (lih. 2Tim. 2:22), sebab “buah kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai” (Yak. 3:18).

Dan jika kadang-kadang dalam komunitas kita ragu apa yang sebaiknya kita lakukan, “marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera” (Rom. 14:19), sebab kesatuan itu lebih utama daripada perselisihan.” (Seruan Apostolik Gaudete Et Exultate, Bersukacita Dan Bergembiralah, 88)

Oratio-Missio

Ajarlah, ya Tuhan, untuk melayaniMu seperti yang Engkau kehendaki, memberi tanpa pamrih, berjuang tanpa mengeluh kesakitan, bekerja tanpa mengenal lelah, berjerih payah tanpa mengenal upah, bertekun dan dengan sadar melakukan kehendakMu. Demi Kristus, Tuhan kami. (Doa Santo Ignatius Loyola terjemahan bebas)

  • “Akulah yang memilih kamu,” sabda Tuhan, maka apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi sahabat-Nya?

Haec mando vobis, ut diligatis invicem – Ioannem 15:17

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here