Lectio Divina 16.12.2022 – Saksi dan Pelita-Nya

0
149 views
Kamu adalah pelita, by suvvy surf

Jumat. Hari Biasa. Pekan Adven III (U)

  • Yes. 56:1-3a.6-8
  • Mzm. 67:2-3.5.7-8
  • Yoh. 5:33-36

Lectio

33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34  tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.

35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.

36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Meditatio-Exegese

Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes

Ungkapan kata kerja ‘mengirim utusan’ dan ‘mengurus’ membuka dan menutup perikop pendek ini. Pemimpin agama Yahudi mengutus imam dan orang Lewi ke Yerusalem untuk bertannya pada Yohanes. Mereka hendak memastikan apakah Yohanes adalah Mesias, Kristus yang dijanjikan Allah (bdk. Yoh. 1:19).

Jika benar dugaan mereka, mereka pasti akan mengambil untung dan memperalat Yohanes untuk memperkokoh legitimasi keagamaan mereka. Tak segan mereka akan membunuhnya bila kepentingan mereka diusik.

Bapa mengutus Putera-Nya, yang sejak dari awal mula bersama-sama dengan-Nya (Yoh. 1:1-2). Alasan tugas perutusan-Nya disingkapkan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16).

Mengutus menjadi kewenangan Bapa. Maka, tiap pribadi bebas untuk menanggapi untuk menerima atau menolak Dia yang diutus-Nya. Kebebasan pribadi untuk menerima atau menolak makin lama makin berkembang seiring dengan bimbingan Roh Kudus.

Setelah kenaikan-Nya ke surga, Yesus mengutus para rasul untuk mewartakan Injil kepada segala makhluk di setiap penjuru  (Mrk. 16:15). Tugas perutusan para rasul diteruskan oleh pengganti mereka tanpa putus dan melibatkan pula seluruh umat beriman. 

Dalam melaksanakan tugas perutusan, Ia selalu menyertai tiap pribadi murid-Nya. Ketika menyertai murid-Nya, Ia bertindak sebagai Guru, Saudara dan Saudari, Sahabat dalam peziarahan.

Sabda-Nya (Mat. 28:20), “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”, Et ecce ego vobiscum sum omnibus diebus usque ad consummationem saeculi.

Bersaksi tentang kebenaran

Ungkapan lain yang dipakai dalam Kitab Suci bersaksi, menjadi saksi, memberi kesaksian. Seorang saksi adalah orang yang melihat dan mendengar suatu peristiwa. Maka, ia mampu mengingat, mengulang, menonfirmasi dan menyatakan bahwa peristiwa itu sungguh terjadi.

Hukum Musa mengatur kesaksian legal satu orang harus digugurkan karena kurang bukti dan saksi. Maka, kesaksian diterima bila ada paling tidak dua orang saksi dengan isi kesaksian yang sepadan (bdk. Ul. 17:6).

Dalam perselisihan pendapat yang semakin runcing antara Yesus dan pemimpin agama Yahudi, Yesus membela diri dengan menyebutkan kesaksian Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis memang bersaksi bahwa ia bukan Mesias yang dijanjikan, tetapi ia menunjuk pada Yesus (Yoh 1: 19.20.26.29.35.36).

Yesus menerima kesaksian sepupu-Nya itu, tetapi Ia tidak tergantung pada kesaksian Yohanes dan memandang ada kesaksian lain yang jauh lebih penting dari kesaksian itu.

Yesus menekankan bahwa kesaksian kedua dan lebih besar untuk menyatakan bahwa Ia adalah Mesias dengan cara menunjuk pada tanda dan mukjizat yang Dia lakukan. Ia menyebutkan karya agung-Nya tidak untuk menunjuk Diri-Nya sendiri.

Namun, Ia menyingkapkan kuasa Allah Bapa yang bekerja di dalam dan melalui Dia. Ia menyebut Allah Bapa sebagai saksi utama dan terbesar. Maka Ia bertanya apakah yang memprtanyakan dan meragukan-Nya percaya pada Allah dan karya agung-Nya.

Sabda-Nya, “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” (Yoh. 14:10-11).

Seluruh sabda Allah dalam Perjanjian Lama, termasuk lima kitab Musa, menunjuk pada diri-Nya sebagai Mesias, Kristus dan Juruselamat. Namun para ahli kitab dan Farisi tidak pernah percaya sepenuhnya pada apa yang ditulis Musa.

Mereka menghendaki pujian dari umat dan mementingkan diri dan kedudukannya sendiri. Mereka membutakan mata hari untuk memandang Allah dan kebenaran sabda-Nya. Mereka terlekat pada posisi sebagai pihak yang berwenang menafsirkan dan menentukan hukum.

Maka, bila mereka menolak kesaksian Yesus, mereka percaya dan berpegang pada keterangan saksi atau kesaksian palsu atau dusta. Sedangkan yang memberikan kesaksian dusta harus dihapus dari tengah-tengah umat (Ul. 19:19).   

Setiap pribadi yang menerima kesaksian-Nya selalu berpijak bahwa pekerjaan-Nya menjadi saksi tentang siapa Dia dan siapa yang mengutus-Nya, terutama sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Perikop ini ditutup dengan penyingkapan Siapa yang mengutus Yesus. Sabda-Nya (Yoh 5:36), “Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”, ipsa opera, quae ego facio, testimonium perhibent de me, quia Pater me misit.

Ia adalah pelita

Citra tentang pelita menyinari seluruh perikop ini dan menjadi pokok bahasan. Pelita selalu mencakup tiga ungkapan yang terkait: menyala, bercahaya dan cahaya.

Pelita tidak dapat bersinar dari dirinya sendiri. Ia menyala, bercahaya setelah dinyalakan dengan api yang diambil dari sumber lain. Fungsinya untuk mengusir kegelapan dan membimbing atau memandu orang.

Hanya ada satu terang,  yang terus bercahaya di siang hari dan malam pun tak mampu mengalahkannya. Pemazmur bermadah, “kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.” (Mzm. 139:12).

Yang menjadi pelita adalah para nabi (2Ptr. 1:19). Mereka bersaksi bagi Kristus. Dan, teristimewa di masa Adven, Yohanes Pembaptis memandu setiap pribadi untuk menjumpai Sang Cahaya Kebenaran.

Tiap pribadi berperan sama, seperti Yohanes. Sabda-Nya (Yoh. 5:35), “Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya.”, Ille erat lucerna ardens et lucens.

Sang Terang menerangi tiap pribadi (Yoh. 1:9) dengan terang yang tak dapat dipadamkan (Luk. 1:78-79). Dialah Sang Terang, Yesus Kristus (Yoh. 8:12; 9:5). Sabda-Nya, (Yoh. 8:12), “Akulah Terang dunia.”, Ego sum lux mundi.

Katekese

Nabi dan rasul adalah lampu Allah. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430:

“Semua umat adalah lampu karena mereka hanya dapat dinyalakan dan dipadamkan… Hanya Kristus sendirlah yang bukan lampu. Karena Ia tidak dinyalakan dan dipadamkan. “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” (Yoh5:26).

Maka, para rasul juga merupakan lampu. Mereka bersyukur karena mereka telah dinyalakan oleh Terang kebenaran dan dibakar dengan Roh kasih. Serta minyak rahmat Allah selalu tersedia bagi mereka. Jika mereka bukan lampu, Tuhan tidak akan bersabda bagi mereka, “Kamu adalah terang dunia.” (Mat. 5:14).

Karena Ia bersabda, “Kamu adalah terang dunia.”, Ia menunjukkan bahwa mereka seharusnya tidak menganggap diri sebagai terang seperti yang disabdakan-Nya, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Tractates On The Gospel Of John 23.3.1-2).

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus agar aku mampu mendengarkan suara-Mu dengan sepenuh hati, melaksanakannya dan menghayatinya dengan penuh suka cita. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk beranjak, berjalan, dan mengayunkan langkah menuju Sang Terang? 

ipsa opera, quae ego facio, testimonium perhibent de me, quia Pater me misit – Ioannem 5:36

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here