Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 19.02.2024 – Ketika Aku…

Lectio Divina 19.02.2024 – Ketika Aku…

0
Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan, by Vatican News.

Senin. Minggu Prapaskah I, Hari Biasa (U)

  • Im. 19:1-2.11-18.
  • Mzm. 19:8.9.10.15.
  • Mat. 25:31-46.

Lectio (Mat. 25:31-46)

Meditatio-Exegese

Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus

Tuhan, Allah yang kudus, berkenan tinggal di antara manusia. Kehadiran dan kemuliaan-Nya dinyatakan di atas Kemah Suci (Kel. 40:34-38). Maka tiap pribadi dipanggil untuk menjadi kudus.

Panggilan untuk kekudusan merangkum seluruh tuntunan untuk berperilaku seperti diatur dalam Kitab Imamat dan seluruh Hukum Taurat. Panggilan ini  sering digemakan dalam Kitab Imamat (Im. 11:44-45; 19:2; 20:7; 20:26; 22:31-33).

Kekudusan menjadi landasan perjanjian antara Allah dengan umat di Sinai, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.

Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” (Kel. 19:5-6).

Makna dasar menjadi kudus adalah pemisahan. Suatu benda menjadi kudus bila dipisahkan atau diambil dari penggunaan sehari-hari atau penggunaan duniawi. Maka, manusia menjadi kudus bila ia dipisahkan atau dijauhkan atau dihindarkan dari dosa.

Kekudusan bukan melulu perkara ritual. Hidup kudus diwujud nyatakan melalui tindakan kasih, kepada siapa pun, tanpa dibatasi warna kulit, asal, paham keagamaan, dan segala pembatasan buatan manusia. Perintah-Nya jelas (Im. 19:17), “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”, Diliges proximum tuum sicut teipsum.

Wujud nyata kasih nampak dalam serangkaian seruan negatif untuk tidak mencuri, berdusta, menahan upah, mengutuk, menaruh batu sandungan, curang dalam pengadilan, membela perkara secara tidak wajar, menyebar fitnah, mengancam hidup, membenci, menuntut balas dan mendendam. Daftar ini masih dapat diperpanjang (bdk. Im. 19:11-18).

Seluruh hukum yang harus dilakukan manusia untuk menjadi kudus diringkas Yesus saat Ia menjawab pencobaan dari orang Farisi, yang bertanya manakah hukum yang tertinggi dan terpenting.

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 22:34-40).

Apabila Anak Manusia datang

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya” (Mat.25:31). Anak Manusia datang dalam kemuliaan dan kuasa.

Yesus mengenakan gelar Anak Manusia seperti visio, penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14). Gelar ini dikenakan pada Yesus berkali-kali (Mat. 8:20; 9:6; 10:23; 11:9; 12:8, 32, 40; 13:37, 41; 16:13, 27-28; 17:9, 12, 22; 19:18; 20:18; 24:27, 30, 37, 39, 44; 25:31; 26:2, 24, 45, 64).

Kedatangan-Nya yang kedua sangat berbeda dengan kedatangan-Nya yang pertama. Pada saaat kedatangan pertama, Ia mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Fil. 2:5-11). Ia dikandung oleh Ibu Maria dan lahir di antara binatang ternak di Betlehen, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk. 2:7).

Sebagai manusia, Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Perendahan diri serendah-rendahnya bertujuan agar Ia bisa tinggal tinggal dengan dengan kita, penuh kasih kasih karunia dan kebenaran (Yoh. 1:14) dan dapat menarik semua orang datang pada-Nya (Yoh. 12:32).

Maka, pada kedatangan-Nya yang kedua, tiada lagi tersedia saat untuk mengundang dan memikat hati manusia untuk datang pada-Nya. Tiada lagi perendahan diri. Yesus datang datang dalam seluruh kemuliaan dan kuasa di hadapan seluruh bangsa manusia.

Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang

Anak Manusia bertindak seperti gembala. Ia memisahkan seorang dari pada yang lain, seperti gembala memisahkan domba di sisi kanan dan kambing di sisi kiri. Ia tidak melakukan kesalahan dalam memilah, karena tahu pasti mana domba dan mana kambing. Yesus tidak menghakimi (bdk. Yoh. 3:17; 12:47).

Masing-masing pribadi menghakimi diri sendiri berdasarkan apa yang mereka lakukan pada mereka yang kecil dan disingkirkan.

Kepada yang ada di sebelah kanan, Ia bersabda, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku.” (Mat. 25:34). Ia menyebut mereka diberkati, karena mereka menerima berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunan-Nya (Kej. 12:3). Karena itu, mereka dipersilakan masuk ke dalam Kerajaan-Nya.   

Salah seorang dari saudara-Ku

Kelayakan untuk menempati sisi kanan atau sisi kiri Sang Raja ditentukan oleh tolok ukur yang telah diwartakan sejak semula,  yakni: melakukan amal kasih kepada sesama manusia, terutama kepada yang miskin dan disingkirkan: makan, minum, tumpangan, pakaian, perawatan dan kunjungan.

Yesus menggemakan tuntutan Hukum Taurat yang menuntut orang kaya menyisakan panenan agar para janda dan anak yatim piatu mendapatkan makanan (Im. 19:9-10); para majikan harus membayar upah butuh harian tepat waktu, karena mereka tergantung dari upah itu untuk makan sehari-hari (Ul. 24:15).

Hukum Tuhan itu menyatakan, “Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas (Kel. 22:22). Nabi Amos mengecam mereka, “yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin.” (Am. 4:1).

Dan Nabi Yesaya menyerukan kehendak Allah, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.” (Yes. 58:6-7).

Santo Matius menggunakan ungkapan αδελφων μου, adelphon mou, dari kata benda, adelpho, saudara-Ku. Seluruh tuntuan Hukum Taurat dan para nabi digenapi dalam diri-Nya. Ia hadir dan dapat dijumpai dalam diri orang yang hina. Kepada mereka, saudara Yesus, seluruh tindakan kasih harus dilakukan.

Sabda-Nya (Mat. 25:40), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”, Amen dico vobis: Quamdiu fecistis uni de his fratribus meis minimis, mihi fecistis.

Katekese

Kenalilah Yesus. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430.

“Kristus sekaligus berdiam di atas dan di bawah – di atas dalam diri-Nya sendiri, di bawah dalam diri umat-Nya. Takutlah pada Kristus yang berdiam di atas; dan kenalilah Ia yang tinggal di di bawah.

Di sini, Ia hidup miskin, bersama dengan dan dalam diri kaum miskin. Di atas sana Ia kaya, dan berdiam bersama Allah. 

Mohonlah anugerah pada Kristus yang berdiam di atas. Kenalilah Dia yang berdiam di sini pada saat Ia membutuhkan pertolonganmu.” (Sermon 123, 44).

Oratio-Missio

Tuhan, kuasailah dan aturlah hidup-Ku. Semoga kasih-Mu mengarahkan hatiku untuk selalu memikirkan, melakukan dan mewartakan belas kasih dan kehendak-Mu. Amin.  

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengenali Kristus yang diam di sini (lih. Yes 8:6-7)?

Amen dico vobis: Quamdiu fecistis uni de his fratribus meis minimis, mihi fecistis” – Matthaeum 25:40

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version