Lectio Divina 19.04.2021 – Percaya Pada Dia yang Diutus Allah

0
311 views
Mencari Yesus karena kebutuhan perut by Vatican News.

Senin. Pekan Paskah III (P)

  • Kis.6:8-15
  • Mzm.119:23-24.26-27.29-30
  • Yoh.6:22-29

Lectio

22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.

23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” 26 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.

27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”

28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” 29 Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

Meditatio-Exegese

Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah

Diakon Stefanus ditampilkan tidak hanya sebagai saksi yang gagah berani. Tetapi juga sebagai saksi yang mendasarkan diri pada bimbingan Roh Kudus, plenus gratia et fortitudine (Kis. 6:8). Kesaksiannya dilakukan melalui karya amal kasih untuk melayani orang miskin (Kis. 6:1-7).

Atas kesaksiannya, Stefanus mengalami apa yang dialami Yesus, Tuhan dan Gurunya. Sama seperti Yesus, yang dituduh dengan tuduhan palsu, padanya ditimpakan, ”Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah…

Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.” (Kis. 6:11-14).

Maka, apa yang dialami Yesus juga dialami oleh Stefanus, bisa juga dialami murid-Nya yang bersaksi tentang Dia pada saat ini.

Bukan karena kamu telah melihat tanda

Setelah Yesus menggandakan roti, orang banyak mencari dan mengikuti-Nya. Mereka telah menyaksikan tanda atau mujizat. Setelah makan dan kenyang, pengalaman itu inging mereka ulang. Mereka tidak memiliki minat untuk mencari makna dibalik tanda heran dan menemukan Allah yang mengundang mereka untuk mengsihi-Nya.

Sebagian telah pergi naik perahu ke arah Tiberias. Yang lain mendarat di Kapernaum. Kemudian mereka berkumpul dan mencari sosok Nabi Musa lain yang mampu memberi manna. Ketika berjumpa dengan Yesus mereka bertanya-tanya (Yoh 6:25), “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”, Rabbi, quando huc venisti?

Sama seperti ketika dijumpai Nikodemus, Yesus mengabaikan pertanyaan mereka. Ia langsung menukik ke pokok persoalan yang dihadapi mereka. Mereka tidak mencari Yesus untuk menemukan makna tanda, tetapi mereka didorong oleh kebutuhan dasar manusia, pemenuhan kebutuhan perut.

Bekerjalah untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal

Yesus menunjukkan bahwa manusia tidak hanya makan roti yang mengenyangkan perut dan meredakan rasa lapar saja. Tetapi, ia membutuhkan makanan yang lebih penting, yaitu sesuatu jenis makanan yang mampu bertahan untuk hidup kekal.

Yesus mengingatkan kebenaran nubuat Nabi Yesaya, “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.” (Yes. 55:2).

Mengikuti nubuat nabi besar itu, Yesus menyingkapkan dua macam makanan. Pertama, makanan yang hanya bertahan sementara dan menyeret menuju kesia-siaan. Lalu, makanan yang menghantar pada kehidupkan kekal.

Yesus, seperti Nabi Yesaya, menyingkapkan wajah belas kasih Allah, misericordiae vultus,  dengan menuntun manusia untuk memilih makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal (Yoh 6: 27). Makanan itu, βρωσιν, brosin, dari kata brosis, diberikan oleh Anak Manusia.

Dan Anak Manusia telah diberi kemuliaan dan kekuasaan kekal oleh Allah dengan meterai-Nya, seperti dalam penglihatan Nabi Daniel (Dan 7:13-14).

Apakah yang harus kami perbuat?

Beberapa orang mulai mengerti makna sabda Yesus. Yesus menawarkan jenis makanan lain yang bertahan kepada hidup kekal. Maka mereka bertanya,  “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”

Jawab Yesus kepada mereka (Yoh. 6:28-29), “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”, Hoc est opus Dei, ut credatis in eum, quem misit ille.

Mereka tidak mengerti bahwa jawaban atas pertanyaan itu adalah Yesus sendiri. Mereka harus meninggalkan ketaatan pada hukum dan beralih kepada iman akan Sang Sabda, Putera Allah. Ia tidak menghendaki persembahan dan korban bakaran, tetapi belas kasih, misericordia.

Katekese

Allah adalah Tuan kita. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Kalian tahu, apa yang kita kehendaki adalah memperoleh hidup kekal. Kita menghendaki untuk tinggal di tempat di mana tidak ada seorang pun mati, tetapi jika mungkin, kita tidak mengharapkan ke sama melalui kematian.

Kita ingin dilemparkan ke sana ketika kita masih hidup dan menyaksikan tubuh kita diubah, sementara kita hidup, dalam bentuk rohani seperti bentuk yang akan diubah ketika kita bangkit lagi. Siapa yang menghendaki hal seperti ini? Bukankan ini apa yang diharapkan setiap orang?

Tetapi, karena ini adalah apa yang kalian kehendaki, kalian diperintahkan: Tinggalkanlah! Ingatlah apa yang didaraskan dalam Kitab Mazmur, “Aku adalah seorang pendatang di muka bumi.” (bdk. Mzm. 39:13). Kalau kalian adalah seorang pendatang, kalian tinggal di rumah orang lain.

Kalau kalian tinggal di rumah orang lain, kalian pergi ketika pemilik rumah mengusir kalian. Dan tuan rumah bebas berkata kapan kalian pergi, cepat atau lambat. Ia tidak menjamin berapa lama kalian boleh tinggal.

Maka, ia tidak menanda-tangani kontrak apa pun dengan kalian. Tahu kalau kamu tinggal padanya tanpa bayar, kamu harus pergi ketika ia memerintahkan demikian. Dan hal ini juga harus dipertimbangkan, dan karena ini, pula, kesabaran sangatlah penting.”  (dikutip dari Sermon 359A,8

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkau hanya sendirilah yang memiliki kuasa untuk memuaskan kerinduan hatiku paling dalam. Semoga aku selalu merindukan Roti Hidup yang berasal dari sorga. Bantulah aku dan kuatkanlah aku untuk selalu melayaniMu dengan suka cita, murah hati dan sepenuh kekuatan sepanjang hidupku. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk memperoleh bekal hidup kekal?

Hoc est opus Dei, ut credatis in eum, quem misit ille – Ioannem 6:29  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here