Lectio Divina 2.10.2024 – Bergantung pada Allah dan Melayani-Nya

0
29 views
Malaikat pelindung, by Francesco Paglia

Rabu. Perayaan Wajib Para Malaikat Pelindung (P)

  • Kel. 23:20-23a
  • Mzm. 91:1-2.3-4.5-6.10-11
  • Mat. 18:1-5.10

Lectio

1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang  terbesar dalam Kerajaan Surga?” 2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka

3 lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. 

5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. 10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.”  

Meditatio-Exegese  

Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu

Allah tidak pernah tega meninggalkan umat-Nya. Ia selalu berjanji dan menepatinya untuk menyertai manusia. Bahkan, pada bagian akhir atau tambahan atas Hukum Perjanjian, para penulis suci melukiskan kedekatan Allah pada umat-Nya dan Ia selalu mengundang agar umat dekat pada-Nya.

Walaupun umat selalu memiliki kecenderungan untuk meninggalkan Dia, Allah selalu mengingatkan dan memperingatkan akan bahaya dari kesesatan. Dan Ia selalu mengobarkan harapan yang sering hampir padam.

Terus menerus Ia mengutus pribadi dan utusan-Nya untuk meninggalkan kesesatan. Terlebih, Ia mendorong tiap anggota umat Allah untuk berpaut kepada-Nya. 

Kata αγγελος, aggelos, angelus (Latin), menurut Santo Augustinus, Uskup Hippo, mengacu pada kehadiran Allah, bukan sosok. Demikian beliau menjelaskan, “Malaikat menunjukkan status, bukan kodrat. Kalau engkau menanyakan kodratnya, maka ia adalah roh. Kalau engkau menanyakan statusnya, ia adalah malaikat.” (Enarrationes in Psalmo, 103,1,15).

Ungkapan ‘malaikat Tuhan’  searti dengan kehadiran Allah sendiri atau campur tangan-Nya secara langsung dalam peristiwa hidup (bdk. Kel. 3:2; Kel. 14:19; Kej. 16:7; Kej. 22:11). Namun, ketika Kitab Suci menggunakan ungkapan ‘malaikat’ atau ’malaikat-Ku’ (bdk. Kel. 23:23; Bil. 20:16), nampaknya ia mengacu pada makhluk rohani yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakan perintah-Nya (bdk. Mzm. 103:20).

Sabda-Nya, “Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan.”’, Ecce ego mittam angelum, qui praecedat te et custodiat in via et introducat ad locum, quem paravi.

Atas nama Allah, malaikat ditugaskan untuk membimbing umat, seperti ketika melindungi Lot (bdk. Kej. 19) atau Hagar dan anaknya (bdk. Kej. 21:17).

Gereja berpegang pada  ajaran alkitabiah ini, seperti ajaran Santo Basilius, 329-379, “Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan.” (Adversus Eunomium, 3,1; bdk. Katekismus Gereja Katolik, 334-336).

Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga

Banyak contoh dalam Kitab Suci menyingkapkan peran malaikat sebagai utusan Allah dan pelindung. Ketika Petrus dalam penjara dan dijaga dengan ketat, seorang malaikat membangunkannya di tengah malam. Ia membuka rantai pengikat tangannya, dan membawanya keluar dari penjara melewati para penjaga dan pintu terkunci.

Setelah menyadari apa yang terjadi pada dirinya, Petrus berkata, “Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.” (Kis. 12:11).

Dalam tradisi Perjanjian Lama, malaikat Tuhan juga menjaga dan melindungi Daniel di kandang singa yang lapar (Dan. 6:22).

Para malaikat melayani Yesus setelah pencobaan di padang gurun dan selama Ia mengalami kecemasan di Taman Getsemani (Luk. 22: 43). Para malaikan juga hadir ketika Yesus datang kembali; mereka mengumumkan dan melayani pada saat Ia menjadi Hakim (Mat. 25:31).

Malaikat menyingkapkan bahwa semesta yang diciptakan Allah bukan melulu bersifat kebendaan.

Kitab Suci juga menggambarkan malaikat yang jatuh dalam dosa (Yud. 1:6; 2Ptr. 2:4; Why. 12:9). Mereka menjadi roh jahat atau setan (Mrk. 5:13; Mat. 25:41). Yang mereka cari adalah kehancuran murid-Nya (bdk. 1Ptr. 5:8).

Jika mereka tidak mampu membujuk para murid-Nya menanggalkan iman dan kesetiaan pada Kristus, mereka mencoba menjauhkan untuk tidak melaksanaan kehendak Allah. Mereka mengusahakan sedemikian rupa agar para murid melakukan kemauannya sendiri dan jauh dari kebaikan.

Siapakah yang  terbesar dalam Kerajaan Surga?

Pertanyaan para rasul ini menandakan bahwa mereka gagal memahami atau, bahkan, tidak mau peduli pada tugas pengutusan Yesus. Mereka hanya memperhatikan siapa unggul atas siapa, seperti permintaan ibu Yakobus dan Yohanes (Mat. 20:20-28).

Sedangkan Yesus menghendaki agar para pengikutnya memiliki roh pelayanan, rela mengorbankan diri, suka mengampuni, rekonsiliatif dan penuh syukur. Mereka jauh lebih dari mementingkan diri sendiri dan sombong.

Menanggapi perselisihan di antara para murid, Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka (Mat. 18:2). Menempatkan seorang anak keci di tengah bermakna bahwa Yesus menjadikan anak kecil itu sebagai pusat perhatian.

Yesus meminta para rasul memandangi, mengkontemplasikan makna penting seorang anak dan belajar dari padanya. Ia tidak menghendaki para murid belajar tentang kepolosan seorang anak. Kepolosan sering menipu untuk menutupi kesombongan tersebunyi.

Yesus menghendaki tiap murid menggantungkan diri pada Allah. Sama seperti anak-anak yang belum dapat hidup mandiri dan tergantung dari belas kasih orang tua, para murid Yesus hendaknya menggantungkan diri pada Yesus.

Seperti ranting anggur yang menempel kuat pada pokok anggur, murid Yesus harus menggantungkan diri pada-Nya agar berbuah banyak. Tetapi, bila melepaskan diri dari Allah, ia  menjadi ranting terpotong yang lama-lama menjadi kering. Akhirnya, mati, dikumpulkan, dibuang lalu dibakar (Yoh. 15:5-8). 

Dalam budaya Yahudi saat itu yang mengedepankan kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak tidak diperhitungkan, seperti dicatat Santo Matius, “Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.” (Mat. 15:38).

Menempatkan anak kecil di tengah para murid, Yesus mengajak mereka untuk melakukan perubahan cara pikir, cara tindak dan cara merasa dari arah ‘yang besar, hebat, atas, tinggi’ ke arah ‘yang kecil, hina, bawah, miskin’.

Para murid dituntut untuk merendahkan diri. Dengan cara inilah mereka menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga.

Alasan yang mendasari diungkapkan Santo Matius (Mat. 18:5), “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”,Et, qui susceperit unum parvulum talem in nomine meo, me suscipit.

Kasih Yesus pada mereka yang kecil begitu menggetarkan hati. Anak-anak sama sekali tak memiliki jasa untuk dibanggakan. Mereka dikasihi karena mereka memang anak-anak, bukan karena jabatan, kemampuan atau kuasa.

Sikap batin seperti ini pasti terungkapkan dalam cara mengasihi Allah dan dapat ditiru oleh siapa pun yang mengasihi Allah.

Santo Matius menyingkapkan bahwa Allah menghendaki agar mereka yang kecil, lemah, miskin, dan diafabel, tidak disingkirkan. Mereka menjadi prioritas pertama dan utama jemaat, Gereja-Nya.

Tugas tiap anggota jemaat, karena pembaptisan yang diterimanya, adalah mencari sampai ke tiap lekuk gunung, menemukan dan membawanya pulang ke kandang, supaya mereka tidak hilang (Mat. 18:13-14).

Yang kecil, lemah, miskin, dan diafabel harus dilayani. Santo Matius menggunakan ungkapan (Mat. 20:28), “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”, Filius hominis non venit ministrari sed ministrare et dare animam suam redemptionem pro multis.

Kata διακονησαι, diakonesai, dari kata dasar διακονεω, diakoneo digunakan dengan makna ministrare (Latin), melayani.

Katekese

Malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga. Santo Chromatius, wafat 406:

“Tidak bisa dibenarkan meremehkan siapa pun yang percaya kepada Kristus. Seorang beriman tidak hanya disebut sebagai hamba Allah, tetapi ia juga diangkat sebagai anak melalui rahmat Sakramen Baptis. Padanya juga dijanjikan Kerajaan Surga dan barisan para malaikat.

Dan tepatlah Tuhan bersabda, “Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga.” Betapa besar kasih karunia yang dicurahkan Tuhan pada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Terlebih saat Ia menyatakan Diri-Nya sendiri dan  menunjukkan para malaikat selalu memandang wajah Bapa yang di surga. Betapa agung anugerah malaikat yang dilimpahkan pada semua yang percaya kepada Kristus. Akhirnya, para malaikat menghantar doa mereka ke surga.

Inilah kata Malaikat Rafael kepada Tobias, “Makanya, ketika engkau dan Sara berdoa maka ingatan akan doamu itu kusampaikan ke hadapan kemuliaan Tuhan.” (Tob. 12:12).

Malaikat pelindung yang kuat mengeliling mereka. Mereka membatu masing-masing dar kita melepaskan diri dari jerat musuh.

Karena manusia, dalam kelemahannya, tidak dapat melepaskan diri di atara begitu banyak serangan musuh yang sangat perkasa, jika ia tidak dikuatkan oleh bantuan para malaikat.” (Tractate On Matthew 57.1).

Oratio-Missio

Tuhan, Englaulah pengungsian dan kekuatanku. Semoga aku selalu menyadari kehadiran-Mu; semoga aku selalu dibimbing dan dinaungi oleh perlindungan malaikat pelindungku agar dihindarkan dari yang jahat. Kuatkanlah aku untuk menolak yang jahat dan setia melakukan apa yang baik dan benar. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar aku dapat menjadi pelayan-Nya?

Et, qui susceperit unum parvulum talem in nomine meo, me suscipit – Matthaeum 18:5

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here