Lectio Divina 20.7.2025 – Memilih dan Melayani Tuhan

0
208 views
Abraham menyambut tamunya, by J.J.J. Tissot

Minggu. Hari Minggu Biasa XVI (H)

  • Kej. 18:1-10a
  • Mzm. 15:2-3ab.3cd-4ab.5
  • Kol. 1:24-28
  • Luk. 10:38-42

Lectio

38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 40  sedang Marta sibuk sekali melayani.

Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

41 Namun ,Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, 42  tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.” 

MeditatioExegese

Melihat mereka, ia berlari, menyongsong mereka, lalu sujud sampai ke tanah

Allah sendiri menetapkan perjanjian kepada sahabat-Nya, Abraham. Ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan Haran dan pergi menuju tanah Kanaan, Ia berjanji untuk menganugerahkan: tanah, keturunan dan berkat bagi segala bangsa melalui dirinya (Kej. 12:1-3; 15:5.18-19; 17:4-8; 22:15-18).

Abraham telah memiliki seorang anak dengan Hagar, isteri dan budaknya (Kej. 16:1-4.15). Tetapi ia belum memiliki seorang anak pun dengan Sara, permaisurinya.

Rangkaian kisah yang dijalin dalam Bab 18 terjadi sesaat setelah Allah menjanjikan bahwa permaisurinya yang mandul, Sara, akan mengandung seorang anak pada saat yang sama sekarang setahun kemudian (Kej 17:21).

Janji yang sama diulang-Nya kembali (Kej. 18:10), “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.”, Revertens veniam ad te tempore isto, et habebit filium Sara uxor tua.

Penulis suci memulai kisah dengan memperkenalkan Nama Ilahi Allah, Yahwe. Ia menampakkan diri dengan dua orang lain yang berjenis kelamim laki-laki dalam teks Ibrani, Septuaginta dan Vulgata, ketika Abraham sedang duduk di depan pintu tendanya.

Kej. 18:1-33 menyebut nama Yahwe sepuluh kali (Kej. 18:1.13.14.17.19 dua kali.20.22.26.33). Maka tidak ada peluang untuk mengatakan bahwa salah satu dari ketiga laki-laki itu adalah bukan Allah.

Setelah Yahwe menjajikan seluruh tanah yang dapat dilihat Abraham dari puncak Bethel (Kej. 13:14-17), Abraham memindahkan tenda, kawananan ternak dan seluruh sukunya untuk berdiam di Mamre, dekat Hebron, tempat ia mendirikan sebuah altar untuk Yahwe (Kej. 13:18).

Abraham adalah kepala suku yang yang memiliki kekayaan besar dalam bentuk kawanan ternak dan pelayan. Dua kali setahun kelompok itu harus memindahkan kawanan ternak untuk mendapatkan padang rumput yang subur dan hijau  di padang-padang rumput daerah Negeb. Maka kelompok suku yang dipimpin Abraham hidup semi-nomaden.

Di tengah hari saat Abraham duduk di muka tenda, ia melihat tiga orang laki-laki berdiri di depannya. Berdiri di muka tenda sama dengan mengetok pintu rumah. Melihat kedatangan tamu, Abraham menyambut dan mengundang mereka dengan ramah.

Penulis suci segera memperkenalkan bahwa yang menampakkan diri pada Abraham adalah Yahwe, Allah. Dalam kisah Abraham, nama itu diperkenalkan sebanyak tiga puluh kali  sejak Kej 12:1.

Abraham sedang mengangkat muka ketika ia meliat tiga orang laki-laki berdiri di depannya, saat hari sedang panas terik. Ketiga laki-laki mengunjungi tenda Abraham ketia orang mencari tempat berteduh di tengah hari dan biasanya dijamu dengan jamuan makan.

Seperti dialami orang lain, Abraham juga hidup menurut alam lingkungan sekitar. Waktu diatur menurut tahun, musim, dan hari-hanya yang diatur menurut gerak matahari: pagi, siang, sore, dan senja yang menandakan akhir satu hari dan mulai hari baru.

Abraham melihat ketiga tamunya. Melihat mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujud sampai ke tanah (Kej. 18:2). Ia mengenali mereka sebagai Yahwe, Allahnya, dan menyambut mereka dengan sapaan dalam bentuk tunggal, Domine, Tuan, Gusti (Jawa).

Sapaan dalam bentuk kata ganti nama tunggal yang dikenakan pada tiga tamunya digunakan terus hingga Kej. 18:10; dan terus digunakan pada seluruh Kej. 18:15.

Kisah dalam Kitab Kejadian ini nampaknya mengidentifikasi tiga orang laki-laki itu sebagai Tuhan dan diikuti dua orang laki-laki lain, yakni para utusan/malaikat-Nya (Kej. 19:1.15). Namun, beberapa Bapa Gereja, khususnya, para Bapa Gereja Timur, menyakini bahwa kunjungan tiga orang laki-laki, yang satu di antara-Nya adalah Allah, Yahwe, dalam rupa manusia, sebagai penyingkapan Tritunggal Mahakudus.

Para Bapa Gereja meyakini bahwa Tritunggal Mahakudus hadir dan berperan aktif dalam pemberitahuan akan kelahiran Ishak, yang kelak menjadi bapa leluhur Benih Yang Janjikan untuk keselamatan seluruh umat manusia (Kej. 3:15; Mat. 1:1-2). Kelahiran Ishak dan pengorbanannya di gunung di tanah Moria menjadi pralambang pemberitahuan dan korban Sang Juruselamat (Kej. 22:2; Luk. 1:26-38; Ibr. 11:11.17-19).

Abraham bersujud menghormati tetamunya, karena ia mengidentifikasi diri sebagai hamba Tuhan. Kisah dalam Injil, kelak, juga mengulang penerimaan dan keramah-tamahan yang diterima Allah ketika Anak Allah, Yesus, sungguh Allah sungguh manusia, makan dan minum bersama orang baik dan orang berdosa.

Gereja mengajarkan, “Oleh karena bapa bangsa Abraham percaya kepada Allah (bdk. Kej. 15:6) dan menempuh jalannya dalam kehadiran dan dalam perjanjian dengan-Nya (bdk. Kej 17:1-2), maka ia bersedia menerima seorang tamu misterius di dalam kemahnya.

Lawatan yang penuh keajaiban di Mamre ini adalah satu pengantar untuk pengumuman putera perjanjian yang benar (bdk. Kej. 18:1-15; Luk. 1:26-38). Sejak Allah memberitahukan keputusan-Nya kepada Abraham, hatinya turut serta dalam kerahiman Allah untuk manusia. Karena itu, ia berani dalam kepercayaan yang teguh, untuk memohon bagi mereka (bdk. Kej. 18:16-33).” (Katekismus Gereja Katolik, 2571)

Abraham tidak hanya dengan cepat dan cermat melayani tetamunya. Dilukiskan gerakkan seperti kilat, tanpa penundaan: ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka (Kej. 18:2);  segera pergi ke kemah mendapatkan Sara (Kej. 18:6).

Berkata, “Cepatlah. Ambil tiga sukat tepung yang terbaik. Buatlah adonan, lalu buatlah roti bundar.” (Kej 18:6); berlarilah kepada lembu sapinya (Kej 18:7); dan orang ini segera mengolahnya (Kej 18:7). 

Tetapi juga, menjamu tetamunya dengan sangat murah hati. Segala yang terbaik disediakan dan dihidangkan. Ukuran satu sukat atau seah setara dengan delapan liter. Perlakuan ini menandakan ia menyambut tetamu yang sangat istimewa.

Terlebih, Abraham tidak ambil bagian dalam jamuan makan siang di bawah pohon tarbantin. Ia berdiri di dekat tetamu dan bersikap seperti pelayan meja serta siap melayani kebutuhan sang tuan. Terlebih lagi, sebelum menjamu, ia mengikuti tradisi di Timur Tengah: membasuh kaki sang tamu (bdk. Luk. 7:38-44; Yoh. 13:5-16; 1Tim. 5:10).

Tuhan pasti tahu di mana Sara. Ia  tidak memerlukan jawaban Abraham, saat salah seorang tetamunya bertanya (Kej 18:9), “Di manakah Sara, isterimu?”, Ubi est Sara uxor tua?

Tetapi, Tuhan berkehendak untuk terus menjalin kedekatan relasi. Di samping itu, Ia tetap menyingkapkan keteguhan sikap setia pada janji akan keturunan yang telah diucapkan-Nya pada Abraham (Kej. 12:2; 15:4-5.18; 17:1-7.15-19). 

Setelah membuka dengan pertanyaan yang tidak menuntut balasan itu, Allah memberitahu bahwa Sarah akan melahirkan anak laki-laki pada saat yang sama dengan saat ini tahun berikut. Janjinya pada Abrahan dalam Kej. 15:4 dan komitmen-Nya atas janji-Nya dalam Kej. 17:16-19 kini memasuki tahap pemenuhan melalui peristiwa konkrit dan terinci.

Kisah kelahiran anak yang sangat mengagumkan pada Sara yang berusia lanjut dan mandul hanyalah salah satu kisah kelahiran mukjizati dalam Kitab Suci. Kisah-kisah ini akan mencapai puncaknya pada kisah kelahiran mukjizati dan mengubah arah sejarah manusia saat kelahiran Yesus dari Nazaret.

Marta menerima Dia

Sebelum memasuki Yerusalem, tujuan perjalanan-Nya (Luk. 9:51), Yesus singgah di rumah Marta, Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di Betania (Yoh. 11:1).

Tidak ada catatan bahwa Lazarus merupakan kepala keluarga. Sepertinya, Martalah yang menjadi kepala rumahtangga, karena dia dengan ramah menerima Yesus (Luk. 10:38).

Sebelum Ia mencapai rumah Marta, Ia bertemu dengan ahli Taurat (Luk. 10:25-37), yang bertanya bagaimana cara memperoleh hidup kekal.  Hidup kekal diperloleh dengan menunjukkan belas kasih kepada sesama (Luk. 10:37). Terlebih, Yesus menekankan, “Pergilah, dan perbuatlah demikian.” (Luk. 10:37).

Yesus suka mengunjungi rumah keluarga Marta, Maria dan Lazarus. Ia menikmati keramah tamahan mereka. Dalam perjumpaan yang singkat ini, Santo Lukas melukiskan dua tokoh cerita yang berbeda sikap dan sifat dalam diri Marta dan Maria. 

Marta suka melayani. Namun, saat menunggu kedatangan-Nya, ia menjadi begitu galau, resah dan gelisah. Galau, resah dan gelisah dianugerahkan agar tiap orang terus dengan tekun mendengarkan dan memperhatikan Allah.

Ia meminta didengarkan dan diperhatikan, karena Ia layak untuk itu. Rahmat-Nya selalu dicurahkan agar tiap murid-Nya dibebaskan dari segala hal yang tidak perlu dan menjauhkan dari-Nya.

Ternyata Marta justru memilih melakukan kegiatan yang tak perlu. “Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Namun ,Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal.” (Luk 10: 40-41).

Secara tersamar Yesus meminta Marta untuk tidak kehilangan perhatian pokok dalam hidup: mendengarkan sabda-Nya, walaupun sedang sibuk mengerjakan banyak tugas melayani tamu.

Maria telah memilih bagian yang terbaik

Maria tidak menyibukkan diri dengan perkara sepele. Ia tidak mempersulit diri sendiri. Ia duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan-Nya. Nalurinya menuntun untuk mengenali Ia adalah Tuhan dan Guru.

Tuhan menghendaki disediakan tempat bagi-Nya, tidak hanya di hati, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sehari-hari. Tiap pribadi menghormati Tuhan ketika mempersembahkan apa yang dipunyai dan dilakukan.

Terlebih, “Dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.”(1Taw. 29:14). Santo Paulus mendorong setiap orang untuk bersyukur pada Allah dalam segala sesuatu, “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur melalui Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kol. 3:17).

Saat duduk, makan tidur, menjamu sahabat dan tamu, ingatlah bahwa Yesus Kristus juga menjadi tamu di rumah. Kitab Kejadian melukiskan sikap Abraham yang menghormati tiga orang tamu yang datang ke kemahnya, melayani dan menjamu mereka dengan penuh keramahan (Kej. 18:1-10; Ibr. 13:2).

Allah meminta agar manusia memuliakan-Nya melalui cara manusia memperlakukan dan menggunakan anugerah-Nya  untuk dibagikan kepada sesama dengan suka rela. Dengan cara itulah Ia memenuhi hidup para murid-Nya dengan sukacita yang berkelimpahan (Yoh. 10:10).

Sabda-Nya (Luk. 10:42), “Maria telah memilih bagian yang terbaik.”, Maria enim optimam partem elegit.   

Hanya satu saja yang perlu: Tuhan

Tentang kunjungan Yesus pada keluarga Marta, Maria dan Lazarus, Santo Augustinus menulis, “Marta, yang mengatur dan menyiapkan perjamuan untuk Tuhan, sibuk mengerjakan banyak hal; sedangkan Maria memilih makanannya sendiri: apa yang Tuhan sabdakan.

Dengan cara ini ia menjauhkan diri dari saudarinya, yang sangat sibuk, dan berdiri di dekat kaki Yesus, serta mendengarkan sabdaNya. Ia dengan penuh kepercayaan mengikuti sabdaNya dalam Mazmur, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.” (Mzm. 46:11).

Marta merasa tidak nyaman, dan Maria berpuasa. Sang kakak mengerjakan banyak hal; sang adik memusatkan pada satu hal. Kedua pekerjaan itu baik.” (Sermon, 103).

Marta sering dianggap sebagai simbol corak hidup aktif, dan Maria simbol hidup kontemplatif. Tetapi, bagi kebanyakan umat Katolik, yang dipanggil untuk menyucikan diri di tengah dunia, kerasulan aktif dan kontemplatif tidak dapat dipertentangkan satu dengan yang lain.

Kerasulan aktif yang mengabaikan persekutuan mesra dengan Allah tidak berguna dan kering. Sebaliknya, hidup yang penuh dengan doa dan semedi tanpa menunjukkan perhatian pada kerasulan dan pengudusan hal-hal sepele sehari-hari juga gagal menyenangkan hati Allah.

Kunci hidup suci terletak pada kombinasi kedua corak hidup itu tanpa merugikan satu dengan yang lain. Persatuan mesra dengan Allah dicapai dengan cara yang selalu berbeda, tergantung dari panggilan yang dianugerahkan Allah pada masing-masing pribadi.

Maka, Santo Lukas menasihati bahwa hanya ada satu hal yang terpenting: Tuhan. Sabda-Nya (Luk. 10:42), “Tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.”, porro unum est necessarium; Maria enim optimam partem elegit, quae non auferetur ab ea.

Katekese

Tubuh Kristus membutuhkan pendengar dan pelaksana sabda-Nya. Santo Ambrosius dari Milan, 339-397.

“Keutamaan tak pernah berbentuk tunggal. Dalam contoh tentang Marta dan Maria, terdapat penambahan kesibukan di satu pihak dan perhatian penuh pada pihak lain dalam menanggapi Sabda Allah. Bila mengacu pada iman yang benar, perhatian penuh pada sabda Allah susai dengan apa yang tertulis, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” 

Maka, mari kita berusaha untuk melakukan apa yang tak dapat diambil dari kita, sehingga  tidak ada pengabaian, tetapi dengan tekun mendengarkan apa yang dianugerahkan pada kita. Karena benih sabda Allah akan diambil dari kita jika benih jatuh di pinggir jalan (Luk. 8:5.12).

Mari kita mengharapkan dibimbing oleh Roh Kebijaksanaan seperti yang dilakukan-Nya pada Maria. Itulah karya yang lebih agung dan sempurna. Jangan biarkan tugas pelayanan membelokkan pengenalan kita akan Sabda surgawi.

Marta tidak juga dicela dalam pelayanannya yang baik; tetapi sikap iman Maria lebih dipilih  karena ia telah memilih bagiannya yang lebih baik, karena Yesus selalu mencurahi dengan berkat dan melimpahi dengan banyak anugerah. Maka, yang lebih bijaksana memilih apa yang dia pahami sebagai yang terbaik.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 7.83-86)

Oratio-Missio

Tuhan, hadirlah dalam hidup dan suka citaku. Bebaskan aku dari hal-hal yang tidak perlu agar aku dapat memberikan seluruh kasih dan perhatian pada-Mu dengan sepenuh hati dan jiwaku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar Yesus menjadi pusat hidupku?

porro unum est necessarium; Maria enim optimam partem elegit, quae non auferetur ab ea – Lucam 10:42

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here