Lectio Divina 22.01.2023 – Terang Mengalahkan Kegelapan dan Maut

0
446 views
Berbondong-bondong orang mengikuti-Nya, by Vatican News.

Minggu. Hari Minggu Biasa III (H)

  • Yes.  8:23–9: 3
  • Mzm. 27:1. 4. 13-14 (1a)
  • 1Kor. 1:10-13. 17
  • Mat. 4:12-23

Lectio

12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. 13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, 14  supaya genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya:

15 “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, — 16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” 17  Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” 

18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

20 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

23 Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.

Meditatio-Exegese

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar

Kerajaan Yehuda mengalami masa kejayaan pada jaman Raja Hizkia, saat Kerajaan Samaria  dihancurkan Tiglath-pileser III dan penduduknya dibuang ke Asyur (bdk. Yes. 8:21-22). Hizkia berbeda dengan pendahulunya, sang ayah, Raja Ahas, karena ia berlaku tidak setia pada Allah.

Ia, misalnya, mengorbankan anaknya untuk korban api bagi dewa Molokh; menjarah emas dan perak Bait Allah untuk upeti pada raja Asyur; mengganti mezbah Bait Suci dengan mezbah rancangan bangsa asing. Singkatnya, “Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahnya, seperti Daud, bapa leluhurnya.” (2Raj. 16:2).

Pada jaman yang serba sulit, Nabi Yesaya harus percaya pada rencana dan kehendak Allah bahwa Ia menjanjikan Sang Penebus, yang kelak diberi nama Emmanuel (Yes. 7:14). Santo Paulus menyebut tindakan Nabi Yesaya untuk percaya pada Allah seperti tindakan iman Abraham, “Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya.” (Rm. 4:18).

Nubuat Nabi Yesaya merupakan nubuat kedua tentang janji akan Emanuel.  “Anak” ini dilahirkan untuk kita, Ia dianugerahkan bagi kita oleh Allah (Yes. 9:6), karena Ia menjadi tanda bahwa Allah hadir di tengah umat-Nya.

Untuk Anak yang dijanjikan Allah tradisi suci melekatkan gelat-gelar istimewa yang terkait dengan bapak leluhur-Nya:Penasihat Ajaib (Salomo, bdk. 1Raj. 3), Allah yang Perkasa (Daud, bdk. 1Sam. 7), ’Bapa yang kekal’, dan keutamaan para bapa bangsa yang menciptakan damai sejahtera (bdk. Kej. 21:22-34; 26:15-35; 23:6),  Raja Damai, dan hakim seperti Musa (bdk. Kel. 18:13-26) – pembebas, pembimbing dan bapa bagi umat (bdk. Ul. 34:10-12).   

Maka, tradisi Kristiani menafsirkan gelar-gelar itu cocok disematkan hanya pada Yesus. Santo Bernardus, misalnya, menjelaskan gelar-gelar itu sebagai berikut, “Ia sungguh ajaib dalam kelahiran-Nya, Penasihat saat Ia mewartakan Kerajaan Allah dan mengajar, Allah dalam berkarya, Mahakuasa saat menderita sengsara, Bapa yang kekal saat Ia bangkit dari mati, dan Pangeran damai sejahtera saat menjamin kebahagiaan abadi.” (Sermones de diversis, 53, 1).

Walau penaklukan Galilea oleh Raja Hizkia berlangsung hanya dalam waktu singkat, itu menjadi pralambang bahwa Allah akan menyelamatkan seluruh bangsa manusia dalam Yesus Kristus. Dalam Kitab Suci ditemukan gema nubuat yang dipenuhi oleh Yesus Kristus.

Saat Santo Lukas mengisahkan perjumpaan Gabriel dengan Ibu Maria, anak yang akan dikandung dan dilahirkannya akan menerima “takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk. 1:32b-33; bdk. Yes 9:6).

Dalam kisah penampakan pada para gembala di Bethlehem, mereka diberitahu bahwa “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Luk. 2:11-12; bdk. Yes 9:5).

Santo Matius mengisahkan pemenuhan nubuat Nabi Yesaya saat Yesus memulai karya pelayanan di Galilea (Mat. 4:16; bdk. Yes. 9:1), “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.”, populus, qui sedebat in tenebris, lucem vidit magnam, et sedentibus in regione et umbra mortis lux orta est eis.

Keselamatan telah diwartakan dan terjadi dalam diri Yesus Kristus. Masingmasing pribadi “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.” (Tit. 2:12) hingga Yesus menampakkan kemuliaan-Nya.

Hidup yang dituntun kebijaksanaan, perilaku adil dan taat pada Allah menumbuhkan damai sejahtera bagi semua. Tiap murid Yesus harus bahu memembahu dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk menjalin persatuan di tengah kebinekaan, menyuarakan keadilan dan kebenaran.

Dengan cara ini ”Damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.” (Kol. 3:15).

Yohanes telah ditangkap

Tahun 30 Yohanes Pemandi ditangkap Herodes Antipas. “Yohanes menegur Herodes, raja wilayah, atas hal yang telah dilakukannya dengan Herodias, isteri saudara Herodes, dan karena semua hal jahat yang telah dilakukannya, maka Herodes menambahkan ini atas semuanya dengan menjebloskan Yohanes ke dalam penjara.” (Luk 3:18-19).

Herodes Antipas dan kuasa jahat tidak dapat membungkam suara Allah. Suara itu akan terus digemakan oleh siapa pun yang hidup selaras dengan pikiran dan hati Allah, homo sympatheticus.

Di samping itu, penangkapan Yohanes menjadi tanda dimulainya karya pelayanan Yesus. Pekerjaan nabi yang mempersiapkan jalan bagi Kristus telah diselesaikan. Dan telah tiba saat bagi Sang Mesias untuk memulai karya pelayaan.

Menyingkirlah Ia ke Galilea dan diam di Kapernaum

Matius menggunakan kata ανεχωρησεν, anechoresen, dari kata dasar anachoreo, mundur atau menyingkir. Setelah dibaptis Yohanes, Yesus tinggal di derah Yudea dan Perea. Namun, setelah penangkapan Yohanes, Ia menyingkir ke Kapernaum.

Yesus tinggal di Kapernaum, karena menghindari para pemimpin agama di Yerusalem yang menentang Yohanes (Yoh. 4:1-3; 5:1-16). Di Galilea mereka tidak memiliki pengaruh besar.

Yesus tidak kembali ke Nazaret dan memulai karya pelayanan dari sana. Kerabat dan seluruh Nazaret menentang-Nya dan hampir melemparkan-Nya dari tebing (Luk. 4:29-30).

Ia menetap di Kapernaum. Tiga alasan Ia memilih Kapernaum:

  • Kota dagang dan terbuka. Kapernaum adalah titik temu jalur perdagangan yang menguhubungkan wilayah Mezopotamia, Damsyik, Tirus, Sidon, Yerusalem, Roma hingga Mesir. Di kota ini pendatang dan pedagang diterima dengan baik.

Kekaisaran Romawi mendirikan pos pajak, tempat Lewi bekerja (Mrk. 2:14-17; Mat. 9:9-13; Luk. 5:27-32) dan menempatkan markas prajurit untuk menjamin keamanan. Pergaulan dan penerimaan yang mudah antara penduduk asli dan orang asing menyebabkan kota ini dijuluki kota kafir oleh para rabbi yang kolot. 

  • Jalan ke laut. Kapernaum terletak di tepi danau Galilea. Menjadi kota yang menghubungkan wilayah daratan ke kota-kota pelabuhan di pesisir Laut Mediterania. Maka jaringan jalan sering disebut sebagai via maris, jalan ke laut.  

Di samping itu, orang setempat sering Danau Galilea sebagai laut, karena luasnya perairan. Dan Kapernaum memiliki jaringan transportasi air ke wilayah sekitar. Beberapa kali para penginjil mengisahkan Yesus pergi ke wilayah sekitar dengan menggunakan perahu.

Flavius Yosephus, sejarahwan Yahudi, melaporkan bahwa terdapat sekitar 200 perahu digunakan sebagai alat transportasi dan penangkap ikan di danau ini. Jadi selain didukung transportasi darat, kota ini mudah dijangkau melalui jalan air.  

  • Tanah Zebulon dan tanah Naftali. Dalam tradisi alkitabiah, Kapernaum terletak di wilayah Zabulon dan Naftali. Wilayah ini merupakan tanah pusaka anak turun Zabulon dan Naftali (Yos 19:10-16). Wilayah ini juga disebut dalam nubuat Nabi Yesaya.

Karena letak Kapernaum dan Galilea di jalur perdagangan, warta Kabar Sukacita dan kehadiran Yesus pasti didengar oleh para saudagar yang menuju ke kota ini dan menyebar ke seluruh penjuru mengikuti jalan laut, via maris. Pilihan yang sangat cerdas!

Telah melihat Terang yang besar

Dalam Kitab Nabi Yesaya bab 7, pada tahun 700 sebelum Masehi, sang nabi menyampaikan janji Allah tentang pembebasan keturunan Daud, Raja Ahaz di Yudea, dari seluruh musuhnya, bila mereka berbalik kepada Allah.

Akan tetapi setahun kemudian, kerajaan itu melupakan dan berbalik dari Allah, karena mereka menyembah berhala. Maka Allah membuang mereka ke Assyur, di wilayah Irak sekarang.  Kisah pemberontakan terhadap Allah, pengingkaran atas perjanjian dengan Allah, serta penghukuman digambarkan Nabi Yesaya sebagai ‘kegelapan’ dan ‘kematian’ (Yes. 8:2023).

Wilayah yang berbatasan dengan negara asing, Zebulon dan Naftali langsung diduduki (2Raj. 15:27-29), dan penduduk laki-laki Yahudi diusir ke pembuangan. 

Orang-orag asing dikirim untuk menduduki wilayah itu. Akhirnya, mereka kawin mawin dengan perempuan Yahudi, sehingga terbentuklah bangsa campuran, yang dikenal sebagai orang Samaria.

Tetapi, ternyata, Allah tetap setia pada janji keselamatan-Nya. Ia menjanjikan bahwa bangsa yang berjalan dalam kegelapan dan diam dalam kekelaman akan melihat Terang (Yes. 9:1).

Terang pasti akan datang ketika seluruh bangsa tidak menipu dalam dagang, tidak mengubah ukuran takaran, tidak mengubah keadilan menjadi racun, tidak menginjak-injak kaum miskin, tidak hidup dalam kemunafikan, tidak berperilaku korup, tidak mengajarkan kebohongan, tidak bersaksi dusta, dan tidak menambah satu lagi kejahatan (bdk. Luk 3:20).

Di tengah kegelapan karena dosa dan pemberontakan manusia pada Allah, Yesus memilih menjadi Terang. Ia mengikuti nabi Amos yang menyerukan sabda Allah, “Carilah Aku maka kamu akan hidup” (Am 5:4).

Dan Sang Juru Selamat bersabda, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” (Mat. 4:17).

Mari, ikutlah Aku

Yesus melibatkan semua orang yang dikehendaki-Nya untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. Mula-mula Ia memanggil dua orang, dan kemudian berkembang menjadi puluhan orang.

Ajakan-Nya selalu sama, “Mari, ikutlah Aku.”, yang bermakna untuk ambil bagian dalam seluruh kisah hidup Yesus: mengenal pribadi, gagasan dan perasaan, pikiran dan cita-cita-Nya, kesedihan dan semangat-Nya. Tetapi juga ambil bagian wafat dan kebangkitan-Nya.

Mengikuti Yesus juga bermakna kesediaan untuk diutus dan menggembalakan jiwa-jiwa agar mereka tidak kembali dikuasai setan dan kematian. Menjala manusia bermakna menyebarkan Sang Terang dan mengantar manusia kembali kepada-Nya.

Setiap orang yang dipanggil-Nya hendaknya mengikuti jejak Andreas, Petrus, Yakobus dan Yohanes. Tanpa penundaan mengikuti Dia dan bersedia diutus-Nya. Ambil bagian dalam menumbuh kembangkan benih Kerajaan Allah dan mengalahkan kegelapan.  

Katekese

Terang yang benar dinyatakan kepada bangsa-bangsa asing. Santo Chromatius, uskup Aquiela, Italia, Santo Yohanes Chrysostomus dan Santo Hieronimus, wafat 406:

“Penginjil mengingatkan akan nubuat nabi, Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, — bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.’ (Mat. 4:15-16).

Dalam kegelapan macam apa? Tentu, dosa karena kebodohan. Terang macam apa yang mereka lihat? Tentang terang ada tertulis: “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Yoh. 1:9).

Terang ini adalah Terang yang dinyatakan oleh nabi yang jujur, Simeon, dalam Injil Lukas, “Terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk. 2:32).

Terang itu telah terbit seperti yang dinubuatkan Daud, saat ia bermadah, “Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil” (Mzm. 112: 4).

Juga, Nabi Yesaya bernubuat bahwa Terang akan datang untuk menyinari Gereja, “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.” (Yes. 60: 1).

Mengenai Terang itu, Nabi Daniel bernubuat, “Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya” (Dan. 2:22), yaitu, Anak bersama dengan Bapa, bahkan sama seperti Bapa, yang adalah Terang, demikian juga Anak adalah Terang.

Dan Daud juga bermadah dalam Mazmur: “Di dalam terang-Mu kami melihat terang.” (Mzm. 36:9), karena Bapa dilihat dalam Anak, seperti yang difirmankan Tuhan kepada kita dalam Injil: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). 

Dari Terang yang benar, sesungguhnya, Terang yang sejati berasal.

Dan dari Yang tak kelihatan berasal Yang kelihatan. Santo Paulus menulis tentang Tuhan kita, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.” (Kol. 1:15).” (Tractate On Matthew 15.1)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah Sang Hidup dan Terang dunia. Bantulah aku agar sabda-Mu meresap dalam hatiku dan mengubah seluruh hidupku, agar aku dapat menyaksikan kuasa dan kemuliaan-Mu. Bantulah aku untuk memilih jalan-Mu dan melakukan apa yang berkenan kepada-Mu.

  • Apa yang perlu aku lakukan agar terus bersuka cita karena menjadi pewarta Kabar Sukacita?

Exinde coepit Iesus praedicare et dicere: “Paenitentiam agite; appropinquavit enim regnum caelorum”  -Matthaeum 4: 17.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here