Lectio Divina 25.06.2020 – Dirikan Rumah di Atas Batu

0
692 views
Rumah di atas batu karang by Sunvalleycc

Kamis (H)   

  • 2Raj. 24:8-17
  • Mzm. 79:1-2,3-5,8,9
  • Mat. 7:21-29

Lectio

21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. 22  Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

24  “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26  Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

27  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” 28  Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29  sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.  

Meditatio-Exegese

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan

Ketika mengajar di Galilea, Yesus biasanya disapa sebagai Rabi, guru. Tiada dapat disimpulkan dengan jelas bahwa Ia pernah diberi gelar Tuhan. Memang, gelar ini, κυριος, kurios, Dominus, Tuhan, muncul beberapa kali: Mat. 7:21-22; perumpamaan tentang sepuluh gadis (Mat. 25:11); penghakiman terakhir (Mat. 25:37.44).

Benang merah yang menghubungkan pengunaan gelar ini adalah tentang penghakiman.

Gelar κυριος, kurios, Dominus, Tuhan dikenakan pada Yesus dengan mengacu pada Yesus yang telah mulia. Santo Lukas menyingkapkan dalam khotbah Pentekosta Petrus mewartakan tentang sejarah keselamatan dan bagaimana Yesus diperlakukan, hingga akhirnya (Kis. 2:36), ”Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”, Certissime ergo sciat omnis domus Israel quia et Dominum eum et Christum Deus fecit, hunc Iesum, quem vos crucifixistis_.

Yesus yang mulia akan datang kembali sebagai Hakim untuk mengadili yang hidup dan yang mati. Dalam pengadilan itu, ditentukan keputusan: masuk dalam Kerajaan-Nya atau kegelapan yang tak berkesudahan.

Untuk masuk dalam Kerajaan-Nya dan hidup abadi bersama Allah, Yesus menetapkan syarat : mendengarkan dan melakukan perkataan-Nya (Mat. 7:23).

Santo Matius membedakan dua golongan. Yang pertama adalam mereka yang ditolak Yesus. Yesus menolak orang yang bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat seolah-olah demi nama-Nya (Mat. 7:22).

Ternyata, peringatan akan nabi palsu bergema kuat. Mereka bisa melaksanakan karya yang seolah-olah sama dengan karya Allah. Tetapi, di balik semua itu, yang diluhurkan bukan Allah, tetapi dirinya sendiri.

Yesus menggemakan pesan bahwa orang dapat masuk Kerajaan Allah karena Ia melaksanakan sabda-Nya (Mat. 12:50; Mrk. 3:35; Luk. 8:21).  Nabi palsu tidak mengasihi, agapao, seperti Yesus. Nabi palsu, sama seperti ahli Taurat, berlaku munafik, hanya mengajarkan; tetapi tidak melaksanakan (Mat. 23:3).

Nabi palsu seperti gembala palsu yang meninggalkan domba ketika serigala mendatangi kandang domba. Terlebih, ia seperti perampok yang justru membantai dan membawa pergi domba dari kandang. Yang palsu selalu melakukan kejahatan.

Kepada yang palsu, Ia bersabda (Mat. 7:23), “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”, Discedite a me, qui operamini iniquitatem.

Didirikan di atas batu

Golongan orang yang diperbolehkan masuk dalam Kerajaan Surga adalah “setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya.”   Mereka seumpama orang yang mendirikan rumah di atas batu.

Pelaksana sabda Allah tidak akan goncang walau dilanda badai, ketika pengejaran dan penganiayaan datang. Ia menjadi kokoh karena menjadikan Kristus batu pijakan dan pondasi hidupnya.

Santo Paulus menekankan bahwa baik maut, maupun hidup, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari Kristus Yesus (Rm. 8:38-39). Di samping itu, perlu taat pada bimbingan magisterium, kuasa mengajar Gereja.  

Yesus menggunakan teladan ibu-Nya, Ibu Maria, untuk melukiskan sosok yang mendirikan rumah di atas batu. Yesus menggunakan ungkapan yang sedikit berbeda (Luk. 11:28), “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” Quinimmo beati, qui audiunt verbum Dei et custodiunt.

Katekese

Rumah pasti roboh bila Kristus tidak menjadi batu sendi dan pondasinya. Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Karena tiada satu pun, baik maut maupun hidup, malaikat atau barang lain,  mampu memisahkan kita dari kasih Kristus.” (Rm. 8:38-39).  Sungai yang mengamuk, seperti di Mesir dan Assyur, lambang kebijaksanaan manusia yang melawan Allah, tidak pernah menghancurkanya.

Angin menderu seperti nabi palsu. Semuanya menerpa satu tempat, ‘melanda’ rumah itu. Mereka tidak menghancurkannya, bila rumah itu didirikan di atas batu. “Jalan ular di atas padas” tidak ditemukan (Ams. 30:19).

Tetapi, dalam pencobaan dan pengejaran, yang mengamuk seperti banjir, mereka akan melanda mereka yang nampaknya berdiri kokoh. Rumah itu hancur bila tidak menjadikan Kristus sebagai landasan dan pondasinya.

Orang yang bijaksana pasti membangun rumahnya ‘di atas batu’. Inilah cara Tuhan membangun gereja-Nya – di atas batu, dengan keteguhan dan kekuatan. Itulah mengapa “alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat. 16:18). Semua penganiayaan yang menimpa rumah itu tidak berpengaruh. Rumah itu didirikan di atas batu.” (dikutip dari dari Fragment 153).

Oratio-Missio

  • Tuhan, Englaulah Sang Pondasi tempat aku bersandar ketika cobaan dan badai melanda hidupku. Anugerahkan padaku kebijaksanaan, pertimbangan dan kekuatan yang kuperlukan untuk melakukan yang baik dan menolak yang jahat. Semoga aku selalu mendengarkan dan melaksanakan kehendakMu. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan untuk mendirikan rumahku di atas batu?

Omnis ergo, qui audit verba mea haec et facit ea, assimilabitur viro sapienti, qui aedificavit domum suam supra petram – Matthaeum 7:24

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here