Lectio Divina 25.09.2021 – Yesus Diserahkan ke Tangan Manusia

0
295 views
Ilustrasi: Anak Manusia dikhianati dan diserahkan ke tangan manusia,by Vatican News.

Sabtu. Pekan Biasa XXV (H)

  • Za. 2:1-5.10-11a
  • Mzm.
  • Yer. 31:10-12b.13
  • Luk. 9:43b-45

Lectio

43 b) Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 44  “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Meditatio-Exegese

Semua orang itu masih heran

Peristiwa Yesus mengherankan banyak orang, kaya-miskin, tua-muda, atau pejabat-jembel. Ketika Yesus banyak membuat mukjizat, orang tidak bertanya tanda apa ini maknanya.

Ketika Ia mengusir dan menyuruh setan diam, mereka tidak merenungkan tanda macam apa yang dilambangkan oleh perbuatan-Nya.

Hanya satu yang mereka pikirkan: zaman keemasan telah datang. Pembawa kemakmuran dan kemegahan telah tiba.

Sebaliknya, Yesus membawa kecemasan bagi banyak orang dari golongan atas. Ia membuat gelisah Herodes Antipas.

Orang Farisi, ahli Taurat, dan Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi di Yerusalem, geram. Bagi golongan ini, Yesus adalah kriminal paling buruk, karena Ia sama dengan penghujat Allah. 

Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia

Bagi sementara kalangan, Yesus diharapkan menjadi pembebas dari penjajah Romawi. Ia diharapkan memulihkan kejayaan kerjaan Israel di masa lalu, masa Daud dan Salomo. 

Yesus tidak mau terjebak dalam situasi itu. Ia tetap setia pada tugas perutusanNya, walau Petrus berusaha untuk menyeret-Nya terlibat dalam pemenuahan harapan orang banyak. 

“Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8:33).   

Di tengah gelombang orang yang merindukan kemegahan Mesias, Ia mengumumkan bagaimana Ia akan mati (Luk. 9: 44), “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Filius enim hominis futurum est ut tradatur in manus hominum.

Santo Lukas mengenakan gelar Anak Manusia.  Dalam Perjanjian Baru gelar ini digunakan sebanyak 83 kali. Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yehezkiel dalam penglihatannya melihat Anak Manusia (Yeh. 3:1,.4.10.17; 4:1. dst.).

Dalam penglihatannya, Nabi Daniel melihat empat binatang yang kejam dan mematikan dari empat  penjuru angin (bdk. Dan. 7:3-8).

Mereka adalah lambang kerajaan dunia yang menghancurkan, mengejar-kejar dan membunuh manusia (Dan. 7:21.25). Setelah penampakan seluruh kekejaman dan kerajaan maut, nampaklah Kerajaan Allah.

Ia juga melihat seorang seperti Anak Manusia. Pada Anak Manusia diberikan kemuliaan dan kekuasaan oleh Yang Lanjut Usianya. Ia dinobatkan sebagai raja. Orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Dan, kekuasaan-Nya kekal (Dan. 7:13-14).

Yesus menjadi kerinduan siapa pun juga yang mengharapkan kelepasan dari cengkeraman dosa, yang meluluhlantakkan hidup manusia. Ia melepaskan cengkeraman dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Tetapi, ketika Ia menyampaikan bagaimana cara Ia mati, semua orang tidak mau bertanya apa maksud-Nya. Mereka tenggelam dalam mimpi tentang mesias palsu yang datang dengan kemuliaan dan semarak.

Dan bahkan ketika Ia berbicara tentang kebenaran, Ia malah dihukum mati. Di hadapan hakim pengadilan Agama Yahudi, Yesus ditanya, “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”

Jawab Yesus: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.” (Mrk. 14:61-62).

Jawaban ini tidak membuka mata hati mereka untuk percaya pada Allah. Mereka justru membunuh Anak Manusia. 

Maka benar nubuat-Nya, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberi nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:45)

Katekese

Kambing korban melambangkan korban Kristus. Santo Cyrilus dari Alexandria 376-444.

“Misteri sengsara Kristus dapat dilihat dalam contoh berikut. Menurut hukum Musa, dua ekor kambing harus dikorbankan. Keduanya tidak boleh memiliki perbedaan (Im. 16:7-8), mereka harus serupa dalam ukuran dan penampilan. Di antara keduanya, satu disebut sebagai ‘tuhan’, yang lain disebut ‘dijauhkan’.

Ketika undi yang dibuang menunjuk yang disebut ‘tuhan’, kambing itu dikorbankan. Sedang yang lain dijauhkan dari pengurbanan. Demikianlah kambing itu mendapatkan nama ‘dijauhkan’.

Siapa yang dimaksud dengan lambang ini? Sang Sabda, walaupun Ia adalah Allah, tetap serupa dengan dengan kita dan mengambil rupa kita, manusia pendosa, karena itulah kodrat kita sebagai daging.  Kambing jantan atau betina dikorbankan untuk dosa.

Kematian telah menjadi makanan kita, karena kita telah jatuh dalam kutukan dosa. Ketika Sang Juruselamat mengambil tanggung jawab, Ia mengalihkan pada diri-Nya beban yang seharusnya kita tanggung dan mempertaruhkan nyawa-Nya, sehingga kita dijauhkan dari kematian dan kehancuran karena dosa.” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily 53)

Oratio-Missio

Tuhan, melalui salib-Mu Engkau telah menebus dunia dan menyingkapkan kemuliaan-Mu dan kemenangan-Mu atas dosa dan maut.

Semoga aku tidak gagal memandang kemuliaan dan kemenangan-Mu di salib. Bantulah aku untuk menjadikan kehendak-Mu menjadi kehendakku dan tuntunlah aku menuju kesucian. Amin.         

  • Apa yang perlu kulakukan supaya akut tidak menolak sabda-Nya yang telah kudengar?

Filius enim hominis futurum est ut tradatur in manus hominum – Lucam 9:44   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here