Senin. Minggu Biasa XXV (H)
- Ezr. 1:1-6
- Mzm. 126:1b-2ab.2cd-3.4-5. 6
- Luk. 8:16-18
Lectio
16 “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.
18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Meditatio-Exegese
Berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah Tuhan
October 539 sebelum Masehi, Koresh, raja Persia, menghancurkan tembok-tembok Babel. Maka, ia dinobatkan sebagai penguasa seluruh kerajaan dunia.
Penaklukan Babel oleh Persia sudah dinubuatkan Nabi Yeremia (bdk. Yes. 44:26): pembalasan kepada raja Babel dan membuat negeri Kasdim kering kerontang (Yer. 25:12), serta mengembalikan umat-Nya ke tanah air (Yer. 29:10).
Pada tahun pertama masa kekuasaannya, ia tergerak hatinya untuk mengizinkan bangsa Yahudi (Ezr. 1:1) dan bangsa lain yang ditaklukkan Babel kembali ke tanah air masing-masing. Suku Yehuda dan Benyamin pulang “untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda” (Ezr. 1:2), seperti perintah Koresh.
Tradisi alkitabiah juga merenungkan apa yang terjadi di balik peristiwa bahwa Allah menggunakan kuasa bangsa dan orang asing untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya. Ia mengurapi Koresh (Yes. 45:1), walau ia tidak mengenal-Nya (Yes. 45:5).
Terlebih ‘tujuh puluh tahun’ pembuangan seperti dinubuatkan ternyata diperpendek melalui dekrit Koresh tahun 538 sebelum Masehi. Maka, Allah mengatasi segala raja dan bangsa dan berbelas kasih pada umat-Nya.
Koresh mengakui “Tuhan, Allah semesta langit” (Ezr. 1:2). Ia jauh mengatasi dewa tertinggi Persia Ahura Mazda. Ia juga “Allah yang diam di Yerusalem” (Ezr. 1:3).
Pengakuan iman akan Allah yang esa, Allah yang menyingkapkan Diri-Nya pada umat Perjanjian Lama, menunjukan bahwa Ia melimpahkan kuasa dan kerahiman-Nya pada seluruh bangsa manusia.
Walau keputusan Kores berlaku untuk seluruh umat Allah (Ezr. 1:3) yang hidup di kemaharajaan Persia dan dipandang sebagai “yang tertinggal” atau “sisa-sisa” Israel kuna (Ezr. 1:4), ternyata hanya dua suku yang disebut kembali ke tanah air: Yehuda dan Benyamin (Ezr. 1:5), yang mendirikan Kerajaan Selatan atau Kerajaan Yehuda.
Yang dibuang setelah kejatuhan Kerajaan Utara (bdk. 2Raj. 17:6) tidak disebut lagi oleh penulis 1 dan 2 Tawarikh. Maka, pembangunan kembali umat Allah hanya bertumpu pada apa yang terjadi pada kedua suku itu, para imam dan kaum Lewi yang terikat pada tugas di Bait Allah.
Bercermin dari pengalaman umat Perjanjian Lama, Santo Yohanes Chrysostomus menulis, “Jika kamu tak percaya pada kata-kata, percayalah pada perbuatan. Berapa banyak penguasa bengis mencoba menghancurkan Gereja?
Tak terhitung jumlah minyak yang dipakai membakarnya! Berapa banyak lidah-lidah api dan taring serta pedang teracung…! Dan mereka tidak pernah menang! Di mana mereka sekarang, mereka yang berperang untuk menghapuskannya? Dan di mana Gereja?
Ia bersinar lebih cemerlang dari pada matahari. Kuasa para musuhnya dihamburkan, tetapi kekuatan Gereja tak terbatas. Bahkan walau hanya beberapa gelintir orang Kristen, Gereja tidak pernah kalah. Kini iman dan kekudusannya menyebar ke seluruh dunia. Apakah kamu kira dapat mengalahkannya?
“Langit akan runtuh, tetapi firman-Ku tak pernah gagal.”
Jelaslah: Allah mengasihi Gereja dari pada ia mengasihinya. Ia tak hanya mengenakan bagi dirinya tubuh surgawi, tetapi tubuh gerejawi. Surga ada untuk Gereja, bukan Gereja demi surga.”(Sermo antequam iret in exilium, 2).
Ia menempatkan pelita di atas kaki dian
Pendidikan iman menjadi bagian interal karya kerasulan Santo Lukas. Pendidikan iman bertujuan agar jemaat mampu memahami, mencerna dan melaksanakan sabda-Nya. Maka, kumpulan tiga perumpaan pendek ditempatkan tepat setelah perumpaan dan penjelasan Yesus atas perumpamaan tentang benih.
Dalam perumpamaan pendek ini, Yesus tidak memberikan penjelasan tentang makna. Ia mengandaikan semua pendengar sabda-Nya sudah mengerti dengan sendirinya. Setiap orang diandaikan sudah tahu bagaimana mempersiapkan cahaya, di mana meletakkannya dan bagaimana menggunakannya.
Cahaya selalu dibutuhkan untuk mengusir kegelapan. Allah menciptakan terang untuk mengusir kegelapan, saat Ia bersabda (Kej. 1:3), “Jadilah terang.”, Fiat lux.
Cahaya dibutuhkan di saat gelap. Di rumah tangga Palestina pada jaman Yesus pun, pelita diletakkan di tengah meja. Dari situlah ia menjadi sumber penerang untuk saling membagi suka duka hidup, mendidik anak, membaca dan, bahkan bekerja.
Demikian juga, sabda Allah selalu menjadi sumber terang dalam ketika kegelapan melanda. Pemazmur bermadah dan percaya, (Mzm. 119:105), “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”,Lucerna pedibus meis verbum tuum et lumen semitis meis.
Terang mencapai kepenuhannya dalam diri Yesus Kristus (Yoh. 8:12), “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”, Ego sum lux mundi; qui sequitur me, non ambulabit in tenebris, sed habebit lucem vitae.
Sama seperti terang, iman yang hidup dalam diri pembaca Injil Lukas harus dipancarkan kepada seluruh dunia. Sama pula dengan benih yang harus ditaburkan di tanah untuk menghasilkan buah, pelita diletakkan di tempat tinggi dan dibawa ke manapun untuk mengusir kegelapan.
Tiap anggota jemaah dianugerahi karunia iman untuk dibawa dan diwartakan. Karunia yang disembunyikan pasti menjadi sia-sia (bdk. 1Kor. 12:4-26; Rm. 12:3-8).
Tidak ada sesuatu yang tersembunyi
Berhadapan dengan Sang Terang, setiap murid-Nya harus mau menjadikan-Nya sebagai Terang. Ia pasti menghalau kegelapan dosa yang bersembunyi atau disembunyikan di setiap sudut hati dan jiwa.
Di hadapan-Nya setiap murid harus rela untuk dididik dan dibina menjadi suci. Di hadapan-Nya setiap orang harus berani membuka diri, menelanjangi seluruh hidup (bdk. Ayb. 1:21). Dengan menjadikan-Nya sebagai Sang Terang, pada gilirannya, para murid harus berani mewartakan Yesus.
Warta Suka Cita-Nya pasti menggoncang jiwa dan hati. Warta Suka Cita pasti menghadapkan tiap orang pada pilihan: memeluk dosa atau mensyukuri rahmat; memilihak setan atau mengimani Tuhan; mendekati kejahatan atau melaksanakan sabda-Nya; berpihak pada kejahatan atau membela kebenaran.
Setiap murid-Nya harus berpihak pada-Nya, dingin atau panas. Ia tidak suam-suam kuku. “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Why. 3:15-16).
Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi
Sampai sekarang Yesus masih menjadi perbantahan bagi banyak orang. Yesus mengingatkan para murid untuk berhati-hati terhadap pandangan yang keliru tentang-Nya.
Ia sering dirindukan sebagai raja yang jaya, atau panglima yang memenangi tiap medan laga, atau penakluk penjajah. Pemahaman itu selalu berusaha mengelakkan dari pengajaran Yesus tentang salib, sengsara, pengejaran dan komitmen, dan kehilangan atas apa yang paling berharga dari para murid-Nya, yakni: nyawanya sendiri.
Yang mempunyai Kerajaan Surga adalah mereka yang berpihak pada-Nya. Kepada mereka Ia memberikan hidup kekal.
Katekese
Sabda Allah seperti pelita yang menuntun langkah kita. Origenes dari Alexandria, 185-254:
“Kitab Suci tidak pernah menulis tentang lampu yang dapat diraba dengan tangan. Tetapi tentang lampu yang dapat dipahami. Orang pasti tidak ‘menyalakan’ lampu, lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya ‘di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian’.
Tempayan yang ada di rumah merupakan daya jiwa. Tempat tidur adalah tubuh. ‘Siapa pun yang masuk ke dalamnya’ adalah mereka yang mendengarkan suara Sang Guru…
Ia menyebut Gereja yang suci sebagai ‘kaki dian’. Melalui pewartaannya, Sang Sabda Allah menerangi siapa saja. Dan cahaya-Nya menyototi setiap orang yang ada di rumah dengan cahaya kebenaran, mengisi setiap akan budi dengan pengetahuan ilahi.” (Fragments On Luke 120, 122).
Oratio-Missio
Tuhan, tuntunlah aku dengan terang sabda-Mu dan dampingilah aku untuk memancarkan terang dan kebenaran-Mu melalui cara hidupku yang benar. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menjaga supaya Sang Terang terus menyala dalam hatiku?
sed supra candelabrum ponit, ut intrantes videant lumen – Lucam 8:16