Home BERITA Lectio Divina 25.6.2025 – Nabi Palsu Gentayangan

Lectio Divina 25.6.2025 – Nabi Palsu Gentayangan

0
14 views
Nabi palsu, by anonymous, in ‘Queen Mary Apocalypse’, England c. 1300-1325

Rabu. Minggu Biasa XII, Hari Biasa (H)

  • Kej. 15:1-12.17-18
  • Mzm. 105:1-2.3-4.6-7.8-9
  • Mat. 7:15-20

Lectio

15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?

17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

19 Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”

Meditatio-Exegese

Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu

Allah menganugerahi Abram pembaharuan perjanjian dengan-Nya setelah ia dengan murah hati memberi Melkizedek seper sepuluh jarahan perang melawan para raja di wilayah sekitar Kanaan. Ia menampakkan Diri-Nya dalam penglihatan, visio, dan menjanjikan bantuan, keturunan jumlahnya, dan tanah Kanaan.

Abram ditantang untuk percaya pada-Nya dan janji yang diucapkan-Nya yang dikukuhkan melalui upacara perjanjian. Memang, Abram tidak memahami bagaimana Allah tetap setia pada janji yang diucapkan-Nya di Haran (bdk. Kej. 12).

Allah memahami kecemasan hati Abram, dan membuka percakapan dengan seruan yang membesarkan hati (Kej. 15:1), “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu.”, Noli timere, Abram. Ego protector tuus sum.

Dalam pembicaraan persahabatan antara Allah dan Abram, yang pertama kali direkam Kitab Suci, ketiadaan anak dalam perkawinan Abram dengan Sarai, batu uji kesetiaan iman yang sulit diatasi, menjadi pokok pembicaraan pertama. Abram mengungkapkan ketidakpercayaan dan keputusasaan saat mengungkapkan kalau pewarisnya adalah seorang asing, Eliezer, orang Damsyik (Kej. 15:2-3).

Sekali lagi, Allah menuntut Abram untuk berpegang teguh pada janji-Nya bahwa anak kandungnya akan menjadi ahli waris. Setelah itu, Ia mengajak Abram keluar dan bersabda, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Kej. 15:5).

Abram sekali lagi menuruti sabda Allah dan setia pada-Nya. Allah memperhitungkan kesetiaan imannya, sehingga ia tidak hanya menjadi bapa bagi bangsa Yahudi dari garis darahnya, tetapi juga seluruh bangsa yang setia mengimani Allah.

Santo Paulus mengajar, “Apakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab, telah kami katakan bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.

Dalam keadaan mana hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman, sebelum ia bersunat.

Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.” (Rm. 4:9-12).

Janji Allah untuk menganugerahkan tanah kepada Abraham dan keturunannya dikuatkan dengan kurban persembahan, yang mengikat dua pihak. Berdasarkan kebiasaan kuno, kedua pihak harus melawati ruang yang memisahkan dua bagian daging persembahan (Yer. 34:18).

Daging yang dibelah menjadi dua bagian melambangkan kesediaan masing-masing pihak untuk diperlakukan sama dengan binatang kurban, bila melanggar perjanjian. Allah mengesahkan perjanjian-Nya dengan lewat di antara binatang korban dalam rupa suluh (bdk. Kel. 3:2; 13:21; 19:18).

Buah anggur, semak duri, buah ara, rumput duri

Apa yang mau disingkapkan Yesus dengan menggunakan lambang anggur, semak duri, buah ara dan rumput duri?

Sejenis semak duri ternyata menghasilkan buah. Bila dilihat dari jauh, buahnya mirip dengan buah anggur. Rumput duri tertentu juga menghasilkan bunga. Dari kejauhan bunga itu terlihat mirip dengan buah ara.

Dari jaman dulu hingga kini dan di sini, hic et nunc, warta yang kita ‘dengar’ mungkin serupa dengan kebenaran. Padahal, ketika diteliti lebih rinci, teliti dan mendalam, benar-benar keliru. Hoax

Nabi palsu atau guru palsu terus bertambah, tidak pernah berkurang, sejak sebelum Kitab Suci ditulis. Mereka “menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Mat. 7:15).

Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka

Bagaimana membedakan antara nabi atau guru yang benar dengan yang palsu? Yesus menghubungkan kebenaran dengan buah yang baik. Sesuatu dinyatakan benar bila bebas dari kerusakan, kebusukan, atau penyakit.

Sesuatu dinyatakan baik bila sehat. Buah yang baik dihasilkan dari hidup yang baik – hidup menurut tuntunan kebenaran moral dan karakter mulia.

Nabi Yesaya mengingatkan, “Sungguh celaka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” (Yes 5:20).

Buah-buah kepalsuan mengubah agama yang menjadi ‘candu’ yang hanya menghibur. Gereja tidak lagi menyuarakan kehendak Allah. Ia menghilangkan salib dari Kekristenan.

Gereja kehilangan makna ketika menghapus ajaran-ajaran Yesus yang menyingkapkan pengadilan Allah dan tuntutan perbahan radikal atas perilaku serta sistem hidup bersama yang tidak adil. Dan, ia mendorong orang untuk menghindari refleksi atas dosa.

Bagaimana menolak kepalsuan dalam hidup pribadi? Hiduplah dengan benar – benar di hadapan Allah, sabda-Nya dan karunia-Nya; dan berperilaku benar.

Mereka yang benar di hadapan Allah tidak penah mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengandalkan Allah yang menjamin seluruh kebutuhannya.

Buah yang dihasilkan murid-Nya dapat dikenali melalui iman, harapan, dan kasih, keadilan, kebijaksanaan,  keberanian untuk membela kebenaran dan  pengandalian diri.

Sabda-Nya (Mat 7:20), “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”, Igitur ex fructibus eorum cognoscetis eos.

Katekese

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu. Santo Yohanes Chrysostomus, 547-407:

Yesus mengingatkan akan apa yang terjadi pada para leluhur yang tertarik pada nabi-nabi palsu. Bahaya yang sama kita hadapi sekarang ini seperti apa yang mereka alami pada masa-masa lalu.

Ia mengingatkan akan pengalaman para leluhur agar tidak putus asa menghadapi jutaan kesulitan yang menghadang di tengah jalan yang sempit dan sukar. Ia mengingatkan bahwa pentinglah para murid untuk berpegang pada keyakinan dan hidup tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan orang kebanyakan.

Tiap orang harus menjaga diri tidak hanya terhadap  babi dan anjing; tetapi juga terhadap binatang yang lebih buas dan berbahaya: serigala. Mereka akan menghadapi tidak hanya kekhawatiran yang bergolak di dalam diri sendiri; tetapi juga kesulitan dan tantangan di luar.

Namun mereka tidak putus asa. Yesus bersabda, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Tidak ada apa pun yang terjadi baik baru maupun asing. Ingat musuh lama selalu dan selama-lamanya mengajarkan kepalsuan seolah-olah itu benar.”  (The Gospel Of Matthew, Homily 23.6)

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku selalu menghasilkan buah yang baik bagiMu dan menolak apa yang selalu menghasilkan buah yang buruk. Bantulah aku untuk tumbuh dalam iman, harapan, kasih, kebenaran, keadilan, keberanian dan pengendalian diri. Amin.          

  • Apa yang perlu kulakukan agar kepalsuan tidak menguasai hidupku dan komunitasku? 

Igitur ex fructibus eorum cognoscetis eos  – Matthaeum 7:20

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here