Home BERITA Lectio Divina 26.5.2025 – Bersaksi Tanpa Takut

Lectio Divina 26.5.2025 – Bersaksi Tanpa Takut

0
52 views
Sejak semula kamu bersama Aku, by Duccio

Senin. Minggu Paskah VI, Peringatan Wajib Santo Filipus Neri (P)

  • Kis. 16:11-15
  • Mzm. 149:1-2.3-4.5-6a.9b
  • Yoh. 15:26-16:4a

Lectio

26 “Ketika Penolong yang akan Kuutus kepadamu dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. 27 Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”

1 “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan terguncang dan jatuh. 2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbakti bagi Allah.

3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. 4 Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saat mereka, kamu ingat bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.”

Meditatio-Exegese

Tuhan membuka hatinya

Mengikuti penglihatan untuk pergi ke Makedonia (Kis. 16:10), Paulus dan teman-teman seperjalanan menyeberang dari Troas ke Samotrake  dan Neapolis. Samotrake adalah sebuah pulau di timur laut Laut Aegea, terletak di tengah-tengah Troas dan Neapolis.

Kota ini menjadi tempat kapal bersandar dengan aman di malam hari. Dari kota ini, kapal dapat menyeberang dengan aman pada siang hari sejauh 16 kilometer atau 10 mil ke Neapolis, kota pelabuhan untuk wilayah Filipi. Kota ini sekarang dikenal sebagai Kavalla.

Pada hari Sabat mereka mencari tempat untuk berdoa. Tetapi mereka hanya menemukan tempat sembahyang orang Yahudi di tepi Sungai Gangites, tempat terbuka di dekat aliran air, untuk membersihkan diri sebelum sembahyang.

Di tempat itu, mereka bertemu dengan beberapa perempuan Yahudi, salah satunya bernama Lidia, pedagang kain ungu dari kota Tiatira. Tiatira akhirnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan iman Kristen, sehingga disebut dua kali dalam Kitab Wahyu (Why. 1:11; 2:18).

Tiatira terkenal dengan pabrik pewarna, khususnya ungu tua/merah tua. Karena barang-barang yang diwarnai ungu biasanya berharga mahal, diasumsikan bahwa Lidia dan keluarganya cukup kaya.

Penulis Kisah Para Rasul, Lukas, melukiskan orang kaya mengenakan pakaian berwarna ungu yang indah dalam kisah ‘Orang Kaya dan Lazarus’ (Luk. 16:19-31).

Lidia “beribadah kepada Allah” dan mengikuti ajaran moral Kitab Suci. Tetapi, rupanya ia belum sepenuhnya menganut agama Yahudi.

Kerinduan hatinya pada Allah memungkinkan “Tuhan membuka hatinya”, dan ia  ia memperhatikan kata-kata Paulus (Kis. 16:14). Seperti Kornelius, Lidia, seluruh keluarganya dan para pembantunya dibaptis.

Perempuan terhormat itu mendesak dan mengundang Paulus dan kawan-kawan tinggal di rumahnya. Paulus rupanya menolak tawaran itu, karena ia lebih suka membiayai seluruh perjalanan dan penginapan dari tangannya sendiri.

Tetapi, ia akhirnya bersedia menerima kebaikan hati dan kasih dari keluarga itu. Dan rumah itu menjadi tempat umat berkumpul merayakan Perjamuan Tuhan. Lidia mungkin menjadi perempuan Eropa pertama yang dibaptis.

Pembaptisan di salah satu tempat di Provinsi Filipi membuka jalan bagi perkembangan pesat pewartaan Injil. Dari kota ini menjadi pusat Eropa pertama yang mendengar pesan Injil, yang memicu perkembangan tak hanya dalam hidup religius, tetapi juga dalam budaya, seni, politik, dan sosial.

Paulus tentu tidak mengetahui semua itu. Bila ditanya, ia mungkin menjawab (Yoh. 4:37), “Yang seorang menabur dan yang lain menuai.”, Alius est qui seminat, et alius est qui metit.

Ia akan bersaksi tentang Aku

Roh Kudus, yang berasal dari Bapa, akan diutus oleh Yesus sendiri dan bersaksi tentang-Nya. Sabda-Nya (Yoh. 15:26), “Ia akan bersaksi tentang Aku.”, ille testimonium perhibebit de me.

Santo Yohanes menggunakan kata μαρτυρησει, marturesei, dari kata: μαρτυρεω, martureo, bersaksi, memberi kesaksian; ungkapan Latin testimonium, memberi kesaksian di pengadilan.

Roh Kudus mengantar tiap jemaat untuk mencapai kepenuhan kebenaran (Yoh. 16:13). Kepenuhan kebenaran adalah Yesus sendiri (Yoh. 14:6), “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup”,Ego sum via et veritas et vita.

Pada akhir abad pertama Masehi, sementara kalangan jemaat begitu terpesona dengan Roh Kudus. Mereka tidak lagi memusatkan perhatian pada Yesus. Mereka yakin, setelah kebangkitan-Nya, jemaat tidak perlu lagi memandang Yesus dari Nazaret, yang ‘menjelma menjadi manusia’.

Mereka memisahkan diri dari Yesus dan tinggal hanya dengan Roh. Bahkan mereka berkata (1Kor. 12:3), “Terkutuklah Yesus.”,αναθεμα ιησουν, anathema iesoun.

Santo Yohanes berdiri kokoh mempertahankan Yesus dari Narizaret dan tidak mengijinkan karya Roh Kudus dipisahkan dari ingatan akan Yesus dari Nazaret. Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari Misteri Inkarnasi. Ia adalah Roh Yesus yang diutus Bapa pada kita kita.

Roh itu pula yang membangkitkan Yesus dari kematian. Dan kita menerima Roh yang sama pada saat kita dibaptis, sehingga, Ia bersabda kepada kita, “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).

Pada masa kini pun, seluruh aktivitas jemaat, termasuk gerakan Pentakostal, harus berpijak kepada Yesus dari Nazaret. Ia meluapkan kasih pada kaum miskin dan tertindas, sehingga dikejar-kejar, ditangkap, dihukum dan dibunuh.

Setelah wafat dan bangkit, Ia mengutus Roh Kudus untuk tinggal di hati para murid, agar mereka melanjutkan karya-Nya.  Para sahabat-Nya menjadi saksi bahwa Allah lebih berpihak pada kaum miskin dan tertinggal.  

Kamu juga harus bersaksi

Setiap murid harus bersaksi tentang Yesus dari Nazaret, yang sengsara, wafat dan bangkit, karena sejak semula telah bersatu dengan-Nya (Yoh. 15:27). Kesetiaan untuk menjadi saksi-Nya sering menempatkan para murid dalam situasi sangat sulit – pengusiran, pengejaran, bahkan hukuman mati.

Situasi ini sebangun dengan apa yang dialami Yesus. Kesulitan yang dialami para murid di abad pertama Masehi sering membuat mereka berbalik atau membelakangi, bahkan mengkhianati Yesus.

Mereka mengubah isi perwartaan menjadi pesan gnostik, paham kebatinan, yang tidak jelas, kabur, dan mencapuradukkan dengan paham agama resmi negara Romawi. Santo Paulus mengidentifikasi mereka sebagai, “Orang yang takut akan salib Kristus.” (bdk. Gal. 6:12).

Santo Yohanes mengindentifikasi mereka sebagai penyesat. “Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.” (1Yoh. 1:7).

Nada negatif juga terdengar dari mulut Tomas, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yoh. 20:25).

Yesus Kristus, yang bangkit dari kematian dan menjajikan Roh Kudus, adalah Yesus dari Nazaret. Ia tetap memiliki tanda penyiksaan dan penyaliban di sekujur tubuh-Nya yang telah bangkit.

Kesulitan yang dialami sejak abad pertama Masehi belum berubah. Yesus dari Nazaret tetap menjadi batu sandungan bagi yang menolak-Nya, karena pelbagai macam alasan, termasuk paham keagamaan yang perlu dipertanyakan kebenarannya.

Di tengah situasi sulit, pada tiap pribadi Ia bersabda (Yoh. 15:27), “Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”, sed et vos testimonium perhibetis, quia ab initio mecum estis.

Mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku

Mereka yang menolak Yesus tidak mengenal dengan benar citra Allah. Mereka memiliki pandangan tentang Allah yang amat samar dalam  hati dan budi. Mereka tidak percaya pada Allah, seperti apa yang diwartakan Yesus, Bapa, yang mengumpulkan semua untuk menjadi satu kawanan gembalaan dan bersaudara.

Untuk kaum seperti itulah, Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34). Yesus dihukum mati oleh penguasa agama, karena menurut pandangan mereka, Ia melakukan penistaan terhadap Allah. Yesus tidak mengutuk mereka.

Pada-Nya tidak ditemukan kata: kebencian atau balas dendam. Hanya ditemukan dari-Nya: belas kasih dan kerahiman. Pada  mereka yang membenci-Nya, Ia hanya bersabda, “Mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.” (Yoh. 16:3).

Katekese

Sang Penghibur beserta kita dalam segala kesukaran. Santo Cyrilus dari Yerusalem, 430-543:

“Ia disebut Sang Penghibur, karena Ia menghibur, menguatkan dan membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26).

Maka Roh Kudus menyampaikan permohonan kita kepada Allah. Sering seseorang menjadi sangat marah dan merasa direndahkan secara tidak adil demi Kristus. 

Kemartiran sudah di depan pintu. Penyiksaan mengancam dari segala penjuru, api, pedang, dan binatang buas serta batu peremuk. Tetapi dengan lembut Roh Kudus berbisik padanya, “Nantikanlah Tuhan. Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu. Ya, nantikanlah Tuhan.” (Mzm. 27:14).

Apa yang sedang engkau alami sekarang hanya perkara kecil. Anugerah yang akan engkau terima amatlah besar. Sedikit menderita sejenak, dan engkau akan bersama para malaikat sepanjang masa.

“Penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18). Roh Kudus menyingkapkan pada orang itu Kerajaan Surga. Ia menganugerahkan pandangan akan firdaus yang penuh dengan sukacita.” (Catechetical Lectures 16.20)

Oratio-Missio

“Allah yang berbelas kasih, kami mohon, penuhilah hati kami dengan rahmat Roh Kudus-Mu; dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelembutan hati, kebaikan, kesetiaan, kerendahan hati dan pengendalian diri.

Ajarilah kami untuk mengasihi mereka yang membenci kami; untuk berdoa bagi mereka yang memperlakukan kami dengan sewenang-wenang. Agar kami menjadi anak-anakMu  yang penuh kasih dan anak-anak Bapa, yang menciptakan matahari untuk yang jahat dan baik, yang mengirim hujan untuk yang jujur dan penipu.

Dalam kesulitan anugahilah kami kesabaran; dalam kelimpahan, jagalah kami untuk rendah hati; semoga kami mampu menjaga lidah kami; semoga kami tidak terlekat pada kenikmatan dunia, tetapi haus akan yang Ilahi. Demi Kristus Tuhan Kami. Amin.” (Doa Santo Anselmus, 1033-1109, terjemahan bebas).

  • Apakah yang perlu kulakukan untuk selalu setia menjadi saksi-Nya?

sed et vos testimonium perhibetis, quia ab initio mecum estis – Ioannem 15:27

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here