Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Lectio Divina 26.7.2024 – Jangan Tutup Telinga

Lectio Divina 26.7.2024 – Jangan Tutup Telinga

0
Menutup telinga, by The Black Art Depot

Jumat. Perayaan Wajib Santo Yoakim dan Santa Anna, Orangtua Santa Perawan Maria (P)

  • Sir. 44:1,10-15
  • Mzm. 132:11.13-14.17-18
  • Mat. 13:16-17

Lectio

16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Meditatio-Exegese

Bangsa-bangsa bercerita tentang kebijaksanaannya

Setiap pribadi bukanlah individu yang terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing hadir, tumbuh, berkembang di dunia dalam kesaling tergantungan.

Akar dari keberadaan masing-masing adalah kasih yang selalu menanti dan menyambut di rumah. Di tempat itulah masing-masing menjadi bagian sejarah unik yang menghidupkan. Maka, Putera Sirakh mengingatkan akan keberadaan sebagai ‘keturunan’ dan ‘pewaris’ dari mereka yang terdahulu (Sir. 44:11).

Paus Fransiskus mengajar, “Untuk menerima siapa diri kita dan betapa berharga kita, kita perlu menerima diri sendiri sebagai bagian dari pria dan wanita yang melahirkan kita. Mereka tidak pernah memikirkan diri mereka sendiri, tetapi selalu menyalurkan kekayaan hidup mereka.

Maka, kita tak hanya harus berterima kasih pada orang tua kita, tetapi juga pada kakek-nenek kita, yang membantu kita untuk merasa nyaman di terima di dunia. Mereka selalu mengasihi kita tanpa syarat dan tidak pernah mengharapkan imbalan.

Mereka selalu menggandeng tangan kita saat kita ketakutan. Mereka menggugah keberanian kita di kegelapan malam dan menyemangati saat kita harus mengambil keputusan penting dalam hidup. […]

Terima kasih, kakek-nenek, karena kita mebelajar akan kebaikan hati, kasih yang lembut dan kebijaksanaan, yang menjadi landasan kokoh hidup tiap manusia. Di rumah kakek-nenek, kebanyakan dari kita menghirup keharuman Injil, yang membuat kita betah.

Atas jasa mereka, kita menemukan keyakinan iman yang ‘dekat di hati’, yakni iman yang dihayati di rumah. Dengan cara itulah iman diwariskan, di rumah, melalui bahasa ibu, kasih sayang dan dorongan, perhatian dan kedekatan. […]

Dari kakek-nenek kita belajar bahwa cinta kasih tidak pernah dipaksakan. Ia tidak pernah merampas kebebasan batin orang lain. Begitulah cara Santo Yoakim dan Santa Anna mengasihi Maria dan Yesus.

Begitulah pula cara Maria mengasihi Yesus. Dengan kasih yang tidak pernah membungkam atau menghambat-Nya, sang ibu menemani-Nya melaksanakan tugas pengutusan-Nya di dunia.

Kitab Sirakh juga meminta kita untuk melestarikan sejarah yang memberi kita hidup, tanpa menghapus ‘kemuliaan’ para leluhur kita. Kita juga tidak boleh menghilangkan kenangan, melupakan sejarah yang melahirkan hidup kita.

Kita harus selalu mengingat tangan-tangan lembut yang menggandeng tangan kita. Karena dari sejarah ini kita menemukan penghiburan di saat dilanda keputus asaan, terang yang membimbing kita dan keberaniaan saat  tantangan hidup menghadang.” (Homily, Perayaan Wajib Santo Yoakim dan Santa Anna di Commonwealth Stadium di Edmonton, Kanada, 26 Juli 2022).

Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar

Yesus menyebut para murid berbahagia, μακαριοι, makarioi. Kata ini berakar dari μακαριος, makarios, dan mendeskripsikan seorang beriman yang memiliki sikap batin bahagia karena merasa bahwa Allah berkenan memberinya anugerah, rahmat.

Para murid disebut berbahagia sebab Yesus menganugerahkan pengetahuan tentang rahasia Kerajaan Surga. Sabda-Nya, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak.” (Mat 13: 11).

Allah berkehendak menganugerahkan pengetahuan itu, karena hati mereka terbuka menerima penyingkapan misteri Kerajaan Allah. Santo Matius menggunakan ungkapan ‘mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar’ yang sejajar dengan kata kunci: mengimani.

Maka, yang berbahagia adalah siapa pun yang mengimani Yesus dan menjadikan-Nya pusat hidupnya. Padanya, Ia bersabda (Mat. 13:16),  “Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.”, Beati oculi, quia vident, et aures vestrae, quia audiunt.

Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat

Para nabi dan orang-orang benar dari masa Perjanjian Lama rindu untuk melihat damai sejahtera yang dianugerahkan Sang Mesias. Tetapi mereka meninggal dalam ketidak beruntungan. Simeon, pada akhir masa hidupnya, dipenuhi suka cita ketika ia melihat dan menatang Bayi Yesus, yang dipersembahkan di Bait Allah.

“Ia menyambut Anak itu dan menatangNya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”  (Luk 2:28-30).

Para rasul merasa bahagia karena mereka bisa menyaksikan hidup, karya dan pelayanan Yesus. Mereka sangat dekat dengan-Nya.

Rahmat yang tak terbayangkan ini kemudian diungkapkan oleh salah seorang murid-Nya, yang menulis surat kepada jemaatnya dengan pembukaan : “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup  […] 

Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.” (1Yoh. 1:1-4).

Dan dalam setiap peristiwa, Allah memberi kesempatan kepda tiap jiwa untuk berjupa dengan-Nya. Maka masing-masing dari anda dan saya harus memiliki mata yang peka untuk memandang wajah-Nya dan telinga yang peka untuk mendengarkan suara-Nya.

Dengan cara inilah benih iman akan bebuah berlipat-lipat : tiga puluh kali, enam puluh kali atau sertatus kali lipat (Mat. 13:23). Dan bagi mereka yang tidak pernah berjumpa dengan Yesus saat Ia hidup, bekerja dan melayani di Palestina, serta tidak melihat tanda-tanda penyaliban-Nya, Ia bersabda, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh. 20:29).   

Katekese

Telinga yang menolak untuk mendengarkan Tuhan. Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367:

“Iman memahami misteri Kerajaan Surga. Seseorang akan membuat kemajuan dalam hal-hal yang telah dalaminya dan akan membuat kemajuan besar dalam bidang itu. Tetapi tidak akan mendapatkan apa pun saat ia tak pernah mau terlibat mendalaminya; bahkan segala sesuatunya akan dicampakkan darinya.  

Dengan kata lain, ia menderita karena mengalami penghukuman atas kehilangan imannya. Karena kehilangan iman, orang-orang yang menghayati Hukum Taurat telah kehilangan daya dan kuasa hukum itu.

Oleh karena itu, yang mengimani Injil menerima anugerah yang sempurna, karena Injil  memperkaya apa yang telah dihayati dengan buah-buah baru. Tetapi begitu ditolak, seluruh bantuan yang berasal dari seluruh umat terdahulu pasti diambil.” (A Commentary On Matthew 13.2)

Oratio-Missio

Tuhan, utuslah Roh Kudus untuk menjadi guru dan pembimbingku. Bukalah telingaku untuk mendengarkan sabda-Mu dan bukalah mata hatiku untuk memahami karya-Mu dalam hidup. Buatlah hatiku tidak tumpul dan telingaku tidak Lelah mendengarkan suara Putera-Mu, Yesus Kristus. Amin. 

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk membuat mataku dan telingaku peka akan kehadiran Allah? 

Beati oculi quia vident et aures vestrae quia audiunt -Matthaeum 13:16

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version