Home BERITA Lectio Divina 26.8.2025 – Tidak Malas, Tidak Munafik

Lectio Divina 26.8.2025 – Tidak Malas, Tidak Munafik

0
192 views
Wajah Farisi, by Chris Cook.

Selasa. Minggu XXI, Hari Biasa (H)

  • 1Tes. 2:1-8
  • Mzm. 139:1-3.4-6
  • Mat. 23:23-26

Lectio

23 Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai Kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari min, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam Hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Hal-hal tersebut dilakukan tanpa mengabaikan yang lainnya.  

24 Hai Kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu saring dari dalam minumanmu, tetapi unta kamu telan. 25 Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.

26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.  

Meditatio-Exegese

Kami berbicara untuk menyenangkan hati Allah yang menguji hati kita

Setelah penganiayaan merebak di Filipi, Rasul Paulus dan Silas tiba di Tesalonika (bdk. Kis. 16:19-40; 17:1-4). Di kota ini mereka mewartakan Injil di sinagoga dan membaptis beberapa orang Yahudi dan dari bangsa-bangsa lain, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan Yahudi.

Paulus mengalami penentangan keras Tesalonika sehingga ia dan Silas harus meninggalkan kota itu diam-diam di bawah pengawalan ketat (Kisah Para Rasul 17:1-10). Pengalaman itu meningatkan akan pengalaman serupa di Filipi, saat mereka menghadapi penangkapan, tuduhan palsu, pencambukan, dan pemenjaraan.

Maka, kepada jemaat di Tesalonika, ia mengingatkan bahwa pemberita Injil harus tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mengikuti teladan mereka. Rasul bangsa-bangsa itu menulis (1Tes. 2:4), “Kami berbicara bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan hati Allah yang menguji hati kita.”, ita loquimur non quasi hominibus placentes, sed Deo, qui probat corda nostra.

Walaupun mengalami penganiayaan berat mereka berdua tidak patah semangat, karena untuk mewartakan Injil, yang telah dipercayakan Allah kepada mereka. Maka, kepada tiap pribadi ia berpesan supaya tiap pewarta Injil memeriksa batin dan melenyapkan kemalasan dan kelesuan.

Kemalasan atau semangat yang kendor untuk bersaksi selalu memiliki ribuan alasan pembenaran. Santo Paus Paulus VI mengajar, “Akan bergunalah bila tiap orang kristen dan tiap penginjil berdoa berdasarkan pikiran berikut ini: Manusia dapat mencapai keselamatan juga melalui jalan-jalan lain, berkat belas kasih Allah, meskipun kita tidak mewartakan Injil kepada mereka.

Tapi mengenai diri kita, dapatkah kita mencapai keselamatan bila karena kelalaian atau karena takut atau rasa malu, atau karena diakibatkan oleh ide-ide palsu kita tidak jadi mewartakannya? Santo Paulus menyebutnya “malu karena Injil”.

Karena itu berarti mengkhianati panggilan Allah, yang ingin bahwa benih menghasilkan buah melalui suara para pelayan Injil. Dan tergantunglah pada kita apakah benih tadi akan bertumbuh menjadi pohon-pohon dan menghasilkan buah sepenuh-penuhnya.

Oleh karena itu marilah kita memelihara gairah semangat kita. Marilah kita jaga sukacita dalam melakukan evangelisasi dengan penuh kegembiraan dan hiburan, meskipun dalam air matalah kita harus menaburnya.” (Imbauan Apostolik tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, Mewartakan Injil, Evangelii Nuntiandi, 80).

Sebagai pewarta Injil, Paulus selalu mencari kebenaran iman dan tidak memiliki tipu daya atau niat jahat di hati. Meneruskan semangatnya, Santo Paus Paulus VI mengajar, “Pewarta Injil oleh karenanya merupakan seorang pribadi yang mencari kebenaran yang harus diteruskannya kepada orang lain, meskipun dia harus menyangkal diri dan selalu menderita.

Ia tidak pernah mengkhianati atau menyembunyikan kebenaran karena ingin menyenangkan orang-orang, untuk membuat tercengang orang lain atau membuat kejutan, pun pula tidak melakukannya demi untuk mencari hal yang orisinil atau ingin membuat suatu kesan.

Ia tidak menolak kebenaran. la tidak menggelapkan kebenaran yang diwahyukan karena malas untuk mencarinya, atau demi mencari senangnya sendiri atau karena takut.

la tidak lalai untuk mempelajari kebenaran. la mengabdi kebenaran dengan murah hati, tanpa membuat kebenaran mengabdinya.” (Imbauan Apostolik tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, Mewartakan Injil, Evangelii Nuntiandi, 78).

Sang Rasul tidak pernah menipu atau bertindak untuk mendapatkan keuntungan pribadi, seperti pewarta-pewarta ajaran palsu yang mudah ditemukan di seluruh penjuru Kekaisaran Romawi (bdk. Kis. 17:18-21).

Para Bapa Konsili Vatikan II menekankan, “Sejak masa awal Gereja para murid Kristus berusaha supaya orang-orang bertobat dan mengakui Kristus Tuhan, bukan dengan tindakan memaksa atau dengan siasat-siasat yang tak layak bagi Injil, melainkan pertama-tama dengan kekuatan Sabda Allah.

Dengan berani mereka mewartakan kepada semua orang rencana Allah Penyelamat, “yang menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1Tim 2:4).” (Pernyataan tentang Kebebasan Beragama (Martabat Pribadi Manusia), Dignitatis Humanae, 11). 

Dalam mewartakan Injil Allah dan menggembalakan jemaat Tesalonika, Paulus dan Silas, rekan sekerasulannya, memperlakukan jemaat dengan penuh kelembutan hati dan kasih. “Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawat anaknya.” (1Tes. 2:7).

Yang terpenting kamu abaikan

Yesus mengecam praktik hidup yang meninggalkan hukum ilahi, yaikni: keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Mereka mengingkari Allah dengan cara menghitung pembayaran persepuluhan hingga tingkat nilai paling tepat dan rinci untuk hasil bumi, termasuk yang tidak begitu penting.

Mereka mengabaikan bahwa setelah tiga tahun persepuluhan itu haruslah dikeluarkan dari perbendaharaan untuk orang Lewi, orang asing, yatim piatu, dan para janda (Ul 14:28-29). Sedangkan Allah menghendaki persepuluhan terkecil dari hasil bumi  yang dipersembahkan sebagai ungkapan hormat dan syukur pada-Nya (Im 27:30; Ul 14:22).

Ungkapan hormat dan syukur pada Allah terwujud dalam peri hidup yang mengutamakan dan membela hidup, pertama dan terutama pada mereka yang kecil, miskin, lemah, difabel dan disingkirkan.

Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu

Perintah Allah berlandaskan pada kasih – mengasihi Allah dan mengasihi sesama, bertindak adil dan benar, serta penuh belas kasih. Yesus mengingatkan agar murid-Nya melaksanakan perintah Allah hingga tuntas.

Dalam khotbah di Bukit Ia bersabda, “Kamu telah mendengar bahwa kepada nenek moyang kita dikatakan: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil, harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 

Kamu telah mendengar bahwa dikatakan: Jangan berzina. Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan hingga menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya.” (Mat. 5:21-22;27-28).

Tidak cukup melaksanakan perintah Allah hanya dengan tidak membunuh, tidak marah, tidak mengecam, tidak berzinah atau bersumpah demi Allah.

Melaksanakan perintah Allah harus menukik, melampaui huruf-huruf, hingga mampu membelah jiwa untuk mencabut dan mematikan seluruh kuasa gelap yang mengarahkan manusia untuk membunuh, mencuri, marah, dan berzinah. Hukum dipenuhi dalam kasih.

Ia bersabda (Mat 23:26), “Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”, Pharisaee caece, munda prius, quod intus est calicis, ut fiat et id, quod de foris eius est, mundum. 

Katekese

Mengabaikan Makna Kasih dan Keadilan, Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Tak hanya di antara orang Yahudi, tetapi di antara kita juga, kita menemukan orang-orang berbuat dosa dengan cara ini. Mereka menelan unta. Orang-orang semacam ini sering memamerkan cara mereka beragama, bahkan dalam hal-hal terkecil.

Mereka benar-benar disebut orang munafik, karena ingin memperalat hidup keagamaan mereka di hadapan manusia; sebaliknya, mereka enggan melakukan perintah iman yang dibenarkan oleh Allah sendiri. Maka, para peniru Ahli Taurat dan orang Farisi harus diusir dan dijauhkan dari kita; jangan sampai kutukan pada mereka menyentuh kita dengan cara yang sama seperti menyentuh mereka.

Para ahli Kitab dapat digambarkan sebagai orang yang tidak menghargai apa pun yang ditemukan dalam Kitab Suci,  kecuali pengertian sederhana yang ditafsirkan secara legalistik. Sementara itu, mereka mengutuk siapa saja yang ingin menyelami kedalaman hati Allah sendiri. 

Min, adas manis dan jintan hanyalah rempah-rempah untuk bumbu; bukan merupakan makanan pokok. Makanan pokok yang paling bermakna adalah pertobatan, karena sangat dibutuhkan agar jiwa kita -iman dan cinta– dibenarkan Allah; bukan menuruti rincian Hukum Agama, yang diumpamakan seperti bumbu dan perasa.

Mentalitas ahli Kitab dan kaum Farisi nampaknya seperti bumbu dan perasa yang lebih banyak daripada makanan pokok itu sendiri. Kesungguhan untuk menimbang benar dan salah diabaikan; sementara perhatian lebih besar diberikan pada rincian hal yang lebih kecil.

Latihan rohani, yakni keadilan, yang meluap di dalam dan dari diri mereka sendiri, tidak pernah dilakukan; bahkan keadilan, belas kasih, dan iman, tidak pernah dibicarakan. Pendek kata, mereka tidak melaksanakan keadilan.

Maka, ketika kita tidak mempersembahkan kepada Allah ketaatan iman yang dituntut dalam seluruh perayaan ibadat kita, kita sama sekali gagal beriman pada-Nya.” (Commentary On Matthew 19-20).

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah aku dengan kasih dan belas kasih-Mu, agar aku mampu berpikir, berbicara dan memperlakukan sesama dengan adil, penuh kasih, sabar dan murah hati. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menghapus kemalasan dan kemunafikan dalam mewartakan Injil Allah?

Pharisaee caece, munda prius, quod intus est calicis, ut fiat et id, quod de foris eius est, mundum – Matthaeum 23:26

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here