Lectio Divina 27.10.2020 – Seperti Biji Mostar dan Ragi

0
526 views
Ilustrasi - Biji mostard. (Ist)

Selasa (H)

  • Ef.5:21-33
  • Mzm. 128:1-5
  • Luk. 13:18-21

Lectio

18 Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? 19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.”  20 Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

Meditatio-Exegese

Orang banyak

Dalam perjalanan ke Yerusalem banyak orang berbondong-bondong mengelilingi  Yesus (Luk. 11:29). Pada Luk. 12, dapat dipilah bagaimana orang mendengarkan sabda Yesus: para rasul (Luk. 12: 1-12), orang banyak (Luk. 13:13-21), para rasul (Luk. 13:22-53), orang banyak (Luk. 13:54-59).

Tema utama yang melingkupi Luk 13:1-35 adalah berita kematian yang menghebohkan. Santo Lukas mengisahkan kematian orang Samaria dan Yerusalem (Luk. 13:1-9); kemudian disusul nubuat kematian Yesus di Yerusalem (Luk. 13:31-35).

Di sela-sela kedua kisah kematian itu, diselipkan uluran tangan Allah yang menyelamatkan.

Yesus tidak hanya menyembuhkan puteri Abraham yang telah 18 tahun lamanya sakit; tetapi juga dibebaskannya dari belenggu setan. Dan di tengah-tengah tema kematian dan keselamatan, diselipkan perumpamaan tentang Kerajaan Allah: biji sesawi dan ragi.

Kerajaan Allah seumpama biji sesawi

Pohon sesawi, lebih tepatnya mostar, Sinapsis alba, sangat umum ditemui di Israel, khususnya daerah dekat Danau Galilea. 

Sejarah mencatat bahwa  tahun 3000 SM, orang Sumeria yang tinggal di delta Sungai Efrat dan Tigris telah memanfaat tanaman mostar. Hippokrates juga memanfaatkan buah dan biji mostar untuk kepentingan medis.

Dan Perjanjian Baru, khususnya Injil menggunakan biji mostar sebagai gambaran perbandingan tentang iman (bdk, mustard Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica Ultimate Reference Suite; Chicago: 2015)

Yesus menyingkapkan kadar iman minimum yang Dia tuntut dari para murid (Luk. 17:6), Kalau sekiranya kamu mempunyai mempunyai iman sebiji sesawi saja…” , Si haberetis fidem sicut granum sinapis.

Perumpamaan ini menyingkapkan dua peristiwa yang berbeda dari kisah biji sesawi: ketika ia ditanam di tanah (permulaan yang seolah tak berarti/kecil) dan ketika menjadi pohon (mukjizat terakhir).

Maka, tujuan kisah ini adalah mewartakan tentang pertumbuhan sebutir biji kecil yang ditanam di kebun, diikuti pertumbuhan pohon yang mencengangkan, dan, akhirnya, menjadi pohon tinggi-besar kira-kira 6 meter. Seperti biji mostar, Kerajaan Allah selalu memiliki kisah sejarah. Kerajaan itu adalah benih yang ditanam di taman.

Dalam Perjanjian Baru, taman itu adalah tempat Yesus mengalami kecemasan dan kematian (Yoh. 18:1.26; 19:41), kemudian diikuti tumbuh dan berkembang. Ia wafat dan dibangkitkan (Luk. 24:1-12). Kisah setelahnya, Ia merangkul seluruh bangsa. 

Kerajaan Allah seumpama ragi

Ragi diambil dan diadukkan ke dalam tepung. Dalam tradisi Yahudi, ragi dianggap sebagai pemicu kebobrokan. Benda ini selalu dijauhkan dari rumah. Maka, agar tidak mencemari Perayaan Paskah, mereka tidak diperbolehkan makan roti beragi selama tujuh hari (Kel. 12:18-20).

Anehnya, Yesus menggunakan apa yang terdengar asing bagi telinga orang Yahudi untuk menyingkapkan Kerajaan Allah.

Yesus meyakinkan para pendengar-Nya tentang hidup, sabda dan karya-Nya, walau kecil dan tak terlihat mata, memiliki daya yang mengubah total seluruh adonan. Ragi mengubah adonan tepung menjadi roti pada jangka waktu yang telah ditetapkan. 

Kerajaan Allah pasti membaharui hidup mereka yang menerima-Nya dengan suka cita. Ketika manusia berpaling pada-Nya, hidup masing-masing akan diubah oleh daya kuasa Roh Kudus yang tinggal di antara  manusia.

Manusia tidak boleh menyombongkan diri sebagai sebab dari perubahan, seperti pesan Santo Paulus, “Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2Kor. 4:7). 

Tetapi, sering warta Kerajaan Allah sulit diterima oleh kalangan yang berpikiran kolot, termasuk mereka yang mengaku Katolik.

Katekese

Sabda Allah bekerja seperti ragi. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444: 

“Ragi selalu berukuran sangat kecil. Tetapi ia dengan cepat menyebar ke seluruh adonan dan tanpa penundaan menduduki setiap jengkalnya. Sabda Allah bekerja dalam diri kita dengan cara yang sama. Ketika sabda-Nya bekerja di dalam diri kita, ia membuat kita kudus dan tanpa noda. Dengan mengembangkan wawasan pikir dan hati, hidup kita semakin kudus.

Santo Paulus berpesan pada kita, “Semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1Tes. 5:23).  Allah yang mahakuasa menunjukkan bahwa Sang Sabda dicurahkan ke dalam pengertian kita..

Kita menerima di dalam akal budi ragi untuk berpikir logis dan ilahi. Kita memahami bahwa dengan ragi yang berharga, kudus dan murni ini, semoga kita tidak didapati mengalami perubahan dan tidak tanpa noda dari dunia, tetapi murni dan suci untuk ambil bagian dalam hidup Kristus.” (dikutip dari Commentary On Luke, Homily  96).

Oratio-Missio

  • Tuhan, penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu dan ubahlah aku agar semakin menyerupai Yesus dalam kesucian. Kobarkan hatiku untuk bekerja lebih giat demi Kerajaan-Mu dan tanamkanlah dalam diriku kehendak untuk selalu bekerja giat agar nama-Mu semakin diluhurkan. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan supaya komunitas imanku semakin berkembang?

Dicebat ergo, “Cui simile est regnum Dei et cui simile esse existimabo illud?” – Lucam 13:18  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here