Lectio Divina 27.11.2022 – Siapkan Kedatangan Anak Manusia

0
522 views
Satu diambil, satu ditinggal, by Jennifer Ficcaglia/Catholic Courier

Minggu. Hari Minggu Adven I (U)

  • Yes. 2:1-5
  • Mzm. 122:1-2.4-5.6-7.8-9
  • Rom. 13:11-14a
  • Mat. 24:37-44

Lectio (Mat. 24:37-44)

Meditatio-Exegese

Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub

Allah akan segera datang untuk mengadili mereka karena kejahatan melawan Diri-Nya. Umat memberontak dan meninggalkan iman mereka dan berpaling kepada dewa-dewi asing; dengan kata lain, mereka gagal setia menepati perjanjian yang ditetapkan-Nya. Demikian ringkasan pesan Nabi Yesaya.

Abad ke-8 sebelum Masehi, Yesaya dipanggil Tuhan untuk menjadi nabi-Nya pada masa pemerintahan Raja Uzia, raja Yehuda, yang mangkat kira-kira tahun 740 sebelum Masehi. Allah mengutus nabi-Nya untuk mengingatkan pada umat dari dua kerajaan yang terpecah, Israel di utara dan Yehuda di selatan.

Penulis Kitab Sirakh menulis bahwa Nabi Yesaya, “melihat kesudahan waktu, dan orang-orang yang berduka cita di Sion dihibur olehnya” sebelum Yerusalem dihancurkan musuh pada tahun 587/586 sebelum Masehi; dan “Ditunjukkannya apa yang akan terjadi hingga akhir masa, dan apa yang tersembunyi sebelum terlaksana.” (Sir 48:22-25).

Kitab Nabi Yesaya diawali dengan penetapan penghakiman Tuhan (Yes. 1:2-31). Kemudian diteruskan dengan janji pembaharuan  saat Sang Mesias datang (Yes. 2:1-5). Penulis suci, di bagian akhir kitab, menyingkapkan janji Allah akan keselamatan yang dianugerahkan kepada segala bangsa (Yes. 66:18-21) dan menutup dengan peringatan akan apa yang terjadi di pengadilan ilahi pada ‘Hari Terakhir’ di masa mesianik (Yes. 66:22-24).

Nabi Yesaya membuka kitabnya dengan menulis tuntutan hukum atas pemberontakan umat terhadap Allah (Yes. 1:2-31). Tuntutan itu masih dilanjutkan  dalam Yes. 2:6-4:6. Dilukiskan perasaan Allah yang telah mengasuh dan memperlakukan umat seperti seorang ibu, ternyata, dikhianati anak yang memberontak.

 “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.” (Yes. 1:2-3).

Pemberontakan itu dihukum dengan pembuangan ke Babel (Yes. 2:6). Namun, di antara pengantar dan lanjutan tuntutan hukum atas pemberontakan umat terhadap Allah, diselipkan penglihatan yang menyingkapkan rencana Allah bagi umat yang bertobat dan setia pada Allah di masa Mesianik (Yes. 2:1-5). Janji ini juga diulang dalam Mi. 4:1-3.

Allah menetapkan bahwa Sang Mesias akan menjadi penjamin pemulihan perjanjian dengan Allah. Pada saatnya, dari rumah Allah, Ia mengajar tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya manusia berjalan menempuhnya.

Dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem (Yes. 2:2-3).

Maka, seluruh bangsa manusia diundang untuk mengasihi kebenaran dan menaklukkan diri pada kuasa Kerajaan-Nya (Yes. 2:3-4a). Undangan untuk mengabdi pada Tuhan dan “berjalan dalam terang Tuhan”, ambulemus in lumine Domini, mengantar manusia pada damai sejahtera yang tidak pernah lagi dikenal manusia sejak kejatuhan Adam dalam dosa (Yes. 2:4b).

‘Gunung Sion’ dan ‘Yerusalem’, tempat Bait Allah di jaman kuna menjadi pralambang alkitabiah untuk pusat Kerajaan Sang Mesias. Keduanya adalah pralambang Kerajaan Surga di bumi, Gereja semesta.

Pada minggu pertama masa Adven, Yesus Kristus memenuhi nubuat Nabi Yesaya bahwa keselamatan bagi semua manusia telah mencapai kepenuhan waktu dan Yesus telah menetapkan Kerajaan-Nya. Maka, Gereja Kristus mengajarkan dan meminta para bangsa untuk mempersiapkan diri menyongsong Yesus, yang akan datang dengan segenap kemulian-Nya.

Pada saat itu, Ia akan menegakkan keadilan Allah dan  damai sejahtera, yang tak dapat dihancurkan oleh kematian dan dosa (Why. 20:13).

Allah menciptakan bumi dan langit baru (Why. 21:1-7, 10-27), di situ tak ada seorang pun mengangkat pedang melawan yang lain, dan mereka tidak akan berlatih untuk berperang (Yes. 2:4b).

Dan orang benar berjalan dalam terang Tuhan (Yes. 2:5) di Yerusalem baru. Kota itu tidak membutuhkan lagi matahari dan bulan, karena kemuliaan Allah menjadi lampunya dan lampunya adalah Anak Domba. Bangsa-bangsa akan berjalan dalam terang itu, yakni Mesias-Sang Penebus, Anak Domba Allah, Yesus Kristus sendiri (Why. 21:23-24a; lihat. Yes. 2:5b).

Sebagaimana halnya pada zaman Nuh

Melalui khotbah panjang tentang akhir jaman, saat kedatangan-Nya, Santo Matius mengajak pembacanya untuk membandingkan tanggapan orang akan tawaran keselamatan dari Allah. Pada zaman Nuh, ketika Tuhan datang menawarkan keselamatan, sikap manusia terbelah menjadi dua: menolak Allah atau mengikuti jalan-Nya.

Mereka yang menolak Allah dan mereka yang mengikuti-Nya hidup secara wajar, tidak berbeda: makan dan minum, kawin dan mengawinkan (Mat. 24:37).

Yang membedakan adalah: sikap batin dan cara hidup. “Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” (Kej. 6:9).

Sedangkan orang menolak-Nya berperilaku penuh “kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, bumi dipenuhi kekerasan dan yang dilakukan adalah hidup yang rusak. (Kej. 6:5; 11-12).

Kejahatan yang tak terperikan membuat hati Allah menyesal dan pilu (Kej. 6:6). Maka Allah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk dan menyelamatkan Nuh, yang hidup bersandar pada-Nya.

“Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir… Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” (Kej. 6:13-14; 7:1).

Kedatangan Anak Manusia

Yesus datang untuk memenuhi seluruh janji Allah, termasuk perjanjian damai yang diucapkan Allah pada Nuh. Yesus datang pertama kali untuk melaksanakan tugas pengutusan: menyelamatkan manusia dari dosa dan penghukuman maut, serta menganugerahkan hidup baru dalam Roh Kudus.

Ia mati karena dosa kita; Ia bangkit untuk menganugerahkan hidup abadi. Dan sekarang Ia bersemayam bersama Bapa di surga. Ia berkuasa atas surga dan bumi.

Dan “Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.” (Kis. 1:11).

Yesus, Sang Juruselamat yang penuh belas kasih, juga Hakim dan Penuntut. Ia bersabda pada para murid bahwa Bapa telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena “Ia adalah Anak Manusia” (Yoh. 5:27).

Gelar ‘Anak Manusia’ adalah gelar bagi Mesias dari Allah, yang diurapi untuk menghancurkan musuh Allah dan menegakkan kerajaan kebenaran dan damai abadi.

Nubuat Nabi Daniel menggambarkan ‘Anak Manusia’ sebagai Ia yang diberi kuasa oleh Yang Maha Tinggi untuk mengadili dan  menegakkan keadilan di bumi (Dan. 7:13-14). 

Setelah Ia mengorbankan hidup-Nya untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan jerat maut, Ia berjanji akan datang lagi pada ‘akhir zaman’ untuk menyempurnakan karya penebusan dan mengadili yang hidup dan yang mati.

Namun, seringkali dijumpai orang-orang yang membawa dan mewartakan paham yang salah tentang kedatangan-Nya. Biasanya mereka tumbuh bagai cendawan di musim hujan pada pergantian abad.

Mereka seolah mampu menghitung waktu dengan tepat kapan, Yesus datang kemulian, bahkan, sampai hitungan detik.

Mereka, ternyata, abai pada sabda-Nya (Mat. 24:36), “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.”, De die autem illa et hora nemo scit, neque angeli caelorum neque Filius, nisi Pater solus.

Tentang kekeliruan dan kepalsuan ajaran akan kedatangan-Nya, Gereja, mengajarkan, “Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis, yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan eskatologis.

Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang’, juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan ‘Milenarisme’, tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah.” (Katekismus Gereja Katolik, 676).

Dibawa dan ditinggalkan

Injil Matius melukiskan kedatangan Yesus terjadi saat orang sedang melakukan pekerjaan di bawah matahari yang bersinar terik. Saat itu orang sedang bekerja di ladang dan di penggilingan gandum (Mat. 24:40-41). 

Sedangkan Injil Lukas melukiskan kedatangan itu pada malam hari saat orang sedang tidur (Luk. 17:34) dan budak perempuan menggiling gandum di batu kilangan (Kel. 11:5) – pekerjaan yang dikerjakan baik siang maupun malam.

Maka, kedatangan-Nya bisa terjadi pada saat matahari bersinar atau saat bulan memantulkan cahaya. Kedatangan-Nya ditentukan oleh Pengantin Pria (bdk. Mat. 25:5-10). Bisa malam hari atau siang hari. Sesuka hati-Nya.

Kedatangan-Nya menyebabkan pemisahan abadi antara yang baik dari yang jahat. Mereka berasal dari seluruh golongan manusia – budak, majikan, bawahan, pejabat, pembeli, pedagang, bahkan sanak keluarga.

Pada saat itu ‘yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan’.  Yang dibawa dihadapkan pada Anak Manusia untuk menghadapi pengadilan-Nya. Yang dibawa adalah mereka yang memeluk Injil dalam hidup sehari-hari.

Yang ditinggalkan dibiarkan dimakan burung pemangsa. Burung itu, baik rajawali atau nasar, dengan tepat melambangkan roh jahat, yang tinggal di udara. Pada saat yang tepat mereka menukik ke bawah melahap habis manusia.

Santo Augustinus, Uskup Hippo, mengidentifikasi tiga kelompok manusia. Mereka yang ‘berbaring di tempat tidur’ (Luk. 17:4) adalah mereka yang tidak mau terlibat dalam kegembiraan-harapan, suka-duka sesama. Mereka yang ‘memutar batu kilangan’ adalah mereka yang hanya mementingkan urusan dunia. Dan ‘yang di ladang’ mengacu pada orang-orang yang bekerja di ladang Tuhan, Gereja-Nya.

Berjaga-jagalah

Kedatangan Anak Manusia selalu dilandaskan pada keputusan Bapa yang mengutusnya. Saat-Nya, kairos, tidak dapat disamakan dengan waktu, chronos, di sini dan di tempat ini. Ia datang bisa sekarang, satu jam lagi, sebulan kemudian, tahun berikut atau berabad kemudian.

Dalam rentang waktu itu, para murid-Nya menghadapi ancaman lupa akan kesetiaan pada-Nya. Mereka terancam penindasan dan penganiayaan, kecemasan dan kemikmatan dunia (Mat. 13:20-22). Maka, Ia mengingatkan setiap murid untuk berjaga-jaga – melaksanakan kehendak-Nya.

Dengan cara ini, setiap murid menjaga hati dan hidupnya agar tidak dikuasai kejahatan, si pencuri, dan mempersiapkan kedatangan-Nya secara pantas, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga (Mat. 24:44). 

Katekese

Pemisahan: yang percaya pada Allah dan yang menolak-Nya. Santo Hilarius dari Poitiers, 315-367 :

“Kristus menunjukkan bahwa pengadilan akan datang. Maka di antara dua orang di ladang, satu diambil dan lainnya ditinggalkan. Di antara dua orang yang sedang di penggilingan, satu dipilih dan yang lain ditolak. Di antara dua orang yang berbaring di pembaringan, satu pergi dan yang lain tinggal.

Melalui pengajaran ini, Yesus menunjukkan adanya pemisahan antara mereka yang setia pada-Nya dan yang menolak-Nya. Satu diterima dan yang lain ditinggalkan. Karena, seperti kata nabi, ketika Allah murka, para kudus akan tinggal tersembunyi dan berlindung dalam kamar-kamar di rumah Allah; tetapi yang tidak percaya pada-Nya akan dilahap api kekal.

Maka, dua orang di ladang melambangkan yang beriman dan yang tak beriman; keduanya tertegun akan hari Tuhan yang terjadi di dunia, pada saat mereka bekerja seperti biasa. Mereka akan dipisahkan, satu orang diambil dan yang lainnya ditinggalkan.

Hal yang sama  terjadi di antara dua orang di tempat penggilingan, yang melambangkan pelaksanaan hukum agama. Karena hanya beberapa dari kalangan Yahudi, seperti Elia, yang percaya melalui para rasul bahwa mereka harus dibenarkan karena iman.

Kelompok lain diambil melalui iman yang menghasilkan karya amal kasih; dan kelompok lain ditinggalkan atas karya yang sia-sia karena mengikuti hukum, karena menggiling dalam kesia-siaan di penggilingan tidak pernah menghasilkan makanan surgawi.” (Commentary On Matthew 26.5)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau telah menawan hatiku bagi-Mu. Kuatkan imanku, teguhkan harapanku dan ajarlah aku supaya aku suka mencari-Mu dan memuliakan-Mu. Tuntunlah aku untuk tetap berjaga-jaga atas kedatangan Kerajaan-Mu pada hari ini dan setiap hari. Amin.        

Apa yang harus dilakukan “supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia”?

quia qua nescitis hora Filius hominis venturus est – Matthaeum 24:44

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here