Home BERITA Lectio Divina 27.9.2025 – Diserahkan ke Tangan Manusia

Lectio Divina 27.9.2025 – Diserahkan ke Tangan Manusia

0
20 views
Ia di tangan manusia, by Caravaggio

Sabtu. Minggu Biasa XXV, Peringatan Wajib Santo Vinsensius a Paulo (P)

  • Za. 2:1-5.10-11a
  • MT Yer. 31:10.11-12ab.13
  • Luk. 9:43b-45

Lectio

43 b) Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: 44 “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

45 Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Meditatio-Exegese

Aku datang dan diam di tengah-tengahmu

Penglihatan tentang Kota Suci Yerusalem dianugerahkan kepada Nabi Zakharia. Kepadanya diperlihatkan Yerusalem baru yang dibangun kembali sebagai kota yang terbuka, tanpa tembok pertahanan. Sebab, Allah sendiri akan menyediakan pertahanan dan menjaga Yerusalem surgawi.

Sebagai kota yang terbuka, kota itu memungkinkan dikunjungi seluruh umat manusia dan hewan dari segala penjuru angin dan ujung bumi. Mereka akan tinggal di kota itu (Za. 2:4).

Dalam penglihatannya, diperlihatkan seorang malaikan dengan tali pengukur, seperti dua sosok malaikat lainnya yang menjumpainya lebih dahulu. Tali itu digunakan untuk mengukur kota suci dan gagasan tentang pembangunan kembali kota itu di masa depan juga ditemukan dalam Yeh. 40-42 dan Yer. 31:38-40, serta, dikemudian hari Why. 11:1.

Penglihatan kepada sang nabi diikuti nubuat yang disampaikan malaikat yang menyampaikan sabda Allah (Za. 2:6-10). Ia mengundang kaum Yahudi untuk meninggalkan Babel dan kembali ke tanah suci. Panggilan ini juga ditemukan dalam nubuat Nabi Yesaya dan Yeremia (bdk. Yes. 48:20; Yer. 50:8; 51:6).

Panggilan itu digemakan karena banyak anggota umat-Nya enggan meninggalkan tanah tempat mereka dibuang. Terlebih, Allah menjajikan bahwa di Yudea mereka akan tinggal dengan aman, jauh dari jangkauan musuh, karena mereka adalah umat yang dikasih-Nya, biji mata-Nya (Za. 2:8) dan malaikat-Nya akan menjaga mereka.

Terlebih, Ia akan tinggal di tengah umat-Nya dan banyak bangsa akan menjadi umat-Nya. Sabda-Nya (Za. 2:10-11), “sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah firman TUHAN; dan banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN pada waktu itu dan akan menjadi umat-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengahmu.”, quia ecce ego venio et habitabo in medio tui, ait Dominus. Et applicabuntur gentes multae ad Dominum in die illa et erunt ei in populum. Et habitabo in medio tui.

Kehadiran Allah, perlindungan dari musuh dan cara bangsa-bangsa menjadi umat-Nya merupakan penanda yang dialami kaum Yehuda dan Yerusalem yang akan kembali dari pembuangan. Penanda itu mempralambangkan Gereja.

Santo Hieronimus memberi komentar pada Za. 2:4, “Membaca dan memaknai secara rohani, seluruh penanda itu ditemukan dalam Gereja. Ungkapan tanpa tembok atau dalam Septuaginta κατακαρπως, katakarphos, bermakna buah yang berlimpah dan manusia dan hewan dalam jumlah sangat banyak […]. Manusia dan binatang melambangkan kedua bangsa, Yahudi dan bangsa-bangsa lain.

Mereka yang datang dan mengimani Kristus dengan mengikuti Hukum Tuhan disebut sebagai manusia. Sebaliknya, kita yang menyembah berhala dan hidup seolah-olah di gurun, jauh dari Hukum-Nya, dan sendirian, karena jauh dari para nabi yang kita siksa, adalah binatang […].

Tetapi binatang-binatang ini mendengar suara Gembala yang baik, mengenal-Nya, dan mengikuti-Nya.” (Commentarii in Zachariam, 2, 4).

Seruan untuk bersorak-sorak, bersukacita (Za. 2:10), serupa dengan seruan Nabi Zefanya (bdk. Zef. 3:14) dan, kemudian, diulang nabi (Za. 9:9), diulang oleh Malaikat Gabriel saat menyapa Ibu Maria dan memberitahukan bahwa Ia akan mengandung Yesus Kristus, Sang Juru Selamat (bdk. Luk. 1:28). Peristiwa Kabar Sukacita menandakan bahwa Ibu Maria adalah “ibu dari Dia yang dalam-Nya “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” (Kol. 2:9)” (Katekismus Gereja Katolik, 722).

Bagi Gereja, gelar Puteri Sion mempralambangkan dan disematkan pada Ibu Maria, Bunda Sang Penebus. Santo Paus Yohanes Paulus II mengajar, “Kehadirannya di tengah-tengah bangsa Israel – suatu  kehadiran yang demikian mulus dan hampir tak nampak di mata sesamanya sekurun waktu – terang benderang bersinar di hadapan Yang Abadi, yang menyatukan “Puteri Sion” yang tersembunyi ini (bdk. Zef. 3:14; Ze. 2:10) dengan rencana penyelamatan yang merangkum seluruh sejarah manusia.” (Surat Ensiklik, Bunda Sang Penebus, Redemptoris Mater, 3).

Semua orang itu masih heran

Peristiwa Yesus mengherankan banyak orang, kaya-miskin, tua-muda, pejabat atau jembel. Ketika Yesus banyak membuat mukjizat, orang tidak bertanya tanda apa ini maknanya. Namun, ketika Ia mengusir dan menyuruh setan diam, mereka tidak merenungkan tanda macam apa yang dilambangkan perbuatan-Nya.

Hanya satu yang mereka pikirkan: jaman keemasan telah datang. Pembawa kemakmuran dan kemegahan telah tiba.

Sebaliknya, Yesus membawa kecemasan dan keguncangan bagi banyak orang dari golongan atas. Ia membuat gelisah Herodes Antipas.

Orang Farisi, Ahli Taurat, dan Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi di Yerusalem, geram. Bagi golongan ini, Yesus adalah kriminal paling buruk, karena Ia sama dengan penghujat Allah. 

Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia

Bagi sementara kalangan, Yesus diharapkan menjadi pembebas dari penjajah Romawi. Ia diharapkan memulihkan kejayaan kerjaan Israel di masa lalu, masa Daud dan Salomo. 

Yesus tidak mau terjebak dalam situasi itu. Ia tetap setia pada tugas pengutusan-Nya, walau Petrus berusaha untuk menyeret-Nya terlibat dalam pemenuahan harapan orang banyak. 

“Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8:33).   

Di tengah gelombang orang yang merindukan kemegahan Mesias, Ia mengumumkan bagaimana Ia akan mati (Luk. 9: 44), “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”, Filius enim hominis futurum est ut tradatur in manus hominum.

Santo Lukas mengenakan gelar Anak Manusia.  Dalam Perjanjian Baru gelar ini digunakan sebanyak 83 kali. Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yehezkiel dalam penglihatannya melihat Anak Manusia (Yeh. 3:1,.4.10.17; 4:1. dst.).

Dalam penglihatannya, Nabi Daniel melihat empat binatang yang kejam dan mematikan dari empat  penjuru angin (bdk. Dan. 7:3-8). Mereka adalah lambang kerajaan dunia yang menghancurkan, mengejar-kejar dan membunuh manusia (Dan. 7:21.25). Setelah penampakan seluruh kekejaman dan kerajaan maut, nampaklah Kerajaan Allah.

Ia juga melihat seorang seperti Anak Manusia. Pada Anak manusia diberikan  kemuliaan  dan kekuasaan oleh Yang Lanjut Usianya. Ia dinobatkan  sebagai raja. Orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Dan, kekuasaan-Nya kekal (Dan. 7:13-14).

Yesus menjadi kerinduan siapa pun juga yang mengharapkan kelepasan dari cengkeraman dosa, yang meluluh lantakkan hidup manusia. Ia melepaskan cengkeraman dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Tetapi, ketika Ia menyampaikan bagaimana cara Ia mati, semua orang tidak mau bertanya apa maksud-Nya. Mereka tenggelam dalam mimpi tentang mesias palsu yang datang dengan kemuliaan dan semarak.

Dan bahkan ketika Ia berbicara tentang kebenaran, Ia malah dihukum mati. Di hadapan hakim pengadilan Agama Yahudi, Yesus ditanya, “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”

Jawab Yesus: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.” (Mrk. 14:61-62).

Jawaban ini tidak membuka mata hati mereka untuk percaya pada Allah. Mereka justru membunuh Anak Manusia. 

Maka benar nubuat-Nya, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk. 10:45)

Katekese

Kambing korban melambangkan korban Kristus. Santo Cyrilus dari Alexandria 376-444.

“Misteri sengsara Kristus dapat dilihat dalam contoh berikut. Menurut hukum Musa, dua ekor kambing harus dikorbankan. Keduanya tidak boleh memiliki perbedaan (Im. 16:7-8), mereka harus serupa dalam ukuran dan penampilan.  Di antara keduanya, satu di sebut sebagai ‘tuhan’, yang lain disebut ‘dijauhkan’.

Ketika undi yang dibuang menunjuk yang disebut ‘tuhan’, kambing itu dikorbankan. Sedang yang lain dijauhkan dari pengorbanan. Demikianlah kambing itu mendapatkan nama ‘dijauhkan’.

Siapa yang dimaksud dengan lambang ini? Sang Sabda, walaupun Ia adalah Allah, tetap serupa dengan dengan kita dan mengambil rupa kita, manusia pendosa, karena itulah  kodrat kita sebagai daging. Kambing jantan atau betina dikorbankan untuk dosa.

Kematian telah menjadi makanan kita, karena kita telah jatuh dalam kutukan dosa. Ketika Sang Juruselamat mengambil tanggung jawab, Ia mengalihkan pada diri-Nya beban yang seharusnya kita tanggung dan mempertaruhkan nyawa-Nya, sehingga kita dijauhkan dari kematian dan kehancuran karena dosa.” (Commentary On Luke, Homily 53)

Oratio-Missio

Tuhan, Semoga aku tidak gagal memandang kemuliaan dan kemenangan-Mu di salib. Bantulah aku untuk menjadikan kehendak-Mu menjadi kehendakku dan tuntunlah aku menuju kesucian. Amin.  

  • Apa yang perlu kulakukan supaya aku tidak menolak sabda-Nya yang telah kudengar?

Filius enim hominis futurum est ut tradatur in manus hominum – Lucam 9:44

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here