Lectio Divina 28.11.2020 – Tahan Berdiri di Hadapan Anak Manusia

0
355 views
Berjagalah by Fr. Alfonse.

Sabtu (H)

  • Why. 22:1-7
  • Mzm. 95:1-2,3-5,6-7
  • Luk. 21:34-36

Lectio

36  Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” 37  Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.

38  Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.

Meditatio-Exegese

Supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia

Di akhir khotbah panjang tentang kiamat dan menutup tahun liturgi, Yesus mengajak para murid untuk terus menerus berjaga-jaga. Sabda-Nya, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.” (Luk. 21:34-35).

Ia juga telah mengingatkan akan hal yang sama ketika banyak orang bertanya tentang kedatangan Kerajaan Surga (Luk. 17:20-21). Ia menjawab bahwa Kerajaan itu akan datang seperti kilat yang memancar dari langit, tak diduga-duga, tanpa peringatan terlebih dahulu. Maka orang harus berjaga-jaga dan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin (Luk 17:22-27).

Tetapi, karena manusia tidak sabar menantikan kedatangannya, ia tenggelam dalam kesia-siaan.  Hidupnya dipenuhi oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi. Dan hari ini, begitu begitu banyak daya dan upaya untuk merontokkan sikap berjaga-jaga dan siap sedia menyambut kedatangan Kerajaan-Nya.

Konsumsi barang tanpa batas, kenikmatan dan kenyamanan tak terbatas, dan upaya untuk membunuh keheningan melingkupi dari segala penjuru. Terlebih, secara sistematik, massif, dan  berkelanjutan, manusia dijauhkan dari derita yang ditanggung oleh “salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini” (Mat. 25:40), menjadikan para murid-Nya berhati tumpul terhadap ketidak-adilan.  

Kepada para anggota komunitas iman yang dibinanya, Santo Lukas menyampaikan nasihat Yesus (Luk. 21:36), “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”, Vigilate itaque omni tempore orantes, ut possitis fugere ista omnia, quae futura sunt, et stare ante Filium hominis.

Berjaga-jaga dan berdoa dengan tak kunjung putus tidak berarti menutup pintu rumah dan rumah Tuhan. Berjaga dan berdoa selalu bermakna bahwa Gereja ‘bergerak keluar’, terlibat dalam setiap detak hidup manusia. Paus Fransiskus menegaskan, “Gereja yang “bergerak keluar” adalah komunitas para murid yang diutus yang mengambil langkah pertama, yang terlibat dan mendukung, yang berbuah dan bersukacita.

Sebuah komunitas yang mewartakan Injil mengetahui bahwa Tuhan telah mengambil prakarsa, Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita (bdk. 1Yoh. 4:19), sehingga kita dapat bergerak maju, berani mengambil prakarsa, keluar kepada yang lain, mencari mereka yang telah menjauh; berdiri di persimpangan-persimpangan jalan dan menyambut yang tersingkir.

Komunitas semacam itu tak pernah kehabisan semangat untuk menunjukkan kemurahan hati, buah dari pengalamannya sendiri akan kekuatan belas kasih Bapa yang tanpa batas. Marilah kita berusaha sedikit lebih keras untuk mengambil langkah pertama dan terlibat. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya.

Tuhan terlibat dan Dia melibatkan murid-muridNya ketika Dia berlutut untuk membasuh kaki mereka. Dia berkata kepada para murid-Nya, “berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya” (Yoh. 13:17). Sebuah komunitas yang mewartakan Injil terlibat dengan kata dan perbuatan dalam hidup orang seharihari; komunitas ini menjembatani jarak, mau menghambakan diri jika perlu, serta merangkul hidup manusia, dengan menyentuh kemanusiaan Kristus yang menderita dalam diri sesamanya.

Para pewarta Injil memiliki “bau domba” dan domba pun mau mendengar suara mereka. Maka, komunitas yang mewartakan Injil siap “menemani”. Menemani kemanusiaan dalam seluruh prosesnya, betapa pun sulit dan lamanya. Komunitas ini terbiasa dengan penantian yang memerlukan kesabaran dan daya tahan kerasulan.” (dikutip dari Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 24).

Dengan cara ini, setiap murid mempersiapkan kedatangan Kerajaan Surga dan mempersiapkan diri untuk tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Katekese

Berjaga-jaga dengan kebaikan hati. Paus Fransiskus, Buenos Aires, Argentina, 17 Desember 1936:

“Kebaikan hati membebaskan kita dari kekejaman yang sering merusak relasi antar manusia, dari kecemasan yang menghalangi kita untuk memikirkan orang lain; dari hiruk pikuk kegiatan yang membuat kita lupa bahwa orang lain juga berhak untuk bahagia.

Seringkali saat ini kita tidak mau meluangkan waktu maupun energi untuk berhenti dan berbaik hati kepada orang lain. Kita tidak mau untuk sekedar mengatakan “permisi”, “maafkan saya”, “terima kasih”. Namun sesekali, secara ajaib, orang yang baik hati muncul dan bersedia mengesampingkan segala sesuatu untuk memperhatikan, memberikan senyuman, memberi semangat, dan mendengarkan keluh kesah saat banyak orang lain tidak mau peduli.

Jika kita berusaha keras setiap hari untuk melakukan hal ini, kita dapat menciptakan suasana sosial yang sehat. Di situ kesalahpahaman dapat diatasi dan konflik dapat dicegah. Kebaikan hati harus dipupuk. Ini bukanlah kebajikan dangkal yang harus dipamerkan.

Justru karena kebaikan hati  melibatkan harga diri dan rasa hormat terhadap orang lain, dan saat  kebaikan hati menjadi budaya dalam masyarakat, ia mengubah gaya hidup, relasi, dan cara untuk membahas dan membandingkan gagasan-gasan.

Kebaikan hati selalu mencari cara untuk mempermudah kesepakatan. Ia membuka jalan baru di mana permusuhan dan konflik akan membakar semua jembatan yang menghubungkan tiap hati.” (dikutip dari Ensiklik Paus Fransiskus, Fratelli Tutti, 224, terjemahan bebas).

Oratio-Missio

  • Tuhan, kuatkanlah jiwaku di tengah gejolak dunia. Anugerahkanlah iman yang hidup, harapan yang kokoh, dan kasih yang menyala-nya, agar aku dapat menatap wajah-Mu ketika Engkau datang dalam kemuliaan. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menyongsong kedatangan-Nya?

Vigilate itaque omni tempore orantes, ut possitis fugere ista omnia, quae futura sunt, et stare ante Filium hominis – Lucam 21:35

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here