Selasa. Minggu Biasa XVII, Hari Biasa (H)
- Yer. 14:17-22.
- Mzm 79:8.9.11.13
- Mat. 13:36-43.
Lectio
36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” 37 Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia.
Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”
Meditatio-Exegese
Kami telah berdosa kepada-Mu
Menggunakan puisi dan dialog dramatik, Nabi Yeremia berseru kepada Allah tentang penderitaan, kelaparan dan kematian. Nada putus asa terlukiskan dengan kuat saat ia menyerukan pertobatan.
Santo Thomas Aquinas menulis, “Nabi mengungkapkan seruan doanya pada Allah demi umat yang dipilih-Nya. Ia berharap, walau Ia menghukum mereka, Ia kelak mencurahkan belas kasih dan pengampunan pada umat-Nya.” (Postilla super Jeremiam, 14, 1).
Umat menolak bertobat walau nabi telah menyampaikan undangan untuk kembali kepada Allah. Maka, penolakan itu membawa konsekuensi, seperti dinubuatkannya. Yerusalem dan seluruh Yehuda hancur luluh, serta penduduk dibuang ke Babel, 579 sebelum Masehi.
Penderitaan Yehuda diperburuk oleh kekeringan dan kekurangan pangan. Kelaparan dan kematian merebak di mana-mana. Rusa di padang pun meninggalkan bayinya yang baru lahir karena tidak ada rumput hijau (Yer. 14:5).
Dalam penderitaan ekstrem, mereka berseru mohon kerahiman dan belas kasih pada Allah dan memohon agar tidak diperlakukan seperti orang asing (Yer. 14:7-9). Walau Yeremia memaafkan kesalahan bangsanya, Allah tetap menunjukkan bahwa kesalah dan dosa manusia menjadi penyebab bencana yang akan timbul (Yer. 14:10-12).
Mereka mengandalkan nabi-nabi palsu yang menjanjikan ketenteraman, damai dan kemakmuran (Yer. 14:13-16). Atas kekeliruan itu, Nabi Yeremia tetap memohon pengampunan dan Yehuda dihindarkan dari penghukuman (Yer. 14:17-20). Terlebih, umat pun memohon pengampunan pada Allah, satu-satunya sumber harapan (Yer. 14:20).
Allah telah mengumumkan keputusan-Nya dan tidak akan menarik penghukuman yang diputuskan-Nya, walaupun Musa dan Samuel berbicara pada-Nya atas nama umat (Yer. 15:1-4; bdk. Kel. 32:11-14; 1Sam 7:8-12). Kejahatan yang mereka telah lakukan sejak lama membuktikan Yehuda menolak dan meninggalkan Allah (Yer. 16:6).
Pada saat berkuasa, misalnya, Manasye, anak Hizkia, melakukan semua perbuatan jahat di mata Allah dan membolehkan penyembahan berhala (Yer. 15:4; 2Raj. 21:1-18). Maka, pilihan Allah hanya satu: melaksanakan penghukuman yang telah ditetapkan-Nya (Yer. 15:5-9).
Nabi merasa terluka. Ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menangkal kehancuran yang sudah di depan mata.
Dalam Perjanjian Baru, dengan mengacu pada hari-hari akhir, penulis Kitab Wahyu mengutip Yes 15:2 (bdk. Yes. 43:11) untuk menasihati umat yang dibinanya agar setia pada kehendak dan sabda Allah dan selalu bersedia menanggung penganiayaan dengan ketekunan dan iman.
Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang-lalang di ladang
Beberapa kali penginjil, seperti Santo Markus, melaporkan bahwa Yesus mengajar dan mendidik para murid di rumah di Kapernaum (Mrk. 7:17; 9:28.33; 10:10). Berbeda dengan jaman ini, saat itu orang lebih senang menghabiskan malam-malam di musim panas dengan berkumpul bersama, bicara dan berinteraksi tentang peristiwa hidup sehari-hari.
Yesus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak dan mendidik para murid-Nya. Dan pada kesempatan ini, Ia menjelaskan makna perumpamaan tentang lalang di antara gandum (Mt. 13:24-30).
Orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari
Seperti pada perumpamaan tentang Penabur, Yesus menjelaskan pada para murid yang belum mengerti dengan sabar. Dalam penjelasan-Nya, yang dimaksud Yesus dengan ladang adalah dunia dan musim panen mengacu pada hari akhir, kiamat.
Yesus mengidentifikasi lima kelompok orang, bahkan enam, bila mengacu pada perumpamaan tentang Penabur:
- Penabur adalah Dia yang menabur benih yang baik atau gandum, Anak Manusia;
- benih yang baik/gandum sama dengan anak-anak Kerajaan;
- lalang atau anak-anak si jahat;
- penabur lalang – musuh yang menabur benih lalang atau setan; dan
- penuai – para malaikat.
Filii Regni et filli mali, anak-anak Kerajaan dan anak-anak si jahat. Sekali lagi, Yesus menekankan hanya ada dua pilihan: menjadi anak-anak Kerajaan dan memilih Dia atau menjadi anak-anak si jahat dan berpihak pada setan. Tidak ada pilihan ketiga: satu kaki di Kerajaan dan kaki yang lain menginjak kerajaan setani.
Sama dengan perumpamaan yang lain, seperti perumpamaan tentang pukat dan ikan dan domba-kambing, Yesus menekankan pada akhir jaman, Ia akan mengutus para malaikat untuk memisahkan lalang dari gandum; kejahatan dari kebaikan.
Kejahatan akan dibuang ke dapur api yang tak kunjung padam. Sedangkan gandum dihantar masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Namun, terdapat jeda masa hingga masa panen. Saat itulah, Ia mengharapkan semua anak Kerajaan untuk terus berpaut pada-Nya.
Kitab Ulangan, misalnya, memberi nasihat (Ul. 13:4; bdk. Vulgata – Liber Deuteronomii 13:5): “Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.”, Dominum Deum vestrum sequimini et ipsum timete et mandata illius custodite et audite vocem eius; ipsi servietis et ipsi adhaerebitis.
Allah pun akan menyesali rencana untuk menghukum mereka yang jahat bila berbalik kepada-Nya, seperti nubuat Nabi Yeremia, “Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Yer. 26:3).
Tiap pribadi hendaknya membuka telinga dan mendengarkan sabda-Nya (Mat. 13:43), “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”, Tunc iusti fulgebunt sicut sol in regno Patris eorum. Qui habet aures, audiat.
Katekese
Mari kita menjadi sahabat Yesus. Origenes dari Alexandria, 185-254:
“Nah, setelah cukup banyak berbicara dengan orang banyak dalam perumpamaan, Yesus menyuruh mereka pulang ke rumah masing-masing; dan Ia pulang ke rumah-Nya sendiri, di tempat para murid-Nya datang kepada-Nya.
Sedangkan para pendengar-Nya yang setia selalu mengikuti-Nya ke manapun Ia pergi. Kemudian setelah bertanya tentang di mana Ia tinggal, mereka diizinkan untuk mengunjungi-Nya.
Setelah sampai rumah-Nya, mereka bertemu dan tinggal bersama-Nya sepanjang hari itu; dan mungkin beberapa dari mereka bertamanu pada-Nya lebih lama. Menurut pendapat saya, hal-hal seperti itu tersirat dalam Injil menurut Yohanes…
Dan jika kemudian, tidak seperti orang banyak yang diminta-Nya pulang, kita ingin mendengarkan Yesus dan pergi ke rumah-Nya dan menerima sesuatu yang lebih baik daripada yang diterima orang banyak. Maka, marilah kita menjadi sahabat Yesus.
Seperti murid-murid-Nya datang pada-Nya, kita juga bisa datang kepada-Nya ketika Ia masuk ke rumah. Dan setelah datang, marilah kita bertanya tentang penjelasan perumpamaan itu, apakah tentang lalang di ladang, atau hal-hal yang lainnya.” (Commentary On Matthew 10.1–3).
Oratio-Missio
Tuhan, semoga kasihMu menguasai hatiku dan mengubah hidupku agar aku mampu menabur apa yang baik, layak dan menyenangkan hati-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi orang benar dan bersinar seperti matahari dalam Kerajaan Bapa?
Tunc iusti fulgebunt sicut sol in regno Patris eorum. Qui habet aures, audiat – Matthaeum 13:43