Lentera Keluarga – Berjalan Di Atas Gelombang

0
1,251 views

Tahun A-2. Minggu Biasa XIX

Minggu,  9 Agustus 2020. 

Bacaan: 1 Raj 19:9a.11-13a; Rom 9:1-5; Mat 14:22-33.

Renungan: 

KISAH Tuhan Yesus yang berjalan di atas air, mengajak kita untuk merenungkan perbedaan penghayatan dan cara menangani persoalan hidup. Ada tiga hal yang dapat kita garisbawahi dalam kisah ini:

  1. Kita perlu menyadari bahwa hari itu melelahkan. Yesus menyendiri untuk berdoa sementara para murid pulang tentunya untuk beristirahat.  Tentunya Tuhan Yesus jauh lebih lelah karena Ia lah yang mengajar; tetapi kelelahan itu dibawaNya di dalam doa. Para murid membawa kelalahan itu untuk pulang dan beristirahat. Dua cara berbeda dalam melihat pelayanan dan menghayati hidup sebagai pelayan.  Hal ini mengingatkan kita sebagai pelayanan jemaat atau keluarga, sebagai religius, imam, ataupun awam, bahwa pelayanan dan tugas kita sehari-hari dapat menjadi beban jika penghayatan hidup kita itu salah dan kita mencari hak untuk istirahat. Pelayanan menjadi beban karena kita kurang berdoa. Doa menjadi saat bagi kita untuk mempersembahkan pelayanan dan beristirahat bersama Tuhan. 
  2. Di tengah gelombang dan angin sakal, Yesus mampu berjalan di atas air; sementara para murid  kalut menyelamatkan diri dan tenggelam dalam ketakutan sampai tidak mampu melihat Tuhan. Sama-sama menghadapi masalah, tetapi Tuhan Yesus menunjukkan sikap berjalan di atas masalah atau tantangan hidup; bukan tenggelam di dalam masalah.  Pengalaman ini mengajak kita bahwa masalah yang berat kadang membawa kita tenggelam di dalamnya: pikiran-perasaan-hati-perilaku kita dikuasai badai. Dengan demikian, masalah itu sudah berat dan semakin berat karena kita sendiri yang bermasalah. Kita harus mengatasi masalah; fokus pertama-tama bukan masalahnya, tetapi sikap kita berhadapan dengan masalah. Berani mengambil jarak terhadap masalah, dan fokus pada kekuatan relasi. Masalah berat, jika disikapi dengan benar, maka sebagian besar masalah sudah terselesaikan.  
  3. Petrus mencoba berdiri di atas air untuk menjumpai Yesus tetapi ia tenggelam karena takut akan besarnya gelombang dan tiupan angin; sampai akhirnya ia berseru “Tuhan tolonglah aku!”. Tuhan menolong dan membawa Petrus untuk masuk dalam perahu.  Dari perspektif lain kita dapat melihat bahwa, kadang di tengah masalah, kita meninggalkan saudara/keluarga kita untuk datang kepada Tuhan tetapi dalam kondisi kalut. Cara ini tidak salah, tetapi jikalau kekalutan itu masih bergelora kitapun tidak fokus pada Tuhan dan justru tenggelam di dalamnya. Persoalan dan masalah yang dihadapi bersama, ditangani bersama, dengan mengundang Tuhan, yang menang atas masalah, untuk masuk dan tinggal bersama kita. 

Tiga point di atas sangat baik di praktekkan dalam hidup kita di tengah keluarga. Jika kita melihat pelayanan kita harian sebagai beban, maka beban itu akan memperberat situasi kita ketika kita berhadapan dengan masalah real. Menangangi persoalan dan masalah, dimulai dari membetulkan cara kita menghadapi masalah itu dan mengundang Tuhan untuk hadir bersama di tengah keluarga kita, bukan lari sendiri kepada Tuhan. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah perbedaan Tuhan Yesus dalam melihat pelayanan dan dalam melihat tantangan hidup. 

Refleksi:

Bagaimanakah sikapku terhadap pelayanan yang kulakukan sehari-hari? Bagaimana sikapku jika aku mengalami tantangan atau masalah yang membuatku kalut?

Doa:

Ya Bapa, terima kasih atas pengajaran iman supaya aku lebih mempersembahkan pelayanan harian sebagai berkat yang menggembirakan, menghadapi tantangan bersama-sama dengan mengundang Engkau hadir dan tinggal di tengah-tengah kami. 

Perutusan:

Sebelum menghadapi tantangan atau masalah yang ada di luar anda, hadapilah tantangan dan masalah yang ada di dalam diri anda sendiri yaitu pikiran, perasan, hati dan perilaku anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here