Lentera Keluarga – Engkaulah Orang itu

0
319 views

Tahun A-2. Pekan Biasa III
Sabtu,  1  Februari 2020.
Bacaan: 2 Sam 12:1-7a.10-17; Mzm 51:12-13.14-15.16-17; Mrk 4:35-41. 

Renungan:

KESALAHAN dan doa yang ditutup dengan kesalahan dan dosa yang lebih besar menumpulkan hati nurani Daud untuk melihat tindakannya sendiri. Ia menjadi bias dalam menilai kesalahan dan dosa  yang telah ia lakukan. Namun begitu mendengar kisah yang disampaikan Natan, Daud mampu menilai dengan baik. Dan kesempatan itu dipakai untuk Natan dengan mengatakan “Engkaulah orang itu!. Perkataan itu menyentak Daud, dan membuka hati nuraninya untuk mampu menilai hidup dan perilakunya sendiri. 

Kadang kitapun menilai hidup dan tindakan orang lain begitu jeli, teliti dan tepat; tapi kita bias menilai hidup kita sendiri. Kita tidak merasa bersalah, berdosa dan menyesal walaupun kesalahan dan dosa kita lebih dari orang yang kita nilai dan kita hakimi. Sampai suatu saat orang menunjuk kepada kita “Engkaulah orang itu”. 

Dalam perkawinan, kita protes dan menilai orang salah karena tidak setia, tetapi kita sendiri juga tidak setia; kita menilai buruk harta terpisah, tetapi kita sendiri juga sedikit banyak mempraktekkannya; kita menilai komunikasi pasutri lain buruk, tetapi kita sendiri juga tidak bertumbuh baik dalam komunikasi.  Mawas diri dalam perkawinan itu penting. Seraya kita membantu orang lain, kitapun juga harus teliti menilai dan memperbaiki perkawinan kita sendiri. 

Dalam hidup imamat dan religius, kitapun diundang untuk tidak hanya pandai membuat analisis dan menilai hidup orang lain , karyawan atau umat yang kita layani; kitapun perlu membuat penelitian batin setiap hari dan terus menerus apakah hidup sungguh benar telah mencerminkan nilai hidup seorang religius atau imam. Banyak umat menilai kita, kadang karena  kebaikan mereka, mereka tidak menyampaikannya kepada kita. Nasihat Paulus kepada Timotius berlaku untuk kita “Awasilah diri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengarkan engkau” 

Pengalaman Daud mengajak kita untuk cermat menilai diri dan membangun sikap mawas diri, menajamkan hati nurani, membangun sikap pertobatan terus menerus di hadapan Allah.

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Daud memperoleh kesadaran hati nurani yang telah tumpul untuk menilai hidup dan tindakannya sendiri. 

Refleksi:

Apa cara-cara yang dapat kulakukan supaya aku semakin mampu menilai diriku sendiri dan bersikap mawas diri?

Doa: 

Ya Bapa, semoga dengan tekun dan dengan kejernihan hati nurani aku dapat melihat hidup dan perilakuku di hadapanMu. 

Perutusan:

Buatlah penelitian batin yang terus menerus dalam hati anda. Biarkanlah Allah yang menilai hidup anda dan membantu anda untuk bertumbuh. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here