Lentera Keluarga – Euforia Rohani

0
292 views

Tahun C-1. Minggu Prapaska II
Minggu, 17 Maret 2019.
Bacaan: Kej 15:5-12.17-18; Mzm 27:1.7-8.9abc.13-14; Flp 3:14-4:1; Luk 9:28b-36.

Renungan: 

PETRUS, Yohanes dan Yakobus melihat Tuhan Yesus dalam kemuliaan transfigurasiNya.  Pengalaman itu membawa kedamaian sukacita dan kegembiraan yang tak terkira. Bahkan mungkin dapat dikatakan sebagai pengalaman euforia rohani.  Namun di balik awan itu Allah bersabda “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!”. Pengalaman tranfigurasi ini justru menjadi pengalaman awal dari perjalanan Yesus ke Yerusalem yang diwarnai oleh penolakan, penderitaan dan ketaatan kepada Allah.

Pengalaman euforia rohani kita rasakan dalam cara dan bentuk berbeda-beda. Ada orang yang mengalami euforia iman di akhir sebuah retret karena merasa ada begitu banyak rahmat Tuhan yang diterima.  Ada yang mengalaminya ketika menerima sakramen perkawinan, menerima kaul atau menerima tahbisan. Euforia iman ini ditandai dengan ada dorongan kuat untuk berubah, semangat baru, rencana indah, niat baik yang kadang membuat kita tidak realistis bahwa perubahan hidup itu tidak instan dan harus dilatih dengan kesetiaan terus menerus bahkan termasuk dengan kesulitan, tantangan dan penderitaan.

Sabda Allah kepada para murid di satu sisi mengajak kita bersyukur atas kegembiraan iman yang boleh kita rasakan, tetapi juga mengundang kita untuk “mendengarkan” bahwa kegembiraan iman itu tidak selesai dan terjadi selama-lamanya. Kegembiraan iman itu harus diperjuangkan dengan kesetiaan menghayati nilai-nilai kristiaani dalam hidup sehari-hari.

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana Allah menanggapi euforia iman yang dialami oleh para murid Yesus.

Refleksi:

Apakah aku menghayati imanku dengan ketekutan dan kesetiaan  dan tidak hanya mencari eufaria iman?

Doa:

Ya Bapa, terima kasih atas kegembiraan iman yang boleh kami alami dalam sejarah hidup kami. Ajarilah kami untuk tekun dan setia dalam menghidupi iman kami sehari-hari. Amin.

Perutusan:

Janganlah kita hanya mencari euforia rohani, tetapi perjuangkanlah iman dalam ketekunan dan kesetiaan sehari-hari.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here