Lentera Keluarga – Jangan Menunda

0
340 views

Tahun C-1. Minggu Biasa VII
Kamis, 28 Februari 2019.
Bacaan: Sir 5:1-8; Mzm 1:1-2.3.4.6; Mrk 9:41-50;

Renungan:

DOSA itu seperti angin topan yang merusak dan mengahancurkan kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Dosa itu juga seumpama HIV/AIDS yang menggerogoti kita dari dalam, membuat hati nurani kita menjadi tumpul dan melemahkan kemampuan kita untuk malawan godaan yang membuat kita jatuh dalam dosa.  Maka nasihat Kitab Sirakh dan Yesus mengingatkan kita untuk segera dan tidak menunda-nunda.  Mengapa orang menunda-nunda bertobat? Menurut Sirakh  karena orang “memanfaatkan kebaikan Tuhan” :” Tuhan itu berbelas kasih dan panjang sabar…dosaku yang banyak pasti diampuni”. Maka Sirakh mengatakan “Jangan menunda-nunda untuk bertobat ….jangan kautangguhkan dari hari lke hati. Sebab tiba-tiba saja meletuslah kemurkaan Tuhan, dan engkau binasa pada saat hukuman.” Tuhan Yesus dengan cara yang sama juga mengingatkan kita untuk cepat dan tegas “memotong” dosa sebelum “menginfeksi” dan menghancurkan seluruh hidup kita.

Nasihat ini penting bagi kita dalam keluarga kita, terutama ketika kita berkonflik dan saling melukai, bahkan mungkin kita sudah hidup terpisah dengan pasangan kita walaupun tetap ada ikatan perkawinan. Ef 4:2 mengatakan “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa:janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”

Dan jika kita sudah masuk dalam dosa, seperti dosa ketidaksetiaan pada panggilan hidup perkawinan (juga untuk hidup religius dan imamat). Janganlah kita terperangkap dengan pikiran sesat “saya belum siap bertobat atau saya mau berubah tapi pelan-pelan atau besok kalau saya sudah “sreg” atau orang tidak perlu suci-suci.” Pikiran-pikiran seperti ini jika kita turuti tidak akan membuat kita menjadi lebih baik, melainkan lebih parah. Janganlah kita mempermainkan belaskasih dan kemurahan hati Tuhan.

Kontemplasi

Resapkanlah sikap ketegasan dari Sirakh dan Tuhan Yesus berkaitan dengan perobatan.

Refleksi:

Apa pikiran-keyakinan salah yang membuat aku menunda-nunda untuk bertobat dan berdamai dengan orang lain? Bagaimana aku mampu bersikap tegas dan cepat ketika aku jatuh dalam dosa?

Doa:

Ya Bapa, semoga aku semakin berani mengambil sikap tegas dan cepat melawan dosa serta membangun hidup dalam kedamaian dengan Engkau dan sesama.

Perutusan:

Segeralah bertobat dan berdamai dengan orang lain.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here