Senin, 11 Juni 2018. PW St. Barnabas
Bacaan: 1 Raj 17:1-6; Mzm 121:1-2.3-4.5-6.7-8; Mat 5:1-12.
Renungan:
SABDA Bahagia yang diajarkan Tuhan Yesus mau mengajak kita bahwa sumber kebahagiaan tidak terletak pada pada apa yang ada di luar, yang kita terima dan peristiwa hidup yang kita alami. Jika kebahagiaan itu diletakkan dalam pengalaman hari ini dan saat ini, maka kebahagiaan itu hilang dan pergi. Kebahagiaan itu muncul dari dalam, karena perjumpaan dan cinta kasih Allah yang kita alami. Orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu bukan pilihan (option) tetapi adalah sebuah keputusan (choice).
Jika dalam perkawinan, kita meletakkan kebahagiaan pada “tidak adanya konflik”, “tidak adanya salah paham”, “tidak adanya masalah” dan perasaan romantis yang terus menerus, maka kebahagiaan itu agak segera pudar berubah menjadi kekecewaan. Karena apa yang kita bayangkan dan pikirkan tidak sejalan dengan apa yang terjadi baik dalam diri pasangan, dalam diri kita , dalam relasi kita maupun dalam perjalanan perkawinan dan keluarga kita. Dalam hidup perkawinan, kita tidak mencari kebahagiaan, tetapi berbagi kebahagiaan. Kita juga tidak bisa hanya membagiakan pasangan kita, karena kebahagiaan pasangan bukanlah tanggungjawab kita sepenuhnya; iapun bertanggungjawab atas kebahagiaan hidupnya sendiri. Sumber kebagiaan itu ada di dalam diri kita, ketika kita mengalami cinta kasih Allah yang tanpa syarat. Kasih Allah itulah yang kita bagi kepada pasangan kita dengan penerimaan diri apa adanya dan dengan bertumbuh bersama di dalam perbedaan.
Demikian pula dengan panggilan hidup religius dan imamat. Kebahagiaan kita adalah keputusan kita untuk menjalani panggilan dengan sukacita di dalam pergumulan, kesulitan dan tantangan baik dalam diri sendiri, dalam relasi dengan komunitas maupun dalam perutusan. Semakin tahun, hidup panggilan akan semakin membahagiakan, walaupun tanggungjawab semakin besar. Sukacita panggilan itu akan nampak dalam hidup kita dan pelayanan kita, terutama dalam perjumpaan dengan umat yang kita layani.
Kontemplasi
Renungkan Sabda Bahagia perlahan-lahan dan rasakanlah setiap sabda yang diungkapkan Tuhan Yesus.
Refleksi
Apakah aku semakin bahagia dalam hidup perkawinan, imamat dan religiusku?
Doa
Ya Bapa, semoga cinta kasihMu dan perjumpaan denganMu setiap hari melimpahiku dengan sukacita dan kegembiraan.
Perutusan
Berbahagialan dan bersukacitalah senantiasa karena kebahagiaan itu adalah pilihan anda sendiri
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)