Lentera Keluarga – Keputusan Dan Peneguhan

0
306 views

Tahun A-2. Minggu Paska V

Jumat 15 Mei 2020. 

Bacaan: Kis 15:22-31; Mzm 57:8-9.10-12; Yoh 15:12-17. 

Renungan: 

Keputusan mengenai sunat telah final yaitu sunat tidak diwajibkan bagi orang-orang non yahudi yang menjadi kristen, tetapi mereka tetap menjauhkan diri dari makan daging yang dipakai dalam penyembahan berhala, percabulan (terkait dengan upacara penyembahan berhala), binatang yang mati dicekik dan dari darah (makan darah/kehidupan). Keputusan ini tidak mudah bagi orang kristen awal dalam agama Yahudi, karena pasti mereka akan bertentangan dengan kelompok Yahudi yang lain.  Namun karya Roh Kudus dan kesaksian-kesaksian konkret yang dialami menjadikan keputusan itu sebagai  “keputusan Roh Kudus dan kami”. Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pada karya Roh Kudus, bukan hanya pertimbangan bersama-voting manusiawi.  Dan dengan bijaksana pula, mereka yang bersidang mengutus  Yudas (Barsabas) dan Silas untuk menjadi utusan resmi dan pembawa keputusan bagi jemaat-jemaat di Anthiokia, Siria dan Sisilia sebagai keputusan final polemik mengenai sunat. Namun perlu dicermati juga bahwa keputusan final ini tidak mudah juga dipraktekkan dan diterima oleh beberapa orang yang masih bersikukuh pada tradisi lama. 

Mendengarkan Roh Kudus dan  kebijaksanaan manusia menjadi kunci utama bagi kita, gereja, untuk mengambil keputusan-keputusan penting menyangkut iman dan kesusilaan, mengingat begitu luasnya dan bervariasinya budaya dan situasi konkret yang dihadapi. Gereja tidak pernah menyulitkan umatnya; tetapi membantu umat untuk terus bertumbuh mengarah kepada keluhuran nilai-nilai kristiani. Ajaran-ajaran itu perlu dipahami dulu sebelum dikritik; ditangkap Roh nya dulu sebelum dikatakan tidak menjawab kebutuhan konkret.  

Dalam lingkup kecil, keputusan-keputusan yang diambil dalam jemaat hendaknya juga didasarkan pada “discerment” yang benar dan tidak hanya mengandalkan akal budi saja. Ketika keputusan-keputusan sudah diambil, tentu saja ada yang setuju dan ada yang tidak setuju; tetapi keputusan itu kita hormati sebagai sebuah discernment Roh, yang kita amini sebagai keputusan bersama. Keputusan dapat ditinjau kembali sesuai dengan gerak Roh Kudus yang hidup dalam jemaat, tetapi tidak untuk dipolemikan. Politisasi atau arogansi keputusan dalam hidup menggereja menjadi tanda kita sudah tidak lagi mendengarkan suara Roh Kudus karena yang kita perjuangkan adalah kepentingan kita sendiri-sendiri. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana gereja melalui para pemimpinnya berani mengambil keputusan berdasarkan pada karya Roh Kudus. 

Refleksi:

Bagaimana pertimbangan-pertimbanganku dalam mengambil keputusan? Apakah aku memberikan kesempatan kepada Roh Kudus untuk menyinari hati dan budiku?

Doa:

Ya Bapa, sinarilah hati dan budi kami dengan Roh Kudus, untuk mendengarkan dan menataati kehendakMu. 

Perutusan:

Berdiscermentlah dengan semangat mendengarkan Roh Kudus dan mohonlah dalam mengambil keputusan-keputusan yang tidak mudah dalam hidup dan pekerjaan anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here