Tahun A-2. Minggu Biasa XVII.
Kamis, 30 Juli 2020.
Bacaan: Yer 18:1-6; Mzm 146:2abc.2d-4.5-6; Mat 13:47-53.
Renungan:
ALLAH bersabda kepada Yeremia melalui tukang periuk “Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu rusak di tangannya, maka tukang periuk itu akan mengerjakannya kembali menjadi bejana menurut keinginannya.’ Dan lanjutNya “..seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kalian di tanganKu, hai kaum Israel,”. Sabda Allah begitu jelas bahwa Allah itu membentuk hidup dan bentuknya pasti indah.
Allah membentuk hidup kita melalu pengalaman dan peristiwa hidup; ada peristiwa yang menggembirakan dan juga ada peristiwa-peristiwa yang berat. Peristiwa menggembirakan itu kita alami dalam keharmonisan rumah tangga kita, kesuksesan usaha, ekonomi, ataupun penddikan anak; Peristiwa yang berat itu dapat berupa kegagalan hidup keluarga, kesulitan ekonomi, sakit bahwa sampai kepada kematian. Peristiwa yang menggembirakan janganlah membuat kita berhenti seakan-akan bahwa Allah telah selesai memproses kita. Allah belum selesai memproses kita. Peristiwa kegagalan yang menyedihkan janganlah pula membuat kita mengatakan bahwa hidup kita selesai dan tidak ada jalan keluar; karena Allah juga belum berhenti memproses kita.
Lalu kapan Allah selesai memproses kita? Jawabannya adalah kita tidak tahu. Yang dapat kita lakukan adalah kita memberikan diri untuk dibentuk dalam situasi apapun dengan syarat: percaya atau lebih tepat mempercayakan diri kita. Percaya membuat kita tidak euforia ketika sukses. tidak down ketika kita jatuh. Percaya membuat kita berani berpikir dan bertindak positif semaksimal mungkin dalam situasi yang tidak ideal. Percaya berarti menundukkan keharusan yang kita buat sendiri. Percaya berarti setia dan taat. Semakin kita membiarkan diri kita dibentuk oleh Tuhan, maka semakin kita akan bertumbuh; semakin kita membentuk diri kita sendiri, semakin kuat tangan Allah membentuk kita dan itu akan menyakitkan kita sendiri.
Kontemplasi:
Gambarkanlah bagaimana Tukang Periuk membuat periuk dari tanah liat.
Refleksi:
Apakah aku membiarkan diriku dibentuk oleh Allah dan percaya pada rencanaNya yang baik?
Doa:
Ya Bapa, aku percaya pada rencana dan kehendakMu adalah yang terbaik dalam situasi apapun.
Perutusan:
Janganlah tenggelam dalam euforia ketika anda sukses, dan janganlah putus asa ketika anda gagal; percayakanlah segala rencana dan keinginan hidup anda pada rencanaNya.
(Morist MSF)
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)