Kamis, 9 Agustus 2018.
Bacaan: Yer 31:31-34; Mzm 51:12-13.14-15.18-19; Mat 16:13-23
Renungan:
SIAPAKAH yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” (Rm 11:34). Tidak mudah untuk mengenal pikiran dan perasaan orang yang ada bersama dengan kita, apalagi mengenal pikiran dan kehendak Tuhan. Pengalaman Petrus menjadi pelajaran berharga bagi kita bagaimana kitapun kadang “gagal paham” pikiran dan rencana Allah. Mudah bagi Petrus menerima rencana Allah ketika rencana itu adalah rencana baik dan bukan rencana “kebinasaan”.
Untuk mengenal pribadi diperlukan intimitas yaitu ketika orang saling berbagi pikiran, perasaan dan hati sedalam-dalamnya; tidak sekedar tahu latar belakang dan kebiasaan hidupnya saja. Jika intimitas itu renggang, maka biasanya akan mudah terjadi salah persepsi dan “gagal paham”.
Demikian juga untuk mengenal Allah, kita harus meluangkan waktu, memberikan pikiran, perasaan dan hati untuk mengenal Tuhan terutama melalui SabdaNya, menikmati doa sebagai dialog hidup harian, dan melakukan hal-hal sederhana dengan hati-makna. Untuk mengenal pikiran dan perasaan Allah, kita harus intim dengan Allah. “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka”.
Menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana kita dapat membangun relasi begitu mendalam dengan Allah, jika kita tidak dapat membangun relasi yang mendalam dengan keluarga dan komunitas kita? Cara kita membangun relasi dengan sesama, juga menjadi cara kita membangun relasi dengan Allah.
Kontemplasi
Fantasikan secara hidup dialog Tuhan Yesus dengan Petrus.
Refleksi
Bagaimana aku membangun relasi yang dekat dan mendalam dengan Allah? Apakah aku juga membangun relasi yang mendalam dengan anggota keluarga dan komunitas?
Doa
Ya Bapa, semoga aku semakin bertumbuh dalam mengenal hati dan kehendakMu dalam hidupku.
Perutusan
Bangunlah intimitas dengan Tuhan dengan waktu yang cukup untuk Allah: membaca Firman dengan hati , berdoa secara hidup dan melakukan pekerjaan harian dengan hati.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)