Sabtu, 17 Maret 2018.
Bacaan: Yer 11:18-20; Mzm 7:2-3.9b-10.11-12; Yoh 7:40-53
Renungan
PERBEDAAN pandangan di antara banyak orang yahudi, para penjaga, imam-imam kepala dan orang farisi mengenai Yesus. Ada yang mengagumi ada juga yang tidak menyenangi dan ada juga segera mengambil tindakan untuk menangkap Yesus. Hidup Yesus menjadi pertentangan. Persepakatan jahat muncul dari beberapa orang saja yang tidak mengenal benar Yesus tetapi karena kekuasaan dan menjadi viral, persepakatan jahat itu memadamkan hati nurani orang yahudi lainnya. Tentu saja Yesus tahu situasi tersebut namun Yesus tetap dengan setia dan tekun melaksanakan tanggungjawab perutusanNya.
Sikap orang yahudi, para penjaga, imam kepala dan orang farisi mencari cermin bagi kita ketika kita “menilai” dan “menghakimi” hidup orang lain. Sikap menghakimi ini menjadi tidak obyektif karena tidak disertai dengan pengelanan, informasi dan data yang benar. Dalam hidup bersama dalam keluarga, gereja dan hidup bertentangga, kita harus mawas diri terhadap penilaian-penialaian yang muncul spontan dari perspesi kita. Kita perlu belajar bijak. Persepsi boleh secara jujur kita ungkapkan tetapi janganlah kita “blowing”, tetapi justru menjadi kesempatan kita untuk sungguh-sungguh mengenal orang lain. Kenal pasangan, kenal anak-anak secara mendalam, kenal teman-teman secara sungguh. Lebih baik membangun relasi dan menjadi sahabat daripada menjadi “hakim,” dan “penonton” kehidupan.
Ketika kita berada dalam posisi dihakimi, kitapun belajar bersikap seperti Yesus. Yesus mengembangkan “passion” (kecintaan yang mendalam) dan “relisience” (ketangguhan) dalam menghadapi omongan, komentar, sikap dan penolakan walaupun itu tidak berdasar daripada yang tidak benar. Bersikap proaktif lebih utama daripada reaktif. Bersikap bijak lebih utama daripada emosional. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (I Pet 2:21-23)
Kontemplasi
Berceminlah dari karakter-karakter yang ditampilkan oleh Injil. Bercerminlah juga dari sikap Yesus.
Refleksi
Apakah aku bersikap “mengenal” atau “menghakimi” anggota-anggota keluargaku? Bagaimana sikapku ketika aku dipersepsi dan diperlakukan buruk yang tidak sesuai dengan kenyataan yang kualami?
Doa
Ya Bapa, jauhkanlah aku dari sikap menghakimi dan menilai hidup orang lain. Ajar aku juga bersikap bijak ketika disalahmengerti dan mendapatkan sikap buruk yang tidak sesuai dengan kenyataan. Amin.
Perutusan
Hakimilah pikiran-pikiran anda sendiri sebelum mengatakan dan melakukan sesuatu. Lebih baik membantu orang lain bertumbuh daripada menjadi hakim bagi hidupnya
https://www.youtube.com/watch?v=EBTK_bnRvC4
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)