Lentera Keluarga – Pembaharuan Perjanjian

0
443 views

Tahun C-1. Minggu Biasa VI
Kamis, 21 Februari 2019.
Bacaan: Kej 9:1-13; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mrk 8:27-33.

Renungan:

ALLAH memperbaharui perjanjianNya dengan Nuh dan anak-anaknya serta seluruh ciptaan. Pembaharuan perjanjian biasanya disertai dengan syarat-syarat yang ketat antara kedua belah pihak, namun perjanjian yang dibuat Allah ini sungguh berbeda. Allah lebih banyak memberikan berkat daripada menuntut Nuh dan anak-anaknya.  Inilah perjanjian kasih yang berbeda dengan sebuah perjanjian kontrak yang terdiri dari daftar panjang hak dan kewajiban yang harus ditepati sama lain. Pelangi (Ibr: quesed) dipilih sebagai tanda perjanjian yang penuh warna keindahan.

Perkawinan diawali dengan sebuah perjanjian. Dan perjanjian itu masing-masing menggunakan “Saya berjanji…” sebuah pilihan cinta tanpa syarat. Dalam perjalanan perkawinan, “janji ku’ itu menjadi “tuntutanku” karena pasangan tidak seperti yang kuharapkan atau karena pasangan yang mulai lebih dahulu melanggar janji perkawinan. Dengan cepat kita kemudian “menarik janji” karna beberapa merasa tidak adil jika tetap mempertahankan janji.

Demikian pula kita sebagai religius dan imam mengawali hidup religius dan imam dengan sebuah janji pemberian diri tanpa syarat dalam kesatuan dengan tarekat dan Keuskupan untuk melayani Tuhan dan Gereja. Dalam perkembangan “yang tanpa syarat” ini kemudian berubah menjadi “dengan syarat” mulai dari keterbatasan diri, ketidakpuasan atas pertimbangan pemimpin yang menurut kita tidak wajar, ketidakcocokan, kesehatan, usia dll. Dan semakin berusia kita semakin melihat “syarat” ini sebagai yang wajar.

Merenungkan bagaimana sikap Allah yang seharusnya berhak menuntut kita karena kitalah yang tidak setia, tetapi Ia justru memberikan banyak hal kepada kita; demikian juga halnya dengan janji yang kita nyatakan; kitalah yang sebenarnya perlu menuntut diri kita lebih dan lebih dalam memberikan diri kepada pasangan maupun kepada Gereja. Sabda Tuhan kepada Petrus menjadi pengingat bagi kita : “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”  Pemberian diri kita seharusnya semakin paripurna ketika kita semakin dewasa.

Kontemplasi

Gambarkan bagaimana Allah membaharui perjanjianNya bukan dengan tuntutan tetapi dengan pemberian diri dan berkat.

Refleksi:

Merenungkan janji yang kubuat di hadapan pasangan maupun gereja, apakah aku semakin bertumbuh tanpa pemberian diri tanpa syarat?

Doa:

Ya Bapa, semoga semakin usia, aku semakin bertumbuh dalam pemberian diri dalam kasih dan setia yang tanpa syarat. Amin.

Perutusan:

Lihatlah dan pakailah waktu sejenak untuk membaca kembali dan merenungkan janji yang sudah anda buat.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here