Tahun C-1. Masa Biasa. PW. S. Yohanes Bosco.
Kamis, 31 Januari 2019
Bacaan: Ibr 10:19-25; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Mrk 4:21-25.
Renungan
PENGAJARAN Tuhan Yesus sederhana dan berbicara tentang pengalaman harian. Salah satu sabda yang diajarkan adalah : “orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.” Tindakan seperti ini adalah tindakan “aneh dan tidak normal” . Orang menyalakan pelita tujuannya untuk menerangi; tetapi mengapa takut melihat kenyataan dengan jelas?”
Pelita itu dapat kita artikan sebagai hati nurani kita. Sebagai manusia, apalagi orang beriman, kita diberi karunia mampu memilah yang baik dan buruk. “Meletakkan pelita di gantang dan di bawah tempat tidur” berarti kita tidak mau melihat kebenaran dan “ngotot” dengan keyakinan dan pandangan sendiri. Kita takut pada kebenaran yang berbeda dengan pandangan dan keyakinan kita. Kita memadamkan nurani kita dalam-dalam. Tuhan menghendaki supaya hati nurani itu menerangi kita untuk mengenal diri kita sendiri dan bagaimana kita hidup. Dengan pelita hati nurani yang menyala juga, kita dapat menyatakan kebenaran dan membantu orang mengenal kebenaran.
Pelita itu juga dapat berarti identitas kita sebagai orang kristen. Karena takut, penolakan ataupun ancaman, kita menyembungikan identitas kita di dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan menghendaki kita untuk hidup sesuai dengan identitas kita dan menjadi saksi kebenaran iman.
Kontemplasi
Gambarkanlah perumpaan tentang pelita dalam Injil hari ini.
Refleksi
Apakah hidupku menjadi pelita yang menerangi hidupku sendiri dan hidup orang lain?
Doa
Ya Bapa, aku ini adalah pelita yang ada di tanganMu untuk membawa terang kebenaran dan iman di dalam kegelapan. Amin.
Perutusan
Jadilah orang kristen tanpa harus menutupi diri
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)