Lentera Keluarga – Tekun Setia Pada Janji Allah

0
637 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XII. PF S Sirilus dari Alexandria

Kamis, 27 Juni 2019. 

Bacaan: Kej 16:1-12.15-16; Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5; Mat 7:21-29.

Renungan: 

DRAMA keluarga Abram dimulai dari keyakinan Sarai bahwa. “Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak” dan  sebuah gagasan “karena itu hampirilah hambaku itu; mungkin dari dialah aku dapat memperoleh anak.”. Namun gagasan itu justru menjadi bumerang bagi Sarai dan perlakukan yang tidak manusiawi kepada Hagar (hamba hadiah dari Firaun). Inilah situasi yang dialami ketika Abram dan Sarai berhenti untuk percaya pada janji Allah. 

Dalam situasi sulit dan redupnya harapan, kadang kita mengambil dan menyetujui keputusan jalan pintas , yang de fakto bukan kehendak Allah. Jalan pintas untuk mendapatkan pasangan, mendapatkan keturunan, mendapatkan kekayaaan,/keputusan ekonomi memisahkan diri dari pasangan/keluarga dll itu kita buat ketika kita merasa “Tuhan tidak menepati janjinya”.  Jalan pintas kita itu pada akhirnya membuahkan perkara-perkara baru yang tidak lebih ringan.  Pengalaman Abram dan Sarai menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk cermat dan hati-hati serta percaya pada janji dan jalan Tuhan. Perkawinan itu semakin lama semakin membutuhkan kehati-hatian dan kecermatan untuk melangkah bersama; tidak bisa kita gegabah dalam berpendapat, berkomentar dan bersikap. Keputusan dan tindakan ceroboh, gegabah dan mencari jalan sendiri justru membawa persoalan menjadi semakin rumit; dan pada akhirnya kita menyalahkan Tuhan atas apa yang tidak pernah direncanakan dan dibuatNya. Tragedi perkawinan dan keluarga lebih banyak muncul karena ketidaktekunan, ketidakhati-hatian kita dan kecermatan kita dalam menangani persoalan. Dan terutama karena kita menyandarkan pada proyek kita sendiri, dan kurang percaya pada Allah. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana ketidakpercayaan pada rencana Allah membawa keluarga Abraham pada tragedi keluarga. 

Refleksi:

Bagaimana pikiran dan sikapku ketika hidup perkawinan dan keluargaku sedang mengalami tantangan? 

Doa:

Ya Bapa, ajar aku tetap setia pada jalan dan rancanganMu. Singkirkanlah pikiran-pikiran sesaat yang memberi kebahagiaan semu. Amin. 

Perutusan:

Melangkahlah dalam hidup panggilan, perkawinan dan keluarga dengan cermat dan hati-hati serta setia kepada janji Tuhan tanpa kehilangan kegembiraan dan sukacita. 

(Morist MSF –  www.misafajava.org)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here