Level Kedewasaan Iman

0
1,028 views

Senin, 14 Desember 2015
Pekan Adven III
PW St. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja
Bil 24:2-7,15-17a; Mzm 25:4b-5b,6-7c,8-9; Mat 21:23-27

Para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi berunding satu sama lain, “Jikalau kita katakan, ‘Dari surga’, Ia akan berkata kepada kita, ‘Kalau begitu, mengapa kalian tidak percaya kepadanya? Tetapi jika katakan, ‘Dari manusia’, kita takut kepada orang banyak., sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.”

MEMBACA Injil hari ini, kita dapat belajar tentang level kedewasa iman kita. Kita dipanggil untuk memiliki iman yang cerdas, tangguh dan mendalam.

Para imam kepala dan pemimpin umat Israel pada masa Yesus sangat kekanak-kanakan. Mereka datang kepada Yesus untuk mempertanyakan otoritas ajaran Yesus. Namun Yesus tidak menjawab mereka sebab mereka tidak menanggpi pertanyaan Yesus tentang Yohanes Pembaptis yang telah lebih dahulu mereka tolak.

Ketika St. Yohanes Pembaptis mulai mengajar dan menyerukan pesan pertobatan untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus, Sang Mesias, mereka melawan pewartaannya dan bahkan menganiaya dia pula. Dan kini Yesus mengalami perlawanan dan penolakan dari para pemimpin yang sama pula. Hati mereka hanya terbelenggu oleh keinginan pribadi daripada kebenaran dan penyerahan kepada rencana Allah.

Dalam Adorasi Ekaristi Abadi kita mencoba menghayati iman kita kepada Yesus Kristus dengan cerdas, tangguh dan mendalam. Kita menyadari bahwa tak ada yang bisa berkompromi dengan otoritas Yesus sebab Dialah Sang Kebenaran yang menjelma bagi kita.

Tuhan Yesus Kristus, Engkau bukan saja Sang Mesias tetapi juga sumber kehidupan dan kebenaran abadi. Kami menyenyerahkan diri pada sabda-Mu. Engkau berjanji bahwa siapa pun yang berusaha hidup selaras dengan kebenaran Allah akan menemukan sukacita, kebebasan dan kebahagiaan baik kini maupun selamanya. Semoga kami bertumbuh dalam pemahaman kebenaran sabda-Mu dan menemkan sukacita serta kebebasan dalam kehidupan yang selaras dengan sabda-Mu kini dan selamanya. Amin.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here