Lomba Mewarnai BKSN 2025, Metode Katekese Visual Generasi Alpha di STAKat Negeri Pontianak

0
123 views
Mahasiswa STAKat Negeri Pontianak dengan anak-anak SD dan TK peserta lomba mewarnai. (STAKAT Negeri Pontianak)

GEDUNG Praktik Liturgi Sekolah Tinggi Agama (STAKAT) Negeri Pontianak dipenuhi suasana ceria. Sejak pukul 10.00 WIB, anak-anak TK dan SD berkumpul dengan wajah penuh semangat. Para peserta datang dengan perlengkapan mewarnai masing-masing, siap menuangkan imajinasi dalam lomba mewarnai yang diadakan untuk merayakan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN).

Firman Tuhan dari Nabi Zakharia, “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku pun akan kembali kepadamu.” (Zak 1:3) menjadi salah satu ayat emas dalam BKSN 2025. Ayat ini menyiratkan makna sederhana namun indah yang tercermin dalam kegiatan ini.

Lewat goresan warna, anak-anak Generasi Alpha belajar mendekat kepada Allah dengan bahasa yang mereka pahami, yakni gambar, kreativitas, dan sukacita.

Juara lomba Mewarnai tingkat TK. (STAKAT Negeri Pontianak)

Partisipan dari TK-SD

Hadirnya 17 anak tingkat TK dan 12 anak tingkat SD menjadi benih harapan yang menggembirakan. Para peserta tampak antusias sejak awal hingga akhir kegiatan.

Panitia dari mahasiswa STAKAT Negeri Pontianak tidak hanya mengatur jalannya lomba, tetapi juga menghadirkan selingan ice breaking rohani. Lagu-lagu sederhana, gerakan penuh semangat, dan doa bersama membuat anak-anak tersenyum lebar—menandakan bahwa iman dapat dihayati dengan cara yang gembira.

Katekese visual

Lebih dari sekadar perlombaan, kegiatan ini menyibak sebuah bentuk katekese visual. Gereja, melalui Directory for Catechesis (2020), artikel 213, menegaskan bahwa pewartaan iman harus selaras dengan budaya dan cara belajar generasi masa kini. Bagi anak-anak yang hidup di tengah dunia digital, gambar, simbol, dan warna menjadi pintu masuk yang efektif untuk mengenal Allah.

Selaras dengan seruan Catechesi Tradendae (1979), artikel 20, dari Santo Yohanes Paulus II, katekese tidak hanya menyampaikan ajaran, tetapi juga menumbuhkan pengalaman iman yang menyentuh hati.

Dalam konteks itulah, kreativitas anak-anak yang berpartisipasi dalam lomba menjadi tanda bahwa Allah bekerja melalui generasi termuda sekalipun.

Lomba tingkat TK dinilai oleh tiga juri, yakni seorang frater, seorang guru, dan seorang suster. Sementara itu, lomba tingkat SD dinilai oleh seorang bruder dan dua orang suster. Kehadiran dewan juri bukan sekadar untuk memberi nilai, tetapi juga merengkuh dimensi rohani yang meneguhkan bahwa kreativitas anak-anak adalah bagian dari perjalanan iman.

Usai seluruh karya terkumpul, tibalah saat yang paling ditunggu: pengumuman pemenang. Baik di tingkat TK maupun SD, hadiah disiapkan mulai dari Harapan III hingga Juara I. Anak-anak yang berhasil meraih Juara I, II, dan III menerima piala serta uang pembinaan sebagai tanda penghargaan atas usaha dan kreativitas mereka.

Juara Lomba mewarnai Tingkat SD. (STAKAT Negeri Pontianak)

Namun yang lebih istimewa, semua pemenang dari Harapan III hingga Juara I juga menerima Kitab Suci sebagai hadiah khusus. Kitab Suci itu bukan sekadar tanda kemenangan, melainkan undangan untuk semakin dekat dengan Sabda Tuhan yang hidup.

Sukacita tidak hanya dirasakan oleh para pemenang. Setiap anak yang mengikuti lomba juga mendapat cenderamata berupa gantungan kunci Luce, maskot Tahun Yubileum, sebagai kenang-kenangan indah dari perjumpaan mereka dengan Sabda Tuhan pada hari itu.

Mengutip perkataan salah satu juri tingkat SD, “Semua anak yang mengikuti lomba ini adalah juara—bukan hanya karena hasil karya mereka, tetapi karena keberanian mereka untuk berpartisipasi.”

Ucapan ini menyiratkan bahwa tidak ada yang pulang dengan tangan kosong; setiap anak pulang dengan hati penuh warna dan pengalaman iman yang berharga.

Tema BKSN 2025, “Allah Sumber Pembaruan Relasi dalam Hidup,” sungguh mengakar sepanjang acara.

Seruan Nabi Zakharia dan Maleakhi agar umat merajut kembali relasi yang pernah retak seakan bergema lewat tangan-tangan kecil yang mewarnai.

Mahasiswa STAKat Negeri Pontianak bersama anak-anak SD dan TK peserta lomba mewarnai. (Panitia)

Dalam setiap guratan sederhana, mereka belajar bersyukur atas diri mereka, menghargai teman-teman di sekitarnya, mempererat kasih dalam keluarga, dan menyapa Allah lewat bahasa gambar yang penuh ketulusan.

Lomba Mewarnai BKSN 2025 di STAKatN Pontianak tidak berhenti pada kompetisi semata, tetapi menghadirkan katekese visual yang hidup. Melalui gambar dan warna, anak-anak belajar mengenal Sabda Tuhan dengan cara yang dekat dengan dunia mereka: sederhana, kreatif, dan penuh sukacita.

Setiap goresan menjadi bahasa iman yang mudah mereka pahami—sebuah tanda bahwa pewartaan dapat hadir dalam bentuk yang menyentuh mata sekaligus hati. Suasana gembira, antusiasme peserta, serta dedikasi panitia mahasiswa memperlihatkan bahwa firman Tuhan dapat terus diperbarui dalam cara yang segar, penuh warna, dan relevan dengan generasi masa kini.

Baca juga: Melayani Tuhan melalui suara di Gereja Katedral Pontianak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here