KETIKA membuka Kitab Suci, di beberapa halaman awal akan ditemukan dua hal penting yang terjadi secara berurutan. Yakni, kisah penciptaan dan kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa.
Dalam kisah penciptaan manusia, dikatakan bahwa manusia memiliki martabat tertinggi dari segala ciptaan.
Mengapa demikian?
Jawabannya hanya satu, yakni karena manusia merupakan puncak dari segala sesuatu yang diciptakan Allah. Bukti bahwa manusia merupakan puncak dari segala ciptaan bukan hanya karena manusia diciptakan pada hari ke enam.
Tetapi lebih dari itu, karena Allah telah menciptakan manusia dengan akal budi dan kehendak bebas.
Berkah ini bukan semata-mata hadiah kepada manusia sebagai ciptaan bermartabat. Melainkan sebuah pemberian yang memiliki tujuan luhur, yaitu agar manusia sanggup membalas cinta Allah dengan mencintai-Nya.
Sebab Allah adalah kasih. Namun, berkah terbesar ini disalahgunakan oleh manusia.
Manusia pertama jatuh ke dalam dosa
Kitab Suci tidak menjelaskan jenis dosa yang dilakukan oleh manusia pertama. Hal terpenting ialah manusia pertama melanggar kehendak Allah. Manusia tidak menjaga hubungan akrab dengan Allah.
Di sini dapat dilihat bahwa dosa pertama-tama adalah kesombongan. Tidak ingin takwa kepada Tuhan dan bahkan ingin menyamai diri insani dengan Allah, Sang Pencipta.
Manusia pertama memutuskan hubungan akrab dengan Allah.
Sebagai konsekuensinya, Allah menimpakan hukuman kepada mereka: Adam dan Hawa diusir dari Taman Firdaus.
“Diusir dari Taman Firdaus” ini memiliki arti tersendiri, yakni leyapnya kebahagiaan hidup di hadirat Allah sebagai putera kesayangan-Nya.
Hukuman ini meliputi jiwa dan badan. Mereka menjadi makhluk yang lemah dan rapuh, memiliki kecenderungan kepada yang jahat, dan hancurlah juga kerukunan dengan sesamanya.
Demikian, sejak saat itu manusia membawa bibit penyakit dan kematian dalam diri
Tuhan tidak menyerah terhadap kenyataan yang diterima manusia. Tuhan tetap berkehendak untuk menyelamatkan manusia dan membawanya kepada kebahagiaan. Berkah kehendak bebas manusia tidak lenyap.
Oleh karena itu, manusia masih memiliki kesanggupan untuk menghindari kejahatan dan melakukan kebaikan. Manusia masih sanggup memperoleh kebahagiaan dan damai sejahtera dengan melakukan kehendak Allah.
Di sini tampak kasih kerahiman Allah. Dalam situasi apa pun, Tuhan tetap mengulurkan tangan kasih-Nya kepada orang berdosa agar dia bertobat.
Dosa asal
Apa pun yang diterima oleh Adam dan Hawa dari Allah itulah yang diwariskan kepada keturunannya. Kehendak bebas dan akal budi itulah yang diwariskan kepada keturunannya. Terkecuali tentang karunia istimewa.
Karena berbuat dosa, mereka tidak sanggup mewariskan berkah itu kepada keturunannya.
Sebaliknya, yang diwariskan kepada keturunannya adalah kecenderungan kepada yang jahat atau dosa.
Setiap manusia dilahirkan dalam ketidakbersahabatan dengan Tuhan. Keadaan inilah yang Gereja sebut sebagai dosa asal.
Konsili Trente
Dalam Konsili Trente, dosa asal dipahami sebagai dosa manusia pertama yang diturunkan kepada semua keturunannya karena pembiakan. Bukan karena tiruan.
Dosa asal merupakan kodrat manusia yang dijangkiti oleh dosa manusia pertama.
Kemudian, karena setiap manusia berdosa, setiap orang membutuhkan penebusan dari dosa asal supaya dapat memperoleh keselamatan.
Untuk itulah Allah Bapa mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, Tuhan kita, sebagai kurban pendamaian manusia dengan Allah. Agar manusia bisa kembali memperoleh keselamatan kekal.
Sampai di sini dapat dipahami bahwa dosa Adam, manusia mewarisi dosa. Sedangkan karena Yesus Kristus, manusia memperoleh keselamatan.
Dosa pribadi dan dosa dunia
Dosa asal berbeda dengan dosa pribadi.
Dosa pribadi adalah dosa yang dilakukan masing-masing orang. Dosa pribadi ini tidak terlepas dari dosa asal.
Dosa pribadi sejatinya merupakan akibat dari dosa asal. Karena Adam dan Hawa berdosa dan kehilangan berkah istimewa, kodrat manusia menjadi rapuh dan lemah dalam menghadapi cobaan.
Manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat.
Selain itu, juga dikenal dosa dunia yang tidak jauh berbeda dengan dosa pribadi. Dalam suasana berdosa, manusia menyaksikan aneka tindakan pelanggaran dan kekerasan yang terjadi di dunia.
Tidak sekadar melihat, manusia juga meniru berbagai bentuk dosa baik dalam bentuk yang kecil maupun yang besar.
Dalam hal ini, dapat dilihat bagaimana alur dari dosa yang menjalar dari satu manusia kepada yang lain laksana virus penyakit yang menjangkit setiap orang.
Bagi orang Kristen, dosa bukanlah sebuah kekuatan yang membutakan indera dan budi insani.
Manusia dianugerahi akal budi agar mampu membedakan yang jahat dan yang baik, manusia juga dianugerahi kehendak bebas untuk menghindari kejahatan.
Namun perlu diketahui bahwa bukan dengan kekuatan sendiri manusia berjuang. Manusia hanya mampu, karena roh yang ada dalam dirinya.
Spirit atau daya ilahi dari Allah yang menariknya kepada kebaikan.
Tuhan menempatkan manusia di dunia ini untuk menjalankan suatu hidup yang berkenan kepada-Nya dan hidup itulah yang membuat manusia bahagia.
Memang dalam sejarah hidup, umat manusia telah melakukan dosa yang tak terhitung jumlahnya.
Tetapi Allah tidak akan melepaskan umat ciptaan-Nya begitu saja. Ia turun dan melibatkan Diri dalam sejarah hidup ini dan mengubah hidup ini menjadi sejarah keselamatan, yang berpuncak pada karya penyelamatan oleh Yesus Kristus.
Hidup di dunia ini merupakan suatu perjuangan melawan kejahatan. Namun, kita tidak sendirian.
Yesus Kristus telah mendahului kita dan mengalahkan dosa. Sekarang, Dia merahmati kita dengan kekuatan yang ada dalam hati kita.
Sebagai orang kristen kita perlu menyadari hal sederhana ini dan mengamalkannya dalam tindakan sehari-hari.
Mari, jauhilah dosa dan ikutilah Yesus sebab Dialah keselamatan.
Terimakasih atas pencerahannya
terimakasih atas atensinya Pak Ary.