Maria, Bunda Para Pendidik

0
570 views
Panggilan menjadi guru adalah mendidik dan membina para murid agar menjadi pribadi-pribadi yang cakap, berilmu, dan berakhlak. (Vera Sundoro)

BULAN Mei adalah bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia dan Gereja Katolik.

Di bulan Mei ini, tepatnya tanggal 2 Mei kemarin, seluruh bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari itu adalah tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh sangat berjasa dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Ia mewarisi filosofi yang patut kita teladani yaitu Ing Ngarso sung Tulodo,Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dukungan”.

Bulan Maria

Pada bulan Mei ini, Gereja Katolik merayakan Bulan Maria.

Menurut kisah, Paus Pius VII di tahun 1809 dipenjara oleh pasukan Napoleon. Di dalam penjara itu, Paus mohon dukungan doa dari Bunda Maria agar bisa dibebaskan dari penjara. Ia berjanji, jika benar dibebaskan, maka Paus akan mendedikasikan satu bulan penuh untuk menghormati Bunda Maria.

Nyatalah permohonan Paus. Tanggal 24 Mei 1814, Paus Pius VII berhasil dibebaskan dari penjara. Ia juga menepati janjinya dengan mengumumkan Hari Perayaan Bunda Maria sebagai Penolong Umat Kristiani.

Pada tanggal 30 April 1965 dan melalui ensiklik Mense Maio (dalam bulan Mei), Paus Paulus VI menyatakan bahwa bulan Mei dipersembahkan sebagai bulan peringatan Bunda Allah.

Pendidikan

Apa kaitannya Bulan Maria dengan pendidikan? Sementara, Bunda Maria hanyalah seorang ibu rumah tangga dan bukan seorang guru?

Teladan dan perkataan dari Bunda Maria itulah yang dapat memberi inspirasi bagi mereka yang berkarya di dunia pendidikan.

Berjumpa dan menyapa

Diawali saat Maria begitu peduli mengunjungi saudaranya, Elisabet (Lukas 1: 39-45). Kunjungan dan salam dari Maria bisa membuat bayi dalam kandungan Elisabet melonjak bahagia.

Guru merupakan orangtua kedua bagi setiap anak muridnya. Tugas seorang guru tidak hanya sebatas mengajar. Tapi juga memperhatikan anak didiknya dengan penuh kasih.

Ia diharapkan peduli pada murid-muridnya yang bermasalah dengan pendeketan afeksi. Inilah yang harus dilakukan para pendidik.

Teladan Bunda Maria juga dapat dilihat pada saat Kaisar Agustus mengeluarkan dekrit untuk melakukan sensus penduduk (Lukas 2:1-7) .

Maria dan Yusuf sampai harus melakukan perjalanan yang sangat jauh ke kota Betlehem, meskipun pada saat itu Maria sedang mengandung bulan kesembilan. Ia harus bersalin di sebuah kandang domba.

Peristiwa ini mengajak kita untuk mampu bertahan dalam situasi dan kondisi yang sulit.

Para guru kadang kala juga harus menempuh perjalanan jauh ke tempatnya berkarya, melewati segala rintangan. Karenanya, dibutuhkan semangat dan tekad yang kuat untuk mengabdi.

Perjuangan Bunda Maria berikutnya ketika tak lama dari kehadiran Yesus, Yusuf dimimpikan oleh malaikat untuk kembali ke Mesir (Matius 2: 13-15). Kendati jiwanya harus terguncang lagi, namun ia tetap tabah menjalani perintah Bapa.

Peristiwa itu mengajari para guru untuk selalu setia menjalani tugasnya di mana pun ditempatkan. Hendaknya para pendidik tetap memberi layanan pendidikan yang layak bagi para muridnya.

Keteladan selanjutnya terjadi, ketika Maria menyadari bahwa anaknya Yesus yang masih berusia 12 tahun tidak ada bersamanya (Lukas 2: 41). Itu terjadi setelah pulang dari Yerusalem.

Ketika Maria dan Yusuf menemukan Yesus masih berada di Bait Allah, Yesus malah berkata, “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?”

Maria dengan ketabahannya berusaha memahami maksud keinginan puteranya. Lalu, Maria menyimpan semua perkara didalam hatinya (Lukas 2:51).

Begitu pun setiap murid memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing dalam daya tangkapnya untuk memahami setiap pelajaran yang diterima oleh guru.

Sebagai guru, kita harus jeli melihat potensi dan kemampuan yang terbatas yang dimiliki tiap murid. Butuh kesabaran dalam memberi pengajaran.

Sebaiknya hindari membandingkan murid yang satu dengan yang lain, karena akan menyakiti hati seorang murid.

Guru cukup menyimpan semua itu bagi dirinya.

Yusuf dan Maria mengungsi ke Mesir. (Missionary Society of Saint Paul)

Pada perkawinan di Kana (Yoh 2: 1-11), Maria sampai mendatangi Yesus dan memberi tahu tuan rumah sedang kehabisan anggur.

Para guru hendaknya mampu mendorong dan memotivasi para murid untuk berpikir kreatif dan memotivasinya memiliki inisiatif dalam berbagai situasi.

Bukan hanya unggul dari prestasi akademik saja, namun juga unggul menjadi pribadi yang tangguh untuk berani melewati tantangan hidup.

Keteladan Maria hadir juga pada saat Yesus wafat di kayu salib. Ia berkata kepada murid yang dikasihi-Nya: “Inilah ibumu“.

Dan sejak saat itu, Maria tinggal bersama murid-murid Nya (Yoh 19: 27).

Maria menerima dan mendidik para murid-Nya, para guru hendaknya mau meneriama para murid yang sudah dipercayakan kepada mereka tanpa memandang status sosialnya.

Akhirnya, Maria tidak hanya berkumpul dan mendidik para murid  namun semua bertekun sehati dalam doa (Kis 1: 14).

Pembekalan ilmu pengetahuan dan penanaman nilai iman kekatolikan sangat diperlukan seorang murid agar menumbuhkan iman yang kokoh.

Inilah bentuk kesaksian selama ia menjalankan panggilannya sebagai guru.

Patut disadari dari para guru lahirlah banyak generasi cemerlang. Guru ibarat lilin yang rela menghabiskan dirinya demi mencerahkan kehidupan banyak orang.

Dengan sukacita kita telah merayakan Hari Pendidikan Nasional.

Selamat berdevosi kepada Bunda Maria, teladan bagi para guru.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here