Kamis, 28 November 2024
Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Mzm 100:2.3.4.5;
Luk 21:20-28.
MASA depan sering kali terasa seperti misteri, penuh dengan harapan, tetapi juga ketidakpastian.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Ada saat-saat kita dipenuhi harapan, membayangkan kehidupan yang lebih baik, tetapi di sisi lain, ada ketidakpastian yang menghadirkan kekhawatiran.
Ada kecendurungan kita ingin mengendalikan segala hal, tetapi kenyataannya, masa depan ada di luar jangkauan kita.
Ketika kita menyerahkan ketidakpastian masa depan kepada Tuhan, kita belajar untuk melepaskan kendali yang semu dan membiarkan kehendak Tuhan bekerja dalam hidup kita.
“Sepasang calon menemui saya, bahwa mereka minta pemberkatan pernikahan mereka dilaksanakan sebelum hari raya Imlek,” kata seorang sahabat.
“Saya tidak keberatan karena semua persiapan sudah dilakukan dan bahkan sudah kanonik dan tinggal pengumuman. Namun tiba-tiba pasangan itu membatalkan karena ayahnya mimpi dalam beberapa hari ini, berjumpa dengan almarhum ibunya.
Ini tanda yang kurang baik, dan minta pernikahan anaknya tidak dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Pasangan itu dengan berat hati namun pasrah mengikuti kata orang tuanya dan pernikahanpun batal dilaksanakan.
Menghadapi sitausi seperti itu, saya sampaikan pada calon mempelai, “Bahwa kita dipanggil untuk tetap teguh dalam iman. Percayalah bahwa Yesus tidak memanggil kita untuk hidup dalam ketakutan, tetapi untuk meneguhkan hati dan mengangkat kepala kita, karena Dia telah menebus kita,” ujar sahabatku.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang.
Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.”
Yesus menggambarkan bagaimana orang-orang akan diliputi rasa takut karena menyaksikan kehancuran dan kekacauan yang melanda bumi.
Ketakutan ini adalah cerminan dari jiwa kita yang jauh terpisah dari kehendak Allah, sehingga tidak memiliki dasar yang kokoh untuk menghadapi krisis.
Kita saat ini, menghadapi ketidakpastian, bencana alam, konflik global, dan ancaman lainnya yang membuat kita merasa cemas.
Dalam kecemasan itu, kita perlu kembali pada Sang Sumber Kehidupan yakni Tuhan. Semua yang kita hadapi ini mengingatkan bahwa situasi ini adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
Fenomena yang terjadi saat ini mendorong kita untuk bersikap bijak dan waspada dalam menyambut kedatangan Kristus.
Kedatangan Kristus bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan saat penuh pengharapan. Ini adalah undangan untuk hidup dalam iman dan kesiapan, menantikan hari ketika segala sesuatu akan diperbarui dalam kuasa dan kasih Allah.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku membangun masa depanku bersama Tuhan?