Home BERITA Memahami Kebebasan dan Kasih di Kalangan Remaja

Memahami Kebebasan dan Kasih di Kalangan Remaja

0
50 views
Ilustrasi - Bebas dari perbudakan. (Ist)

KEBEBASAN. sering kali disalahartikan oleh banyak orang,; terutama remaja, sebagai kebebasan tanpa batas atau lisensi untuk melakukan apa pun yang diinginkan.

Mereka melihatnya sebagai kemerdekaan mutlak dari segala aturan dan batasan.

Pemahaman ini sering kali membawa mereka pada tindakan-tindakan yang merugikan, seperti mencontek, bergaul secara liar, atau bahkan tindakan kriminal.

Pemahaman keliru ini bisa jadi berakar dari minimnya pemahaman mereka akan esensi kebebasan itu sendiri. Ini sering kali mereka artikan sebatas ketiadaan paksaan dari pihak eksternal; tanpa menyadari adanya tuntutan internal untuk mempertanggungjawabkan setiap pilihan yang mereka ambil.

Hal tersebut menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para pendidik dan pendamping remaja. Mereka harus membantu para remaja melihat bahwa kemerdekaan sejati tidak terletak pada absennya batasan, melainkan pada kemampuan untuk membuat pilihan yang benar dalam bingkai nilai-nilai luhur.

Akan tetapi, dalam perspektif filosofis dan teologis, kebebasan sejati bukanlah kebebasan dari segalanya, melainkan kebebasan untuk sesuatu

Ini adalah konsep yang disampaikan dengan apik dalam materi retret SMA/SMK saya biasanya membagi kebebasan menjadi dua sisi yang saling melengkapi: bebas dari dan bebas untuk.

Bebas dari hal-hal negatif (seperti rasa takut, kecanduan, atau pengaruh buruk) adalah langkah awal yang esensial. Ini adalah proses pembebasan diri dari belenggu-belenggu yang menghambat pertumbuhan.

Namun, tujuan akhirnya adalah bebas untuk melakukan hal-hal positif yang membangun diri dan sesama.

Jika seseorang hanya terfokus pada “bebas dari” tanpa melanjutkan ke “bebas untuk,” maka kebebasan itu tidak akan pernah mencapai potensinya yang penuh, dan justru bisa jatuh kembali pada kebiasaan-kebiasaan buruk yang baru.

Seorang filsuf eksistensialis, Jean-Paul Sartre, pernah mengatakan, “Manusia dikutuk untuk bebas” (man is condemned to be free).

Kalimat ini menunjukkan bahwa kebebasan adalah beban sekaligus anugerah. Mengapa disebut kutukan? Karena manusia tidak bisa menghindar dari kebebasan untuk memilih, dan setiap pilihan itu membawa konsekuensi.

Kita selalu bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan pilihan-pilihan yang kita ambil. Tidak ada jalan untuk lari dari tanggung jawab ini.

Artinya, kebebasan selalu berjalan beriringan dengan tanggung jawab.

Memilih untuk mencontek, misalnya, adalah sebuah kebebasan, tetapi pilihan itu datang dengan konsekuensi hilangnya integritas dan ketidakjujuran, yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu, Sartre menggarisbawahi pentingnya bertanggung jawab atas setiap tindakan, karena melalui pilihan-pilihan itulah manusia mendefinisikan dirinya sendiri.

Dalam ajaran Kristen, kebebasan adalah hadiah indah dari Tuhan. Kita diberikan kehendak bebas (free will) untuk memilih jalan hidup kita.

Ini adalah bukti nyata dari kasih Tuhan kepada manusia; Ia tidak ingin kita menjadi robot yang diprogram, melainkan makhluk yang bisa mengasihi-Nya secara sukarela.

Namun demikian, Alkitab juga dengan tegas membedakan antara kebebasan sejati dan perbudakan dosa.

Dalam Galatia 5:13, Rasul Paulus menulis, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

Paulus menekankan bahwa kebebasan yang diberikan oleh Kristus tidak boleh disalahgunakan untuk melampiaskan hawa nafsu duniawi.

Ayat ini secara eksplisit menolak pemahaman bahwa kebebasan adalah izin untuk memenuhi hawa nafsu. Sebaliknya, kebebasan sejati adalah kebebasan dari perbudakan dosa untuk kemudian melayani sesama dalam kasih.

Tanpa tuntunan kasih, kebebasan hanya akan menjadi alat pemenuhan keinginan egois diri, yakni “memenuhi hawa nafsu roh jahat, kuasa kegelapan.”

Kebebasan yang tidak berlandaskan kasih pada akhirnya akan mengarah pada kehancuran diri dan orang lain. Ini adalah paradoks yang sering kali tidak disadari oleh para remaja: semakin mereka merasa bebas melakukan apa pun, semakin mereka terbelenggu oleh konsekuensi dari perbuatan-perbuatan yang merusak tersebut.

Jadi, kebebasan sejati yang ditawarkan oleh iman adalah kebebasan yang membebaskan individu-individu dari belenggu dosa dan mengarahkan manusia pada tindakan-tindakan yang penuh kasih.

Ini adalah kebebasan yang bertanggung jawab, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga dampak dari setiap pilihan pada orang lain. Memilih untuk tidak menyontek, misalnya, adalah sebuah manifestasi dari kebebasan yang berlandaskan kasih, karena pilihan itu menghormati diri sendiri dan orang lain yang berusaha dengan jujur.

Hal demikian merupakan bentuk kebebasan yang memberdayakan, yang memungkinkan individu untuk menjadi pribadi lebih baik dan berkontribusi secara positif pada masyarakat.

Di sinilah peran kasih menjadi sangat fundamental. Kasih yang membebaskan, seperti yang diajarkan oleh Tuhan, adalah kasih yang tanpa syarat dan penuh pengorbanan. Kasih demikian bukan hanya perasaan, melainkan tindakan nyata yang menuntun manusia untuk menggunakan kebebasan demi kebaikan bersama.

Kasih adalah landasan moral yang paling kuat; ia mengajar manusia menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Tanpa kasih, kebebasan akan menjadi kosong dan tidak bermakna, karena ia hanya akan berfokus pada pemuasan ego tanpa memedulikan kebutuhan dan perasaan orang lain.

Kasih menjadi kompas bagi kebebasan remaja. Ketika mereka didorong untuk berlandaskan kasih dalam setiap pilihan, mereka akan lebih cenderung menghindari perilaku yang merugikan.

Mereka akan memahami bahwa kebebasan mereka bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana mereka dapat menjadi berkat bagi orang lain. Ketika seorang remaja memilih untuk tidak berpartisipasi dalam pergaulan liar, ia tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan teladan positif bagi teman-temannya. Pilihan ini adalah manifestasi dari kasih terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kasih yang membebaskan inilah yang perlu terus disalurkan, terutama oleh para pendamping dan orang dewasa kepada remaja. Kehadiran yang penuh kasih, non-judgemental, dan suportif akan membantu mereka merasa diterima dan dipahami.

Mereka akan merasa aman untuk mengekspresikan diri dan bertanya tanpa takut dihakimi. Lingkungan yang demikian akan memungkinkan mereka untuk berproses dan menemukan makna sejati dari kebebasan. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah melihat bahwa kebebasan sejati adalah tentang menemukan sukacita dan kegembiraan dalam memberi, bukan dalam mengambil.

Pada akhirnya, kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan yang berlandaskan kasih. Itu adalah anugerah Tuhan yang terwujud ketika kita memilih untuk hidup tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga untuk melayani dan mengasihi orang lain. Inilah pesan yang harus terus digaungkan kepada generasi muda agar mereka tidak tersesat dalam pemahaman yang salah tentang kebebasan.

Remaja perlu memahami bahwa anugerah kebebasan merupakan panggilan untuk bertumbuh dalam kasih, dan dengan memilih jalan ini, mereka akan menemukan kepenuhan hidup yang sejati. Kebebasan bukanlah izin untuk berbuat sesuka hati, melainkan kesempatan untuk menjadi pribadi yang utuh, berintegritas, dan penuh kasih.

Sebagai catatan akhir, penting untuk menegaskan kembali bahwa kebebasan sejati adalah perpaduan harmonis antara kehendak bebas, tanggung jawab, dan kasih. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan personal yang menantang, terutama bagi remaja yang sedang dalam fase pencarian jati diri.

Para pendamping dan orang dewasa memiliki peran krusial dalam membimbing kaum remaja, tidak dengan paksaan, tetapi dengan teladan dan kasih yang membebaskan. Dengan memahami dan menghayati makna ini, generasi muda akan mampu menggunakan anugerah kebebasan yang Tuhan berikan, bukan untuk kehancuran, melainkan demi kebaikan dan kemuliaan-Nya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here